Tulisan yang sangat dalam!
Archive for July, 2013
19 Jul
Ini Aksi, Bukan Donasi!
Mohon maaf, atas desakan banyak pihak, tulisan sebelumnya harus dihapus karena menyentil banyak orang. Ada anggota wakil rakyat yang kebakaran jenggot, ada pejabat sekolah yang tidak suka, ada juga guru yang tak setuju isu ini diangkat.
Kadang orang Islam itu ada phobia berlebihan tersendiri. Aneh. Disakiti, dizolimi, malah diam saja menutup diri. Ya sudahlah.
Baru kali ini saya menulis spt ‘kerasukan’ yang bisa saya nikmati. Kontemplasi mendalam, memotret kejadian yang sebenarnya, menampilkan kata-kata berani dan kuat yang menyentuh. Selesai menulis, setelah diendapkan 10 menit, saya baca lagi tulisan saya. Saya menangis. Itu adalah salah satu tulisan terbaik yang pernah saya buat.
Kecewakah saya? Pasti. Sangat. Biarlah anak saya yang kelak membaca tulisan asli dari bapaknya, dan menjadi saksi bahwa bapaknya adalah pemberani. Pemberani untuk mengatakan yang benar adalah benar, yang salah itu adalah salah. Berani itu butuh nyali. Berani itu dari hati.
Ada juga yang minta naskahnya diedit semanis mungkin. Untuk apa bermanis-manis ria, seolah menutup pokok permasalahan yang ada? Itu bukan tipe saya. Maaf sekali lagi, saya menulis bukan untuk membuat semua hal terasa manis. Saya menulis karena ada panggilan dari hati untuk menulis.
“Menulis adalah sebuah keberanian…”
― Pramoedya Ananta Toer
10 Jul
WOI! (Wall of Inspiration)
“WOI!, hidup (di dunia) cuma sekali. Jangan jalani secara biasa-biasa aja.”
Sebagai kepala keluarga Umarat, saya ingin memimpin keluarga ini menjadi keluarga yang keren, unik, tak ikut-ikut hal yang ga perlu, punya karakter sendiri, punya cara sendiri untuk mendidik anak-anak kami, mampu mengeksplorasi kemampuan tiap anggota keluarga secara optimal, dan yang paling penting saya ingin keluarga kami masuk surga kelak di yaumul akhir. Sesuai syarat-syarat berlaku yang telah termaktub di dalam ajaran agama Islam yang kami anut.
Nah, untuk mencapai target agar keluarga kami keren, dan seterusnya itu, tentu diperlukan terobosan yang tak biasa dalam kehidupan berkeluarga. Salah satu yang menjadi concern saya dan Andin dalam mendidik Afiqah Humayra Umarat–putri pertama kami–adalah bagaimana ia tak terjebak ke dalam pendidikan formal berkualitas biasa semata.
Jangan sampai ia teralienasi pada sistem sekolah formal, lalu proses belajar pun hanya terfokus berlangsung di sana. Bagi kami, proses belajar anak kami harus berlangsung dimana saja, kapan saja. Ia bebas bertanya apapun. Kami selaku orangtua harus siap dari sekarang. Kalau-kalau anak kami nanti cerewet dalam bertanya ini-itu, kami harus siap mental menjawabnya semaksimal yang kami bisa. Tidak boleh mematahkan semangat belajar dan bertanya. Jika kami belum bisa jawab pertanyaannya, maka tugas kami adalah mencari tahu secara bersama-sama putri kami tentang jawaban yang hendak dicari.