“Orang ‘kecil’ biasa ngomongin orang lain, orang ‘sedang’ biasa ngomongin sesuatu, orang ‘besar’ biasa ngomongin ide.”
Kutipan di atas terlontar dari sahabat karibku, Kuswantoro. Kini, ia adalah mahasiswa penerima beasiswa dari King Abdul Aziz University-Jeddah. Teman sekamarku saat SMA itu sedang ada di Indonesia saat ini dalam rangka liburan. Aku bertemu dengannya Sabtu pagi, 25 Juni 2011. Kami melepas kangen sambil olahraga bersama di Senayan. Awalnya kami pemanasan dengan ikut senam aerobik yang energik bersama kerumunan massa lainnya. Selanjutnya kami beradu smash dengan raket dan shuttle cock hingga letih menyerang kaki, tangan, dan punggung kami. Kami mandi keringat.
Kembali ke kutipan di atas. Awalnya kalimat itu aku anggap ringan dan biasa. Tapi setelah dipikir mendalam, aku sadar, ucapannya ‘dalam’ sekali. Aku tanyakan lagi apa maksud dari kutipan itu. Kuswantoro pun menjelaskan dengan gamblang. Kami bertukar pikiran, berdebat, saling berargumen. Obrolan kami mengalir terus hingga waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Sampai pada akhirnya kami mengambil beberapa kesimpulan penting dari obrolan ringan itu.
Kami meyakini ada tiga tipe jiwa manusia. Pertama, orang (berjiwa) ‘kecil’ yang biasa ngomongin orang lain. Tipe ini adalah tipe manusia yang umumnya sering kita temukan. Baik dari lingkungan kita, atau bahkan diri kita sendiri. Fokus utama perhatian orang berjiwa ‘kecil’ adalah orang lain. Ia sibuk mengomentari orang lain. Orang berjiwa ‘kecil’ biasanya ketika bertemu teman lama, teman baru, tetangga, kolega, rekan bisnis, keluarga, atau siapapun, waktunya hanya habis untuk membicarakan hal-hal sepele yang tidak perlu, atau hal yang sudah diketahui umum, dan tidak memberikan energi positif. Jika dilakukan content analysis dari pembicaraannya, elemen yang terkandung di dalamnya meliputi kekesalan, kekecewaan, penyesalan, komplain, hal-hal masa lalu dan masa kini yang menyakitkan hati. Ia mengulang-ngulang terus apa yang dialami. Padahal, inti ceritanya ya itu-itu saja.
Mungkin hal ini sering kita alami pada diri sendiri. Kuswantoro menceritakan misalnya bagaimana ia kesulitan beradaptasi saat pertama kali tiba di Jeddah. Tak jarang, ia bercerita ke beberapa teman Indonesia tentang kesulitan yang ia hadapi. Namun, setelah berkali-kali bercerita, ternyata ia menyadari, ada pola yang sama dari ceritanya. Seorang teman bernama Fahmi Machda menyadarkannya. Fahmi adalah adik kelasku saat di Assalaam-Solo dulu. Ia mengatakan, “Apa yang dialami di Arab Saudi ya memang begitulah kejadiannya. Terima saja, dan jangan fokus ke semua komplain, keluh-kesah,dan semua perlakuan tak menyenangkan.” Ia menganjurkan kepada Kuswantoro untuk fokus ke pembicaraan mengenai pengembangan ide besar. Ide besar dengan dampak dan kontribusi yang besar pula. Ia mengajak Kuswantoro meninggalkan hal yang tak bermanfaat karena akan mengerdilkan diri kita sendiri.
Aku kemudian larut pada lamunanku sendiri untuk sesaat. Kadang kita memang sering menyalahkan orang lain. Kita telat ke kantor atau telat datang ke suatu meeting, kita beralasan ‘jalanan macet’. Kita selalu mencari faktor eksternal di luar diri kita untuk kemudian kita jadikan alasan, kambing hitam atau bahkan pembenaran terhadap tindakan kita. Hidup yang dijalani seperti itu takkan mengantarkan anda pada akselerasi cepat menuju sukses. Sebaiknya, jika kita mencari faktor kesalahan itu dari internal diri kita, maka hal ini akan lebih baik untuk pengembangan diri kita ke depan. Sehingga, alasan yang muncul ketika kita telat adalah karena tidak berangkat lebih awal, karena komitmen kita lemah dalam berjanji, karena memang disiplin kita buruk. Don’t blame others. Itu intinya.
Kedua, tipe orang (berjiwa) ‘sedang’ biasanya ngomongin sesuatu. Tipe orang seperti ini lebih mendingan daripada tipe pertama tadi. Fokus utama pembicaraannya sudah mulai berubah, tidak lagi membicarakan orang lain, komplain, keluh-kesah, apalagi membahas hal negatif. Namun, ‘sesuatu’ itu tidak pula mencerminkan ide besar. ‘Sesuatu’ itu adalah hal biasa, menyerempet ke hal-hal positif, lebih pasti, lebih riil, tapi dari sisi kebermanfaatannya di masa mendatang kurang terasa. Tipe orang seperti ini tipe yang serba tanggung sebenarnya. Kalau bahasa gaulnya, kentang (kena tanggung).
Ketiga, tipe orang (berjiwa) ‘besar’ biasanya ngomongin ide. Ini tipe ideal yang aku dan Kuswantoro sangat ingin masuk kualifikasinya. Tipe orang seperti ini biasanya selalu membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan ide-ide untuk mengembangkan diri, melaksanakan cita-cita besar nan ambisius, namun tetap disesuaikan dengan kapabilitas dirinya sendiri. Misalnya, seorang scientist membicarakan tentang penelitian atau penemuan baru di bidangnya.
Aku dan Kuswantoro kembali melanjutkan pembicaraan, kira-kira apa contoh yang tepat untuk menggambarkan tipe orang jenis ini. Obrolan kami kembali jatuh pada sosok Fahmi Machda. Ia contoh ideal sebagai orang (berjiwa) ‘besar’ menurut kami. Ketika ada orang berkeluh kesah padanya, ia akan selalu berusaha mengalihkan pembicaraan pada sesuatu yang lebih optimis, lebih berbobot, dan selalu saja berkaitan dengan pengembangan ide.
Aku memang baru sekali bertemu Fahmi secara langsung, yaitu saat kami tawaf bersama di depan Ka’bah awal April 2011 lalu. Namun kesanku padanya cukup dalam. Karakternya percis seperti yang diungkap Kuswantoro. Ia manusia yang selalu concern dan konsistensi mengembangkan ide. “Nothing but idea”, mungkin itu yang selalu gentayangan di kepalanya.
Fahmi adalah lulusan ITS Surabaya. Ia menerima beasiswa di King Abdullah University di Thuwal-Arab Saudi. Sejak MTs di Solo dulu, ia punya satu ide besar, bagaimana meningkatkan kualitas suatu kota. Hal ini diawali atas keprihatinannya terhadap kota kelahirannya, Bandung, yang kotor. Kalah bersih dari kota Solo yang asri saat itu. Ide meningkatkan kualitas suatu kota tetap ia simpan dan coba diadaptasikan terhadap pengelolaan laut ketika kuliah di Arab Saudi. Idenya ternyata berhasil. Ia bersama rekannya berhasil membangun sebuah sistem informasi pengelolaan laut merah Red Sea Biogeographic Information System (RBIS) di Arab Saudi. Sistem ini berbasis web yang dapat memvisualisasi, mengelola, dan mengkolaborasi data tentang Laut Merah. Ia kini menjabat sebagai pemimpin proyek di pusat penelitian tersebut pascakelulusannya dari kampus itu.
Melihat kasus Fahmi, kita bisa ambil pelajaran hidup. Orang yang selalu concern pada pengembangan ide, mengurangi percakapan yang tidak penting (terkait orang lain), akan menggapai sukses pada waktu yang relatif singkat. Pusat penelitian laut merah itu adalah bukti bahwa Fahmi telah ‘berbicara’ dalam taraf internasional. Masih muda, namun penuh karya. Itu buah konsistensi seseorang yang selalu percaya bahwa bergelut dengan ide besar, adalah suatu keharusan kalau mau hidup sukses di zaman ini.
Lain Fahmi, lain dengan kita. Fahmi adalah menara gading. Bagaimana dengan kita? Jangan takut jangan khawatir. Apapun profesi kita, tak ada salahnya mencoba prinsip yang dipegang Fahmi. Memperbanyak membicarakan ide bagi ibu rumah tangga yang sedang arisan, tentu bagus. Bisa bikin usaha catering bersama, atau kegiatan lainnya. Sebagai mahasiswa, perlu juga menelurkan ide besar. Jangan mau jadi mahasiswa biasa. Kenapa tak jadi mahasiswa luar biasa saja jika waktu yang diberikan Allah tetap sama saja, 24 jam sehari?
Anda yang berprofesi sebagai birokrat, bisa juga berperang ide memutus mata rantai birokrasi yang tidak efektif. Pun begitu juga dengan Anda yang berprofesi sebagai pengusaha. Ide dan inovasi adalah makanan sehari-hari yang harus selalu berseliweran di kepala Anda jika ingin bisnisnya tetap maju dan berkembang pesat. Jadi, semua orang bisa membentuk karakter dengan selalu concern pada pembicaraan ide, bukan pada hal remeh-temeh dan kurang bermanfaat. Tergantung Anda sebagai pemilik hati, mulut, mata, telinga dan organ lainnya. Akan diarahkan kemana pemanfaatan dari onderdil gratisan dari Allah itu?
Memang, selalu membicarakan ide saja tentu akan membuat hidup tak ada dinamikanya. Toh, kita bukan robot. Boleh saja ngobrol santai seputar hal remeh-temeh. Tapi porsinya dikurangi sedikit demi sedikit. Jika melihat atau bertemu dengan hal-hal kecil, remeh-temeh, kita amati dulu, perhatikan dengan seksama, cek dari berbagai sisi (kiri-kanan-atas-bawah-depan-belakang), baru disimpan. Jangan langsung ‘dimakan’ mentah. Cukup endapkan saja dulu di kepala, tapi jangan dibahas-bahas lagi. Lupakan sesaat jika memang tidak ada keuntungan dan manfaat ketika dibicarakan saat itu. Bisa saja nanti di kesempatan lain, informasi remeh-temeh itu ada gunanya, bahkan bisa jadi menolong kita.
Aku dan Kuswantoro menutup pertemuan kami menuliskan cerita ini di blogku. Uniknya, mulai saat itu, setiap kami akan mengawali pembicaraan, selalu saja muncul pertanyaan kritis seperti ini, “Sebentar, ini pembicaraan (level) orang ‘kecil, ‘sedang’, atau ‘besar’?” Biasanya kami tertawa setelahnya. Begitulah hasil diskusi hari itu, langsung kami terapkan.
Kami ingin membiasakan diri mulai sekarang membentuk karakter menjadi orang ‘besar’ dengan pembicaraan bernas, penuh ide-ide brilian mengurangi pembicaraan sepele yang tidak perlu. Pembiasaan ini kami pandang perlu karena kata orang bijak, karakter terbentuk dari kebiasaan yang terus berulang.
Kalau orang Indonesia sudah membudaya dalam ‘melempar’ ide, bergelut dengannya, dan berusaha mengaplikasikannya, tentu negara kita akan lebih cepat keluar dari keterpurukan. “Perang ide dimana-mana”. Memang itulah inti persaingan di era globalisasi.
Lalu bagaimana dengan Anda? Dari ketiga kategori tipe orang di atas, Anda ingin masuk kategori yang mana? Pilih jadi orang ‘kecil’, orang ‘sedang’ atau orang ‘besar’?
“Biasakanlah Yang Benar, Jangan Benarkan Kebiasaan”
Adlil Umarat
Posted by Lity on June 27, 2011 at 6:04 AM
“Akan diarahkan kemana pemanfaatan dari onderdil gratisan dari Allah itu?” I love this one.
Astaghfirullah, aku juga sering dengar quotation itu dari temanku versi Englishnya, “Great minds discuss ideas. Average minds discuss events. Small minds discuss people”. Tapi, aku hanya sambil lalu membacanya. Setelah baca tulisan kak Umarat, aku jadi lebih ngeh dan makin semangat ‘membaca’ ayat-ayat kauniyah..
-never ending learning-
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 6:24 AM
Hey, selamat. Anda memberi komentar pertama kali. Terima kasih sudah mampir. Semoga ada manfaatnya.
Posted by babaw on June 27, 2011 at 7:51 AM
klo make sociology imagination semua hal menjadi ide gan, mulai dr ngomongin orang sampe negara smua menjadi masalah scientific yg bermuara ke ide…so, klo ane ngeliat bukan dari hal apa yg dibicarakan tapi bagaimana hal itu dibicarakan:D…
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:46 PM
Itulah enaknya jadi sosiolog. Kacamatanya terang, bahkan bisa tembus pandang dalam melihat segala masalah, fenomena, atau objek tertentu. Nah, sekarang pertanyaannya, mau jadi sosiolog yang aplikatif, atau yang normatif? Saya pilih yang aplikatif aja, lebih kelihatan dampak dari analisa pengamatannya.
Posted by dira on June 27, 2011 at 7:55 AM
Great mind creates blog to discuss idea. Nice.. 🙂
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:43 PM
Thanks Dira. Mampir lagi ya di tulisan berikutnya
Posted by Habibi Yusuf Sarjono on June 27, 2011 at 8:06 AM
Mantab, Ad. Kutipan itu juga sering ane baca. Keliatannya cukup populer di kalangan teman2 yg kuliah di luar negeri.
Nampol sekali, mengingatkan kita untuk terus menebarkan energi positif dgn pemikiran & ide, utamanya ttg masa depan.
Membicarakan ide memang sangat menantang, dan cukup memuaskan “nafsu intelektual”. Tapi kayaknya sesekali perlu diselingi dengan kebiasaan ‘orang kecil’ dan ‘orang sedang” deh, biar gak pusing bin stress. hehe…
Posted by Habibi Yusuf Sarjono on June 27, 2011 at 8:09 AM
Mantabs, Ad. Ane juga sering baca sih, ada temen yg kuliah di luar negeri juga pake tagline kutipan itu.
Cukup nampol, mengingatkan kita untuk selalu berpikir gagasan & ide besar, utamanya untuk masa depan. Jangan larut dalam romantika & penyesalan masa lalu & hari ini, tetap menebarkan energi positif kepada orang banyak.
Nah, membicarakan ide memang sangat menantang, dan bisa memuaskan ‘nafsu intelektual’ kita. Tapi kayaknya tetep perlu diselingi kebiasaan “orang kecil” dan “orang biasa” juga deh, biar gak pusing sendiri atau malah stress, hehe.
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:42 PM
Ya, boleh dilakukan “tumpang sari” dengan obrolan orang kecil atau orang sedang/menengah. tp porsinya jgn banyak-banyak bi. takut ga fokus ke pengembangan diri dan cita-cita.
Posted by Dian Sas on June 27, 2011 at 8:10 AM
Klasifikasi yg menarik, tapi sepertinya kategori klasifikasi dari tingkat omongan ya Ad? Klo ditambahin dengan langkah dan tindakan konkrit-nya mungkin akan lebih menarik. Tanpa langkah dan tindakan konkrit, semua klasifikasi di atas menjadi gabungan satu klasifikasi yaitu klasifikasi “OMDO” (ngomong doang) 😀
Mungkin banyak “orang besar” yang kita temukan, seperti para pengamat atau kritikus2 di tv, tapi mungkin minus langkah konkrit jd tidak membawa perubahan apa2.
Jadi menurut saya sedikit berbicara, lebih banyak bertindak it’s better, hehe..
anyhow nice post
Keep writing Ad..
Dian Sas
Long Life Learning
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:41 PM
Jangan lihat orang besar di tv dian. Just concentrate with yourself and your dreams. Pusing lho nanti ngelihatin komentator di tv yang unggul retorika. Mending, selami diri, cari potensi, kembangkan, dan saksikan keajaiban akan segera datang padamu dan keluargamu.
Posted by Dian Sas on June 27, 2011 at 8:21 AM
Btw tagline-nya ok tuh ad, aq sering ngomongin itu ke mama-ku klo sesuatu yang belum tentu benar dianggap biasa karena udah umum dilakukan, hehe..
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:39 PM
Mantap dian. Bisa diadopsi tagline-nya
Posted by dea on June 27, 2011 at 9:06 AM
Bang Aad apa kabar? tulisannya sangat inspiratif mengawali pagi hari aku… 🙂
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:37 PM
Alhamduillah kalau bisa menginspirasi pagi harimu
Posted by al-ihsan on June 27, 2011 at 9:29 AM
tulisan Adlil Umarat memang enak dibaca dan berkualitas, semoga tulisan2 selanjutnya tetap berkualitas dan memberikan energi-energi positif lainnya
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:37 PM
Thanks kus atas obrolan ringan, tapi penuh makna di Senayan tempo hari
Posted by al-ihsan on June 27, 2011 at 9:41 AM
Tulisannya berkualitas,,
Posted by Novi on June 27, 2011 at 11:57 AM
numpang komentar ya At.. kalau menurut aku, ngomongin orang tidak berarti seseorang memiliki jiwa kecil. ketika kita bisa mengambil sisi positif dari pembicaraan tersebut pembicaraan bisa menjadi berbobot kok. Berkeluh kesah, membicarakan penyesalan masa lalu itu bisa menjadi pelajaran untuk orang lain juga. Orang yang berjiwa besar itu siapa tahu juga belajar dari kesalahan orang lain melalui pembicaraan dengan orang berjiwa kecil.
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:37 PM
aku contohkan dengan bungkus detergen yang dianggap ‘sampah’, kalau dikumpulkan dan dirangkai jadi tas daur ulang, bisa jadi punya nilai jual dan nilai manfaat. kalau ibu-bu ketemu arisan hanya membicarakan tetangganya yang ditangkap KPK, ya palingan seputar gosip murahan “katanya-katanya”. Lebih baik arisan diisi percakapan orang ‘besar’. Misalnya ibu-ibu itu diskusi bagaimana bikin Wedding Organizer karena ada yang jago masak, ada yang jago rias penganten, jago MC, dll. Sehingga lingkungan arisan itu ada nilai manfaatnya. Kalau kita lama-lama mencari referensi dari hal-hal jelek, pemikiran dan ide besar itu tak pernah muncul, karena otak selalu menolak segala hal (apriori). Tp jika dirangsang dengan hal-hal kesuksesan berupa kesuksesan orang lain, teknik, strategi,dan tips mengenai bisnis, tentu ide besar itu akan muncul dengan sendirinya, tinggal menunggu waktu.
Posted by dimas kusuma on June 27, 2011 at 12:19 PM
luar biasa bung aidil…..memang tak diragukan bahwa Bung Fahmi, atau pak haji, demikian biasa kami panggil di ppsdms 4 surabyaa dulu adalah pribadi yg ulet, dan konsisten dalam ide besarnya. ungguh beruntung kita berteman dengan beliau, bersama orang2 besar, demi tujuan yg besar. Lanjutkan!!! lebih cepat lbh baik, InsyaAllah untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah pncipta Alam semesta…..
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:27 PM
Thanks Dimas dah mampir. Kapan2 aku main ke Malaysia
Posted by fickry on June 27, 2011 at 12:41 PM
buset postingannya panjang panjang yaaaa..dududududu…
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:26 PM
memang spesialis laporan panjang fick. Tapi tenang, nanti aku kejutkan dengan liputan pendek, tapi nampol!
Posted by ahmad on June 27, 2011 at 2:35 PM
nice blog kawan….
kalau boleh usul, bagaimana kalau tulisanya di header aja. jadi bisa lihat judul tulisan dan paragraf awal tulisan ente aja (kayak blog fosma depok)…. biar pembaca gak perlu scroll sampe akhir tulisan ente untuk lihat tulisan sebelumnya
keep inspiring bro….
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:15 PM
Usul diterima. nanti aku benerin demi kenyamanan pembaca. Thanks sarannya mas Ahmad
Posted by Ummu on June 27, 2011 at 3:12 PM
Pembicaraan terakhir kita itu level apa ya Ad?? makasih ya Ad pencerahannya, semoga Ummu bisa masuk golongan orang besar, Amin….
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 7:14 PM
Pembicaraan tentang anak, SD IT vs SDN, sekolah dhuafa, tentu percakapan yang menyangkut ide mu. Jadi bolehlah kita masukkan ke level pembicaraan orang besar. Urusan masa depan soalnya. Hehehe. Semangat mu. Kembangin lagi blogmu bersama sang suami tercinta
Posted by wina on June 27, 2011 at 8:19 PM
akhirnya komen juga nih kak, ga hanya mampir.. 😀
tulisan motivasinya bagus kak, bahasanya ringan dengan isi yang berkualitas. padahal tentang kehidupan sehari-hari, jadi semua orang ngalamin….
soal tipe2 manusia td, kayanya ada yg tipe peralihan ato campuran gitu ya kak, mungkin kecil-sedang atau sedang-besar, kalo kecil-besar mungkin ga ya?! secara orang yg slalu berpikir positif jarang yang berprasangka negatif ke orang lain.. kalo yg kecil tiap hari wina temuin tuh(mudah2an ga ngomongin diri sendiri ^^) kalo perempuan udah ngumpul trus ga ada kerjaan, suka nyerempet2 ke ngomongin kehidupan seseorang.. adaaa aja yg salah sama orang tersebut. udah gitu jadi bahan olok2an lagi.. hadeeeeh… ga nyaman banget dengernya (pengalaman di tempat tugas yg sekarang). kadang obrolannya sadis banget, coba yg ngomongin membawakannya ke dirinya sendiri..pasti sakit hati. kalo udah kayak gitu yg ga sejalan pemikirannya cepet2 nyingkir aja..
oia, menanggapi responnya kak aad soal komennya kak novi diatas, mengambil pelajaran yg perlu dari kisah hidupnya orang lain masih gapapa lah kak.. asal kita ga nyebutin namanya..jd yg diobrolin emang cuma kejadiannya dan mungkin ga perlu diulang berkali-kali 😀
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 8:28 PM
Menyingkir dari pembicaraan ga ada gunanya, tindakan tepat Winaibria. Pasti ga nyaman ya di tempat tugas sekarang? Sabar aja. Kalau ga ada tantangan, tentu ga belajar. Soal mengambil pelajaran dari kehidupan orang lain meski negatif, mungkin bisa saja, dgn tidak peduli siapa orangnya, tapi fokus ke kasusnya saja. Tidak ke gosipnya ini-itu. Buang waktu soalnya.
Posted by urfa on June 27, 2011 at 8:25 PM
Alhamdulillah, merasa diingatkan lagi.
makasih kak, aku subscribe tulisan2 kak aat ya 🙂
Posted by Umarat on June 27, 2011 at 8:39 PM
Thanks ya
Posted by mishbah on June 27, 2011 at 9:20 PM
Betul sekali, mas ad. Lebih jauh lagi, setelah ide, lanjutkan dengan kerja konkrit dan pantang menyerah. saya suka postingan ini. Sangat bagus dan membuat cerah pikiran. Keep post, mas!
Posted by Umarat on June 28, 2011 at 8:21 AM
bicara tindak lanjut dan kerja kongkret nantikan di tulisan saya lainnya
Posted by mukhlason on June 28, 2011 at 6:58 AM
Sesuatu yang besar itu dirangkai dari hal-hal yang kecil, dari sebuah pernik-pernik menjadi mozaik yang besar dan berarti.
Merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk mewujudkan mozaik apa yang kita inginkan.
Posted by Umarat on June 28, 2011 at 8:19 AM
sepakat
Posted by 4n4belajar on June 28, 2011 at 11:38 AM
Subhanallah, keren ide tulisannya, inspiring enough, tks Aat 🙂
Posted by Umarat on June 28, 2011 at 2:19 PM
sip
Posted by Urfa Qurrota 'Ainy on June 28, 2011 at 12:17 PM
sederhana dan inspiratif, seperti biasa. menawarkan solusi yang sama sekali tidak memaksa. jadi merasa ‘terpanggil’ untuk berbuat lebih banyak.
kapan menyusul “Notes From Qatar” kak? bangga deh punya kakak2 kelas yang hebat2. aku juga ga mau kalah!! hahaha.
seorang penulis (blog sekali pun) emang hebat ya, ibarat koki, selain harus mencari bahan2 segar, memasak dgn teknik yg sesuai, meramu bumbu yg sedap, menyajikan masakan dengan indah sehingga mengundang selera, ia juga bertanggung jawab atas kecukupan gizi masakannya. tanpa lupa kalau dia juga punya perut yang perlu diberi makan.
hebat, sering2 ‘masak yang enak2 dan bergizi’ ya kak, ane bakal sering mampir ke ‘restoran’ ini deh..
(lagi laper.. :P)
Posted by Umarat on June 28, 2011 at 2:18 PM
Komentar paling keren, ever! metaphor. Awesome! Thanks ya.
Posted by Farghost on June 28, 2011 at 1:03 PM
Namun jangan lupa selaraskan hatimu dengan dzikir dan selaraskanlah fikirmu dengan ilmu yg kau dapat semoga dapat menjadikan Rahmatallill’alamin…….
Posted by Umarat on June 28, 2011 at 1:09 PM
Baik pak Ustadz. Terima kasih atas sarannya
Posted by ating on June 28, 2011 at 5:04 PM
nice post!
Posted by Umarat on June 29, 2011 at 7:03 AM
THanks Ating
Posted by faisal on June 28, 2011 at 10:27 PM
Subhanallah
Sepakat bang aat!
Dulu ane sempet bikin domain
Bankide.com
Niatnya sih wadah curahan ide2 cemerlang anak bangsa.
Bayangkan manfaat yg bisa didapat!
Cuma kondisi sy blm memungkinkan tuk fokus ngembangin niat tsb.
Mudah2an yg baca ini bisa merespon! Monggo dikonkritkan.
Semoga selalu sehat dan berkah bang aat
Faisal
Ppsdms1 ui
waroeng-sehat.com
Posted by Umarat on June 29, 2011 at 7:06 AM
Boleh tuh mas bank ide nya bisa dieksekusi langsung. Tdk mengapa dicicil. Sedikit tapi nampol. Lebih baik daripada tidak ada pergerakan
Posted by munir on June 29, 2011 at 1:12 PM
Seperti kebanyakan komen disini… gue ikutan dengan memuji tulisan ente dulu,
“Keren tulisan ente, at. Sederhana, lugas dan berbobot. Bisa dijadikan bahan renungan serta sedikit panduan buat bertindak”.
Ane gak mau ngebantah ente punya klasifikasi, sah2 aja ente buat pengklasifikasian sprti diatas. Klo ane gak salah dan sedikit sotoy, ente lagi mau bangun ide tentang manusia yang “ok” atau “baik” mnrut (pemikiran) ente. Sekali lagi, itupun sah-sah aje.
Sekedar masukan sambil iseng aje, mungkin setelah ente klasifikasiin tipe orang kaya diatas. ente bisa rundown lagi gimana orang2 yg punya ide2 itu bisa mengaplikasikan ide2nya. smacam tulisan2 “how to…” lah gtu… ditambah ama sikap mental yang harus dimiliki, misalnya harus sabar, konsisten, tahan banting dll. Wah… klo ente bisa tulis kaya gtu, mantab d…
Posted by Umarat on June 30, 2011 at 11:00 AM
setelah identifikasi what, biasanya diikuti dengan how. nantikan ‘how’ nya bang munir.
Posted by agunganggoro on June 30, 2011 at 3:56 PM
senang mas aad kayaknya jadi semakin eksis setelah berhasil menziarahi peninggalan paling agung di muka bumi. sip bos
Posted by Dee hanifah on June 30, 2011 at 5:22 PM
gud Ad.. 🙂 ide tulisan yg menarik..
kudu bnyk2 nih baca tulisan inspiratif kyk gini.. 🙂
penekanannya kurasa ada pada hal : bagaimana qt dan obrolan yg qt hasilkan memiliki ramuan ide.. walo dari pembicaraan yang kecil2.. krn klo dicoba dipahami quote nya dan melihat tipikal masyarakat indonesia.. ga akan terlepas dr pembicaraan seputar hal2 kecil dan sedang tentunya.. tp kemudian bagaimana hal2 kecil dan sedang itu dicerna dan diarahkan menjadi ide yg luar biasa… tp untuk mencapai hal itu emng perlu bnyk latihan.. hehe.. so far.. jd semangat biar tmbah konkrit nih 🙂
Posted by Umarat on July 1, 2011 at 1:28 AM
Benar Dian. “Ramuan ide”, i like it…
Posted by Nurul Ayu on June 30, 2011 at 7:53 PM
Peribahasa Jawa sudah pernah membahas hal ini : Ajining diri soko ing Lathi, Ajining Rogo soko Busono, Ajining awak soko tumindak..
Posted by Umarat on July 1, 2011 at 1:27 AM
Gw dapat ilmu baru. Terima kasih Nurul Ayu. You enlightening me.
Posted by putri on July 1, 2011 at 12:33 PM
woooo…kangen berdiskusi dengan orang2 besar….. 😀
Thanks, Ad…jadi merasa kecil stlh baca tulisan ini..makasih sudah mengingatkan 😀
Posted by Umarat on July 1, 2011 at 2:50 PM
Gw sendiri setelah selesai menulis tulisan ini, merasa kecil juga put. Terima kasih sudah mampir. Nantikan tulisan-tulisanku berikutnya. Jika berkenan, sila sebarkan link blog saya ke arek-arek Suroboyo lainnya. Hehehhe. Merdeka rek!
Posted by maisya on July 2, 2011 at 12:24 AM
Semoga kita bisa terus belajar menjadi orang besar. 🙂
terima kasih untuk inspirasinya.
Posted by Umarat on July 2, 2011 at 6:59 AM
sam-sama bu guru
Posted by airns on July 3, 2011 at 12:21 AM
isinya bagus..
tp saia jg orang kecil hehe yg suka ngomongin orang lain (orang besar) sama temen, siapa tau bisa diambil contoh yg baik2 dari orang besar hehe..
maklum lah di Ind kan orang kecil memiliki fasilitas dan akses yg terbatas dan hanya berpikiran “iso wareg wis bejo banget”
kalo orang besar kan sudah g berpikir perut lapar sehingga bisa selalu ngomongin ide untuk memperlancar jalan dan memperluas usahanya.
tp saiang sebagian orang2 besar hanya memiliki ide dan menghalalkan berbagai macam cara bahkan meniadakan hak2 orang kecil
CMIIW 🙂
Posted by Umarat on July 3, 2011 at 6:22 AM
Bagaimana kalo kita dorong diri kita jadi orang besar, tapi tak menghalalkan berbagai macam cara atau bahkan tidak meniadakan hak-hak orang kecil.
Posted by vina on July 5, 2011 at 9:23 AM
baca tulisan ini semacam refleksi dari pengamatan saya selama ini. bahkan, secara ngga sadar saya membandingkan ukuran fisik seseorang sama sifatnya. tapi memang benar lho kak, teman2 yang saya kenal suka ngomongin orang lain bertubuh kecil, yang suka berkeluh kesah bertubuh besar dan yang biasanya ngomongin ide bertubuh besar.. hehehe. *just kidding
Posted by Umarat on July 5, 2011 at 1:32 PM
Alhamdulillah jika ada manfaatnya
Posted by Umarat on July 5, 2011 at 1:36 PM
Thanks
Posted by Dyah Prasti on July 6, 2011 at 1:23 AM
setuju dengan tulisannya.tapi ada tambahannya, jangan lupa segera mengimplementasikannya sesuai capability nya…:)
tumpahkan terus ide-ide mu lewat tulisan, Kembangkan kreativitasmu lewat khayalan dan biarkan orang lain menjadikanmu orang besar lewat kritikan dan saran..terus menulis dan pantang menyerah. semoga makin sukses:)
Posted by Umarat on July 6, 2011 at 10:51 AM
Terima kasih kura-kura imut. Need ur support always. Mampir terus ya di tulisan-tulisanku berikutnya
Posted by Umarat on July 6, 2011 at 11:34 AM
Thanks kura-kura imut.
Posted by violette on July 6, 2011 at 8:30 PM
assalam,
great post bang! smg dr tulisan abang, pikiran sy bs lebih terbuka, dan bisa berusaha untuk masuk ke kualifikasi orang (berjiwa) besar,hehe ^^
salam kenal 🙂
Posted by Umarat on July 7, 2011 at 9:55 AM
salam kenal juga
Posted by blackmimi on July 7, 2011 at 11:44 AM
wah, mengena sekali mas! pantesan banyak yang komen. ya memang kadang kita lebih berorientasi pada hal2 kecil padahal masih banyak hal lain di luar sana yang lebih penting untuk dibicarakan. hmm, kalau mas fahmi bisa mengembangkan kemanfaatannya di arab saudi, kita juga harus bisa bermanfaat di kota yang sekarang kita tinggali: jakarta. semangat!!
Posted by Umarat on July 7, 2011 at 11:50 AM
I like ur spirit! Caiya caiya caiya, eh maaf, caiyo!
Posted by Umarat on July 7, 2011 at 11:55 AM
I like ur spirit. Semangat! caiya caiya caiya…eh salah, Caiyo!
Posted by fahmimachda on July 9, 2011 at 2:47 PM
Salaam Bung Adlil…. Masha Allah…semoga kita semua bener-bener jadi orang-orang besar di Mata Allah, termasuk menjadi anak yang berbakti kepada Orang tua 🙂
Satu hal yang pasti, Fahmi masih belajar dan masih belum apa-apa. Fahmi add blog bung adlil ke blogroll ane ya … 🙂
Posted by Umarat on July 9, 2011 at 4:18 PM
At least, I learned something from u brother. Teman-teman pembaca blogku, kenalkan, ini dia Fahmi Machda, orang yang jadi lokus dalam tulisan ini. Nantikan terus tulisan saya tiap minggu ya Fahmi.
Posted by fahmimachda on July 9, 2011 at 5:41 PM
Tulisan bung Adlil bener2 renyah, sedap di baca ^^
… satu koreksi bung.. Fahmi hanya pimpinan salah satu projek di pusat penelitian.. bukan pimpinan pusat penelitian… 🙂
Posted by Umarat on July 10, 2011 at 12:56 PM
Thanks Fahmi. udah dikoreksi kok. Tapi paper yang lomba ke aussie itu usulannya fahmi bukan untuk proyek membuat red sea research center? Hehehe. Merendah ini ceritanya….
Posted by Rofingah Hamid on April 29, 2012 at 8:07 PM
Trms byk y dg membaca blog itu ak jd sadar ternyata ak org kecil.ak yg menjadi pembantu di LN(taiwan) tiap hr menghabiskan pls untuk tlp ngalor ngidul membicarakan majikan.bnr2 g ada gunanya.mulai skrg aku akn cb kurangi nggosip dan beralih membaca tulisan org pintar sepertimu.
Posted by Umarat on April 29, 2012 at 10:16 PM
Terima kasih banyak sudah mampir di blog sederhana saya ini Rofingah Hamid. Semoga bisa menjadi momentum perubahan untuk menjadi lebih hebat lagi. Segera temukan kegiatan yang lebih bermanfaat bagi karir Anda ke depan. Bisa belajar bisnis, bisa belajar bahasa, bisa belajar di universitas terbuka cabang taiwan (jika ada). Teman-teman tenaga kerja indonesia di Korea sudah mengambil sekolah lanjutan S1 di UNiversitas Terbuka cabang Korea. Asah diri Anda jadi orang besar. Hidup cuma sekali. Jangan disia-siakan. Sila beritahu link blog saya ke teman-teman Anda di Taiwan. Mudah2an mereka juga terinspirasi. Selamat berjuang. Sukses selalu ya.
Posted by hani on October 5, 2012 at 3:23 PM
saya tidak sengaja membaca blog ini, awalnya tertarik dengan cerita menjemput jodohnya :)namun ternyata bikin kecanduan, tiap hari mampir untuk membaca tulisan mas yang lainnya, inspiratif dan menghibur, saya suka mas. alhamdulillah saya dapet banyak semangat dan ide untuk menjadi org yg lebih bermanfaat kedepannya. Saya bagian dari briokrasi negara ini, dan setelah membaca tulisan mas, saya jadi lebih semangat untuk menjadi aparatur negara yg lebih berkualitas. hehe. Ditunggu tulisan2 keren lainnya ya mas
Posted by Umarat on October 5, 2012 at 3:30 PM
Alhamdulillah jika ada manfaatnya. Tetap mampir ya, tiap minggu ada update terbaru. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, harap jangan dimasukkan ke hati. Besok pagi aku posting tulisan terbaru yang seru. Jika berkenan, ajak temanmu mampir ke blogku juga. Banyak cerita menarik lho. Oia, tulisan mana yang paling berkesan? Dan kenapa? Apa dampak yg dirasakan setelah membaca? Apa kelebihan tulisan yang menginspirasimu itu? Butuh feedback dari pembaca. Thanks before.
Posted by hani on October 5, 2012 at 6:07 PM
Sebagian besar saya suka, karena selalu ada pesan didalamnya, Orang ‘Kecil’, Orang ‘Sedang’, Orang ‘Besar’, Yang Manakah Anda?, buktikan kesarjanaanmu, dan tulisan2 lain yg selalu bisa menginspirasi. Sejauh ini belom bisa kasih kritik dulu de hehehe
Untuk cerita bersambungnya seperti menjemput jodoh dan pengalaman umroh, alinea terakhir selalu bisa membuat pembaca g sabar menunggu kelanjutannya. Saya tunggu tulisannya mbak Andin ya , menjemput jodoh part 9.
Saya juga anak FISIP mas, kadang2 suka menuliskan pengalaman2 yg seru, sayang, kalah sama malesnya :D. Oke2 saya ikuti terus tulisannya,
Posted by Umarat on October 5, 2012 at 7:00 PM
Jgn lupa ajak2 teman kampusmu mampir ke blogku. 😉
Posted by eka kusuma on November 26, 2012 at 1:40 PM
mantap blog ente bro,
back link ke link http://www.putuekakusumayasa.blogspot.com yaa
Posted by Umarat on November 26, 2012 at 1:59 PM
Terima kasih masbro. Siap, segera meluncur ke TKP Ente bro.
Posted by freepandasays on June 5, 2013 at 11:03 AM
Keren sekali… Terima kasih sudah menginspirasi… TUHAN memberkati 🙂
Posted by Umarat on June 5, 2013 at 11:10 AM
Terima kasih. Silahkan di share di fb maupun twitter Anda jika berkenan. Salam sukses selalu. 🙂
Posted by freepandasays on June 5, 2013 at 11:05 AM
Terima kasih… Benar2 memberkati dan menginspirasi… TUHAN memberkati anda
Posted by Umarat on June 5, 2013 at 11:10 AM
Terima kasih. Silahkan di share di fb maupun twitter Anda jika berkenan. Salam sukses selalu. 🙂
Posted by hprimantoro on July 16, 2013 at 7:23 AM
Subhallah. Jazakallah. Antum telah mengingatkan kami semua tetang akhlak rasulullah. Bahwa itulah sebenarnya muslim yg sesungguhnya.
Posted by Umarat on July 16, 2013 at 8:38 AM
Sip pak. selamat beraktifitas dan berkarya untuk umat manusia.