Gerakan Cinta (Dari) Garasi!

“Passion is (not) what you’re good at. It is what you enjoy the most!”

Aku sangat setuju dengan rumusan yang tertulis di buku Rene Suhardono Your Job is Not Your Career, halaman 56. Sudah banyak bukti memperlihatkan kesahihan adagium di atas. Kalau kita bekerja sesuai passion, rasanya tak ada kata lelah. Rasanya energi selalu akan terbarukan. “Seperti matahari”, jelas Rene di bukunya.

Kali ini aku akan cerita tentang perjuangan guru menulisku yang dengan telaten menjalani hal yang paling dicintainya, nyemplung di dunia pendidikan usia dini.

Nama lengkap guruku Yudhistira Ardi Noegraha Moelyana Massardi. Aku biasa memanggilnya Pak Yudhis. Pria kelahiran Subang28 Februari 1954, adalah penulis novel ternama Arjuna Mencari Cinta (1977 & 1980). Ia pernah bekerja di Majalah Le Laki, Tempo, Gatra, Indosiar, Majalah Nebula, dan kini concern pada Majalah Media TK Sentra. Di kancah nasional, ia dikenal sebagai penulis dan sastrawan.

Tahun 2006

Aku pernah belajar menulis kepada beliau saat magang di Majalah Nebula tahun 2006. Waktu itu, aku masih mahasiswa dan gemar sekali menulis di media cetak. Pak Yudhis waktu itu bertindak sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Nebula—Majalah komunitas ESQ (Emotional Spiritual Quotient)— Aku benar-benar belajar menulis dari awal lagi ketika berhadapan dengan penulis kawakan seperti Pak Yudhis. Benar-benar mendapatkan pencerahan soal penulisan secara komprehensif dari Pak Yudhis, meski durasiku interaksi intensku dengan beliau hanya sekitar 2 tahun.

Di saat magang itulah, aku sempat diundang ke rumahnya bersama awak Majalah Nebula untuk berbuka puasa bersama. Dari sanalah aku mulai kagum dengan Pak Yudhis dan keluarganya.

Ternyata di rumahnya ada TK untuk kaum dhuafa. Gratis. Namanya Batutis Al-Ilmi. Kata Batutis itu singkatan dari Baca Tulis Gratis. Lucu dan menarik sekali namanya.

Aku tertegun. Haru!

Bagaimana bisa, orang sesibuk Pak Yudhis –yang selalu dikejar-kejar deadline– tapi masih mikirin lingkungan sekitarnya? Ia bersama istrinya peduli pada orang sekitarnya yang kesulitan ekonomi, namun punya asa untuk bersekolah. Mereka yang sekolah di Batutis Al-Ilmi kebanyakan adalah anak tukang ojek, pemulung, dan pembantu rumah tangga.

Waktu itu, sekolah yang mereka kelola baru berjalan. Tempatnya masih di garasi rumah berukuran tiga kali lima meter. Kalau siang, garasinya jadi TK. Lalu pada malam hari disulap jadi tempat nangkring mobil. Aku sempat melihat-lihat TK yang dikelola Pak Yudhis dan istrinya, Bu Siska. Lahan sempit, ternyata bukan halangan untuk berpikir kreatif.

Banyak cerita yang mengharu-biru dari interaksi keluarga Pak Yudhis dengan keluarga siswa TK Batutis. Pola pendidikan yang berbeda di TK dengan di rumah, membuat ada gap kultur. Di TK, siswa dididik dengan metode sentra. Sementara di rumah, boro-boro diajarkan ilmu, anak yang bawel nanya orangtuanya ini-itu malah dimarahi. Faktor rendahnya pendidikan orangtua siswa jadi PR penting saat itu. Ada culture shock di dalam diri siswa dan keluarga. Pak Yudhis dan Bu Siska dengan sabar dan sistematis berusaha mengurangi gap tersebut. Bagaimana menyelaraskan apa yang diajarkan di TK dengan kondisi atau atmosfer di rumah. Kadang, ibu-ibu wali murid diajak juga berkumpul oleh Bu Siska, agar ada transfer pemahaman yang selaras antara pelajaran di sekolah dengan di rumah.

Sekolah Batutis Al-Ilmi adalah gratis untuk dhuafa. Mulai dari buku pelajaran, perlengkapan alat tulis, makan bersama, serta alat pendukung lainnya. Namun, Bu Siska selaku kepala sekolah, waktu itu menarik uang iuran Rp 5.000 sebagai tabungan siswa. Ini diperlukan agar orangtua siswa tidak meremehkan pendidikan gratis dan tetap mau giat mencari nafkah untuk pendidikan anaknya.

Tahun 2008

Tahun 2008 aku diterima bekerja di sebuah tv swasta di Kebon Jeruk. Aku harus berpisah dari Pak Yudhis yang masih di Majalah Nebula saat itu.

Meski sudah tak dalam satu atap dalam bekerja, aku tetap jaga silaturrahim dengan pak Yudhis. Aku ikuti terus perkembangan apa yang dilakukan pak Yudhis dan Bu Siska terhadap sekolah Batutis Al-Ilmi. Sebenarnya aku sangat penasaran. Bagaimana duo Pak Yudhis-Bu Siska bisa survive dan bahkan bisa mengembangkan TK Batutis Al-Ilmi ke depannya?

Secara mengejutkan, Pak Yudhis mengundurkan diri dari Majalah Nebula. Ia total concern mengurus Batutis Al-Ilmi. Sebuah langkah yang sangat berani yang beliau lakukan saat itu. Kalau mau dikalkulasikan, saat itu ia sedang berada di zona nyaman. Jabatan Pemimpin Redaksi Majalah Nebula tentu lebih menghasilkan uang daripada mengurus TK Batutis Al-Ilmi yang justru butuh uang. Inilah momen dimana aku anggap Pak Yudhis rela melepas what he good at, demi mengejar passionnya di bidang pendidikan anak usia dini. Dia terjun dan nyemplung di dunia yang dia sangat enjoy di dalamnya, yaitu pendidikan. Langkah berani dan penuh dedikasi.

Pak Yudhis kemudian membuat Majalah Media TK Sentra. Buku yang berisi tentang tips dan metode mendidik anak usia dini dengan metode sentra. Metode yang diawali oleh Pamela Phelp dari ‘Beyond Centers and Circle Time (BCCT) Amerika Serikat ini dikenal sekarang sebagai metode mutakhir yang sering diterapkan di dalam kurikulum sekolah-sekolah unggulan berbiaya mahal di Indonesia. Metode Sentra membangun “kecerdasan jamak” secara bersamaan dan berimbang. Diantaranya adalah kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal), dan musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui sentra-sentra (wahana) bermain yang terdiri dari tiga jenis main: main pembangunan, sensorimotor dan main peran. Intinya, proses belajar coba diubah dengan membuatnya menjadi proses bermain sambil belajar (happy learning).

Istrinya, Bu Siska–yang bertindak selaku kepala sekolah Batutis Al-Ilmi–kerap memberikan talkshow keliling Indonesia. Kadangkala juga mereka adakan workshop bagi guru-guru dari seluruh penjuru nusantara yang masih penasaran dengan metode sentra. Tentu saja, pak Yudhis dengan romantis menemani istrinya. Mereka berdua berbagi cerita, sharing ilmu dan pengalaman dalam berjuang membesarkan TK Batutis Al-Ilmi. Banyak guru TK dan PAUD yang ikut serta dalam workshop yang diadakan oleh duet maut Pak Yudhis dan Bu Siska. Hingga kini, sudah 31 angkatan yang ikut workshop langsung di rumah Pak Yudhis-Bu Siska.

Lambat laun, semakin banyak yang tahu keberadaan TK Batutis Al-Ilmi. Dengan penuh perjuangan, satu persatu bala bantuan datang tanpa disangka-sangka. Ada saja dermawan yang baik hati membantu operasional TK Batutis Al-Ilmi. Bahkan, untuk menampung alumni TK lulusan Batutis Al-Ilmi, akhirnya SD Batutis Al-Ilmi pun lahir. Tentu saja, butuh keberanian, pengorbanan, dan air mata.

Tak hanya Pak Yudhis, istri dan keluarganya yang berkorban. Guru-guru yang secara sukarela mengajar di TK dan SD Batutis Al-Ilmi juga tak kalah dalam hal pengorbanan. Guru-guru di Batutis Al-Ilmi punya kualitas di atas guru-guru PAUD/ TK lainnya. Mereka mempunyai prinsip tidak melakukan 3M: Tidak Melarang, Tidak Menghukum, dan Tidak Marah. Sangat jarang aku temukan guru yang punya standar tinggi seperti itu. Bagaimana bisa menghadapi anak kecil yang misalnya super aktif, tapi tetap sabar? Wuih…Butuh tenaga ekstra dan kematangan berpikir yang luar biasa.

Guru-guru di Batutis Al-Ilmi saat itu menurut Pak Yudhis, terpaksa dibayar di bawah standar. Mereka secara sukarela berkorban, demi berjuang bersama untuk menyelamatkan pendidikan anak usia dini yang disinyalir sudah salah kaprah. Bayangkan. Anak TK yang mau masuk SD saat ini, harus sudah bisa baca-tulis. Padahal, di TK, seharusnya anak-anak harus tuntas masa bermainnya agar kelak, ketika ia dewasa, ia tak bermain-main dalam menjalankan amanah di kehidupannya.

Tahun 2011

Suatu waktu di tahun 2011, aku sempat datang ke kediaman pak Yudhis. Lucu sekali melihat anak-anak TK Batutis bermain peran di teras rumah tetangga Pak Yudhis yang bersedia diganggu tiap harinya. Ada yang jadi supir angkot. Ada yang jadi dokter. Ada yang jadi ibu rumah tangga. Ada yang jadi pedagang buah.

Dari sanalah kearifan dan kematangan berpikir anak dilatih. Ketika saya amati, seorang siswa yang menyamar jadi supir angkot merasa lelah dan menyadari bahwa jika penumpangnya memberikan uang ongkos angkot secara tidak sopan, maka emosi si anak terpancing. Dari sana ia jadi mengambil pelajaran bahwa kalau memberikan ongkos angkot ke supir angkot, harus dengan tangan kanan dan sopan. Ketika turun angkot, ia juga menyadari, jika penumpangnya mengucapkan “terima kasih”, ada rasa bahagia. Ilmu yang jarang didapat dari proses belajar-mengajar di sekolah umum.

Ada pula yang bermain peran sebagai ibu rumah tangga yang mengepel rumah. Ketika dia mengepel, lalu ada siswa lain yang melintas dan membuat kotor teras, ia bereaksi keras. Dari sana ia sadari, bahwa menjadi ibu rumah tangga sungguh letih dan butuh dibantu oleh anak-anaknya. Maka, ia pun menyadari harus bantu ibu saat di rumah nanti, karena sudah tahu betapa capeknya mengepel, apalagi kalau ada orang lain yang tidak menghargai kebersihan.

So sweet mengamati tindakan-tindakan spontan dari siswa Batutis Al-Ilmi, baik yang TK, maupun yang SD. Anda yang mengaku peduli akan pendidikan anak usia dini, harus berkunjung ke Batutis Al-Ilmi! Harus pokoknya! Banyak ilmu dan pelajaran sepulang dari sana. Minimal, bagi Anda yang calon ayah atau ibu, bisa menerapkan metode ini pada anak Anda di masa mendatang.

Aku dijamu makan siang bersama Pak Yudhis. Pak Yudhis cerita, pernah membuat proposal untuk meminta bantuan operasional Batutis Al-Ilmi pada beberapa perusahaan besar, dan hasilnya, nihil tanpa respon. Namun syukurlah. Seorang dermawan bersedia memberikan sewa lahan untuk SD Batutis Al-Ilmi secara gratis. Sungguh luar biasa baiknya orang itu.

Sumbangan Dermawan Bebas Sewa (Source: http://batutis.ning.com)

Sumbangan Dermawan Bebas Sewa                  (Source: http://batutis.ning.com)

Memang butuh perjuangan mencari lembaga donor yang bersedia concern pada pendidikan usia dini. Padahal ini isu yang sangat penting dari kacamata pendidikan modern. Pak Yudhis yang sempat curhat kepada Dik Doank (dedengkot Kandank Jurank Doank) pun diingatkan agar ia meminta pertolongan kepada Allah. Cukup bermodal keyakinan saja, kata Dik Doank. Alhamdulillah, sejak saat itu, selalu ada rezeki tak terduga datang membantu TK-SD Batutis Al-Ilmi.

Tahun 2012

Ternyata memang betul kata Dik Doank. Pak Yudhis dan istrinya yang hanya bermodal keyakinan dan berserah diri pada Allah dalam membangun TK-SD Batutis Al-Ilmi, sudah bisa mulai tersenyum di tahun 2012 ini.

TK-SD Batutis Al-Ilmi semakin terkenal sekarang. Bukan saja karena gratis buat dhuafa, tapi juga karena kualitas pendidikan yang ada di sana tak diragukan lagi. Bahkan, ada siswa yang orangtuanya berkewarganegaraan Singapura yang bela-belain nyekolahin anaknya di Batutis Al-Ilmi. Atas beberapa pertimbangan, manajemen sekolah mengizinkan. Batutis Al-Ilmi sekarang jadi lebih beragam. Mereka yang tak mampu bayar, tetap bisa sekolah gratis. Dan mereka yang tergolong  berekonomi mampu, bisa sekolah dengan sistem subsidi silang. Interaksi antara siswa yang berlatar belakang ekonomi beragam ini, menimbulkan harmoni yang indah untuk dilihat. Bahkan, guru di Gerakan Indonesia Mengajar yang digawangi Anies Baswedan, “wajib” datang dan mengamati proses belajar-mengajar di Batutis Al-Ilmi, sebelum mereka terbang mengajar ke pelosok tanah air selama setahun penuh.

Artis, budayawan, tokoh masyarakat, politisi, guru, calon guru, blogger, semua berkunjung ke Batutis Al-Ilmi, melihat betapa jika gerakan yang dibangun dari hati, bisa menyentuh ke hati juga dan menggerakkan orang lain untuk membantu tidak setengah-setengah. Itu yang dilakukan Pak Yudhis dan Bu Siska: bergerak dari dan dengan hati.

Azwar Anas & Peresmian Gedung Baru SD Batutis Al-Ilmi (http://batutis.ning.com)

Azwar Anas & Peresmian Gedung Baru SD Batutis Al-Ilmi (Source: http://batutis.ning.com)

Gerakan cinta (dari) garasi yang dibangun Pak Yudhis dan istrinya ini, sesuai dengan semangat yang diusung oleh Gerakan Indonesia Berkibar. Tujuannya sama-sama mulia: guna membantu pendidikan Indonesia agar jadi lebih baik. Gerakan civil society seperti yang dilakukan Pak Yudhis dan Bu Siska ini, layak dijadikan contoh dan ditiru. Kita tak harus menunggu pemerintah untuk berkontribusi bagi masyarakat di sekitar kita. Bermodal tekad dan nekat, kita bisa dalami suatu ilmu, jalani dengan serius, hadapi segala tantangan, cari solusi, dan tetap berdoa minta petunjuk-Nya, maka Insya Allah tangan Tuhanlah yang akan bekerja untuk memudahkan langkah kita.

Bayangkan jika gerakan civil society bidang pendidikan di Indonesia bisa berangkat dari garasi rumah warga seperti Pak Yudhis dan Bu Siska lakukan, maka masalah pendidikan kita bisa selesai satu-persatu dengan lebih cepat. Minimal, ada kesadaran untuk berani berkontribusi untuk masyarakat di sekitar rumah kita. Bayangkan pula efek berantai yang bisa didapatkan darinya. Hendaknya, gerakan seperti yang digagas Pak Yudhis dan istrinya inilah yang akan jadi mitra kerja Gerakan Indonesia Berkibar ke depan. Batutis Al-Ilmi sudah kolaborasi dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Sudah saatnya Gerakan Indonesia Berkibar, di bawah komando Shafiq Pontoh, juga turut berkolaborasi dengan Batutis Al-Ilmi. Pasti akan ada hal-hal keren lahir dari kolaborasi ini. Saya meyakini, seperti yang dikatakan Pak Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, Gerakan Indonesia Berkibar, bisa menjadi enabler bagi sesuatu yang “tidak mungkin”, menjadi “mungkin”. Gerakan Indonesia Berkibar bisa jadi enabler bagi banyak masyarakat di Indonesia untuk bisa mengecap pendidikan metode sentra seperti yang dibuat di Batutis Al-Ilmi.

Gerakan cinta (dari) garasi Pak Yudhis-Bu Siska ini bukan gerakan yang lahir dari pepesan kosong, bukan pula gerakan yang tipenya hanya minta-minta. Namun, gerakan ini diawali dengan pemahaman mendalam tentang posisi dan peran penting mereka bagi dunia pendidikan usia dini di Indonesia. Pak Yudhis-Bu Siska bisa dibilang sebagai duta baru bagi metode sentra, setelah sebelumnya diperkenalkan oleh Yayasan Al-Falah.

Pak Yudhis adalah pahlawanku. Ia tak hanya menjadi guru menulisku, tapi juga menjadi guru-teladan lewat tindakanya untuk lingkungan di sekitarnya. Berbuat baik harus total dan jangan setengah-setengah. Selain kebahagiaan yang tak bisa dikomparasikan dengan uang, ia juga semakin bisa berperan lebih luas. Ia dan istrinya kini sering keliling Indonesia untuk menularkan virus positif, membangun mental bangsa dari lewat jalur pendidikan usia dini. Semua perjuangan ini berasal dari garasi rumah mereka yang sederhana, namun dibungkus tekad kuat setinggi langit.

Pak Yudhis juga membuka cakrawala berpikirku bahwa untuk menjadi orang sukses, tidak harus pintar secara akademik. Kecerdasan itu jamak alias banyak. Kalau mau mendalami satu profesi, yang sesuai dengan kecerdasan dan passion Anda, tentu hidup akan terasa begitu indah dan mudah. Tak perlu risau memikirkan hidup ini. Tiap orang punya kecerdasan dan kelebihannya sendiri dan itu harus dimanfaatkan betul.

Dalam senyap aku berpikir panjang dan dalam tentang perjuangan Pak Yudhis dan Bu Siska. Aku yakin, gerakan yang dibangun dari hati, akan berkembang dan tersebar untuk menyentuh hati. Dan itu pun sudah terbukti. Batutis Al-Ilmi sekarang sudah punya gedung sendiri. Gedungnya megah, indah dan catchy.

Hal yang paling saya kagumi dari Pak Yudhis sejak ia nyemplung di dunia pendidikan anak-anak adalah ia makin produktif menulis di media massa. Sesuatu yang jarang dilakukannya ketika memimpin Majalah Nebula. Misalnya tulisan yang saya ingat berjudul Pemerintah “Gagal TK”. Tulisan itu membahas kegagalan DPR dalam mengklasifikasikan masalah terkait respon isu pro-kontra BBM bersubsidi beberapa waktu lalu. Boro-boro cari solusi, ini bangsa kita masih berkutat dan muter-muter di masalah mendasar: gagal mengklasifikasikan masalah. Parah bukan? Bangsa kita adalah produk pendidikan yang saat usia kecil kurang masa bermainnya. Sehingga, ketika dewasa, malah naluri main-mainnya muncul. Termasuk ketika mengurus negara. Ada ego yang tak tersalurkan di masa kecil yang ternyata baru muncul di saat mereka memegang posisi penting. Mengenaskan!

Siswa di TK dan SD Batutis lebih jago dari DPR. Mereka bisa klasifikasi barang dan masalah. Misalnya, Pak Yudhis pernah cerita ke saya, seorang anak pemulung setelah belajar di Batutis, jadi bisa mengklasifikasikan mana barang bekas yang bernilai tinggi, mana yang bernilai rendah (nilai jual). Bandingkan jika mereka tak sekolah. Tentu akan serabutan dan tak bisa klasifikasi mana barang bekas yang mahal, mana yang murahan.

Di TK-SD Batutis, anak-anak “disetting” agar berpikir kritis. Kalau di kalangan orang awam, telur dan tepung adalah barang yang digunakan untuk “menganiaya” orang yang sedang ulang tahun, maka di Batutis, telur dan tepung adalah bahan dasar kue yang bisa diolah dan bisa jadi menghasilkan duit. Suatu pola pikir yang sederhana, mendasar, tapi ini penting. Kadang kita terlalu suka ikut-ikutan budaya “ceplok telor” kepada orang yang ulang tahun tanpa merasa bersalah menghambur-hamburkan kedua materi penting itu.

Aku menganalogikan siswa di Batutis Al-Ilmi, ketika melihat suatu objek, mereka tidak hanya melihat benda sebagai benda an sich. Tapi lebih dari itu. Mereka dibiasakan melihat what is something beyond benda tersebut (sampai ke akar-akarnya). Kalau melihat kulit, kulitnya dibelek, dilihat isinya apa sih di belakangnya. Misalnya, saat makan siang bersama, seorang anak bertanya, “Ini nasi kuning apa sih kandungannya?” Anak yang lain akan menjawab “karbohidrat”. Lalu yang lain akan bertanya, “Karbohidrat untuk apa? Apa bedanya dengan protein?” dan begitu seterusnya percakapan itu berlangsung tanpa putus. Luar biasa. Aku sendiri merasa minder. Terus terang benar-benar minder. Waktu kecil, tak pernah diajarkan berpikir kritis seperti itu. Tak pernah bertanya sampai ke hal-hal mendalam dan detil.

Gerakan Batutis Al-Ilmi ini dimulai dari garasi rumah, merambah ke ruang teras rumah tetangga, lalu digratiskan sewa tanah oleh dermawan untuk bangun gedung sekolah, hingga akhirnya sekarang bisa membangun area sekolah yang layak dan nyaman.

Pak Yudhis dan Mimpi Yang Jadi Nyata (Source: http://batutis.ning.com)

Pak Yudhis dan Mimpi Yang Jadi Nyata         (Source: http://batutis.ning.com)

Sungguh perjuangan yang luar biasa. Sangat menyentuh. Konsistensi pak Yudhis dan Bu Siska, patut dicontoh sebagai benchmark pahlawan pendidikan masa kini. Anda yang masih muda atau berjiwa muda, harusnya bisa belajar banyak dari pasangan Pak Yudhis-Bu Siska. Mereka telah menemukan passionnya. Pak Yudhis yang ahli menulis, menyumbangkan tenaganya agar konsep metode sentra dan pengalaman di Batutis Al Ilmi bisa tersebar lewat majalah, buku, online hingga bisa diketahui orang banyak. Sementara Bu Siska yang memang getol mendalami dunia pendidikan anak-anak, selalu update diri dan informasi seputar pengelolaan sekolah yang baik dengan ikut seminar pendidikan dengan narasumber dari dalam dan luar negeri. Keduanya berkolaborasi dan membuat karya yang awalnya sederhana, namun berubah jadi fenomenal: Sekolah Batutis Al-Ilmi. Sebuah gerakan cinta (dari) garasi!

Media TK Sentra Perdana (Source: http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com)

Media TK Sentra Perdana (Source: http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com)

Buku Master Piece Batutis Al-Ilmi (Baru Terbit)

Buku Master Piece Batutis Al-Ilmi (Baru Saja Terbit & Bisa Dipesan)

Sila Berkunjung ke Batutis Al-Ilmi & Rasakan Sensasi “WOW”

Pondok Pekayon Indah Blok BB 29 No. 6 Jl. Pakis V B, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan 17148. Telp. 021. 9827.3077. Website: http://batutis.ning.com/ Email: mediatksentra@yahoo.com ymassardi@yahoo.com siskatkbatutis@yahoo.com. YAYASAN BATUTIS AL-ILMI BEKASI. Rekening: Bank Mandiri Cabang Taman Vila Galaxy Bekasi No: 156.00.0435331.6

Ingin komunikasi dengan saya? Follow twitter saya: @pukul5pagi

Tulisan ini meraih Juara 1 Lomba Blog GIBBlogCompetition, tema “Guruku Pahlawanku”, dan mendapatkan hadiah utama Macbook Air 11 inci. Alhamdulillah:

Pemenang Lomba Blog Gerakan Indonesia Berkibar
“Guruku Pahlawanku”

**Pemenang 1 mendapatkan 1 unit Mac Book Air 11 inches

Gerakan Cinta (Dari) Garasi!

Pemenang 2 mendaptkan 1 unit Samsung Galaxy Note

Mereka Pahlawan, Mereka Diabaikan

Pemenang 3 mendaptkan 1 unit Samsung Galaxy Tab 2, 7 inches

Menatap Wajah Ayahku

38 responses to this post.

  1. Posted by puyi on November 13, 2012 at 7:07 AM

    Subhaanallaah Inspiring. Semoga kelak bisa seperti itu. Aamiin

    Reply

  2. Posted by dewi_shogir on November 13, 2012 at 5:27 PM

    Luar Biasa……boleh donk nulis lebih detail tentang metode sentra, br yg ga bs nengok langsung ke TK Batutis Al-Ilmi bisa punya gambaran hehehe…..

    Reply

    • Sangat ingin sekali menuliskannya detil. Namun sekarang masih terbatas waktu untuk silaturrahim ke sana. Kalau saran saya, bisa langganan majalah Media TK Sentra. Lebih komprehensif lagi jika beli bukunya. Ada yang terbaru terbit 12 November. Fresh from the oven. Silahkan pesan ke alamat yang saya berikan di blog ini. Saya sudah pesan untuk anak-istri di rumah.

      Reply

  3. Posted by Putri Bunda Queen on November 14, 2012 at 4:12 PM

    Ya Allah subhanallah, kakak terimakasih.. Tulisannya sangat menginspirasiku dan memotivasiku utk mewujudkan impianku membuka sekolah berawal dari garasi.. Sudah bilang suami, dan alhamd suami mendukung.. Kebetulan saya jg masih ngajar di SDIT di bekasi.. Awal saya baca, saya penasaran sekali letak BATUTIS Al-Ilmi itu dimana karena diawal hanya tertulis di Bekasi, dan ternyata di akhir tulisan saya temukan alamatnya yg ternyata juga satu komplek sama saya di Pondok Pekayon Indah.. Memang di komplek saya banyak sekali sekolah garasi untuk para dhuafa, semoga saya bisa bersiaturahim ke BATUTIS Al-Ilmi… Makasi ya kak.. Salam Edukasi

    Reply

  4. keerreeennn………….. inspiratif bangettt… makasihh kawaann……….. keep spiritt.. 🙂
    #BloggerJugaManusia

    Reply

  5. Posted by Khairil Anwar on November 15, 2012 at 11:12 AM

    Keren tulisannya, keren objek tulisannya, keren penulisnya 🙂

    Reply

  6. […] Keluar Dari Zona NyamanGerakan Cinta (Dari) Garasi! […]

    Reply

  7. Posted by Ulil on November 26, 2012 at 5:07 AM

    It’s so amazing! Jadi ingat klo aku punya mimpi ingin mengajarkan bahasa Inggris gratis ke anak-anak yang kurang mampu untuk kursus bahasa Inggris. Kebayang betapa “luar biasa”nya Indonesia kalau “bule-bule” yang datang ke pelosok bisa berkomunikasi dengan anak-anak Indonesia dengan bahasa Inggris yang baik dan benar 🙂

    Reply

    • Cita2mu mulia sekali. Segera rencanakan sebaik2nya, sedetil2nya, lalu segera juga dieksekusi. Niat baik, selalu akan dimudahkan Allah. Good luck!

      Reply

  8. Selamat, dapet juara satu di lombanya @IDBerkibar 🙂

    Reply

  9. ini dia juara satunya!! selamat atas kmenanganya!!
    tulisanya inspiratif, keren dah pokonya !!!!

    Reply

  10. nggak heran tulisan ini menang lomba blog Indonesia Berkibar. mencerahkan, inspiring, ngasih informasi baru, dan emosional :’)

    selamat ya, saya juga kirim do’a dan semangat untuk Pak Yudhis & istrinya 🙂

    Reply

    • Terima kasih udah mampir dan memberi testimoni. Saya masih belajar nulis masbro. Semoga Pak Yudhis dan istrinya tetap diberi kesehatan, kelapangan rezeki, dan yang paling penting, banyak anak muda yang akan meneruskan perjuangan beliau, mengkampanyekan “Metode Sentra” di pendidikan usia dini.

      Reply

  11. memang pantes jadi juara tulisannya 🙂

    selamat ya bang

    Reply

  12. selamat udah jadi the best lomba blog gerakan Indonesia berkibar…

    Salam Kenal…

    Reply

  13. Posted by Dzulfikar on November 27, 2012 at 3:04 PM

    Reblogged this on Just Share and commented:
    Gerakan Cinta Dari Garasi Yang Menginspirasi

    Reply

  14. Subhanallah..seperti biasa tulisan kak aad pasti dapat menginspirasi adik2nya..
    Untuk dapat memesan buku “pendidikan karakter dengan metode sentra” bagaimana caranya ya kak?

    Reply

    • Alamat Pemesanan “Buku Pendidikan Karakter dengan Metode Sentra” (Harga Rp 300.000 di luar ongkos kirim TIKI/JNE): SEKOLAH BATUTIS AL-ILMI di Pondok Pekayon Indah Blok BB 29 No 6, Jl. Pakis V B, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan 17148 atau melalui SMS/Telp ke 0813.8842.0811 (Yudhistira Massardi) email: ymassardi@yahoo.com.

      Pembayaran:Transfer ke Rekening Bank Mandiri Cab. Taman Vila Galaxy Bekasi, No. 125.000.580.9918 atau Bank BCA Cab. Taman Vila Galaxy Bekasi, No. 5770.5798.82
      (keduanya a/n Yudhistira ANM Massardi)

      Reply

  15. Posted by @arifani on December 1, 2012 at 8:19 AM

    Inspiratif dan mengharukan!

    Reply

    • Thanks masbro. Jgn lupa beli bukunya. Pas banget buat Nares. Investasi jangka panjang. Aku sudah beli lho. Andien sedang mempelajarinya.

      Reply

  16. Posted by @arifani on December 3, 2012 at 8:26 PM

    Insya Allah…

    Reply

  17. Posted by 3yuwono on December 6, 2012 at 9:45 PM

    small thing big impact maribergerak mulai dari sekarang, dr diri sendiri, muali dr yg terkecil mungkin http://3yuwono.blogdetik.com/2012/12/02/save-remaja-indonesia/

    Reply

  18. […] untuk kaum dhuafa, Batutis Al-Ilmi namanya. Ia pun menulis tentang itu dengan judul ‘Gerakan Cinta (Dari) Garasi‘. Momen of truthnya datang ketika ada sebuah perlombaan dengan tema pendidikan. Saat itu ia […]

    Reply

    • Terima kasih sudah mampir ya. Semoga Pak Dadi terus berlatih dan mengasah tulisannya sehingga jadi senjata andalan untuk masa mendatang. Saya terbuka untuk saling tukar sudut pandang.

      Reply

  19. Nama yang betul dan benar adalah Yudhistira ARDI Noegraha Moelyana Massardi. Kisah TK/SD Batutis al-Ilmi, insya Allah, akan mirip perjalanan The Beatles yang berawal dari sebuah garasi di Liiverpool hingga menjagad-dunia sampai kini melegenda. Amin ya Rabbana..

    Reply

  20. […] menang lomba blog dengan tema “Guruku Pahlawanku” yang diadakan oleh IDBerkibar. Tulisanku Gerakan Cinta Dari Garasi mendapatkan Juara 1 (satu), mengalahkan 1.027 postingan blog lainnya. Lumayan dapat Macbook Air. […]

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story

%d bloggers like this: