DIMODUSIN Afiqah

Sore itu, saya baru pulang dari Sovereign Plaza, mengikuti sebuah training penting. Manda Andin sudah tahu biasanya di tiap Senin, saya akan sampai Kota Wisata jam 18.00. Maka, Manda Andin menjemput saya di depan Kota Wisata. Tadinya Afiqah tak diajak serta. Tapi begitu tahu mau jemput Pak Ading, ia segera berubah pikiran, ingin turut serta.

Di Whatsapp saya meminta Andin ajak serta Afiqah. Entah kenapa, karena habis menyepi nulis di bawah kaki gunung Galunggung-Tasikmalaya selama 3 hari 3 malam, maka rasa kangen itu masih membuncah. Afiqah sekarang jauh lebih ceriwis. Ditinggal 3 hari, benar-benar ceriwis banget. Ngomongnya itu seperti orang dewasa.

Afiqah Melucu

Afiqah Berbahasa Betawi

Ada update-an baru pada diri Afiqah. Ia sekarang sedang terpengaruh gaya bicara khas Betawi. Pengaruh itu berasal dari teman sekolahnya di Batutis Al-Ilmi. Suatu kali saya menjemput Afiqah di sekolah, lalu dari kejauhan, saya sudah terlihat oleh teman-temannya. “Noh, bapak loe noh…” kata teman Afiqah memberi tahu bahwa ia sudah dijemput.

Kira-kira model ngomong khas Betawi begitulah yang sedang trending di dalam diri Afiqah. Sekarang ia biasa ngomong, “Iya yak…”. Ia juga mulai ngomong kata “gue”.

Ketika saya tanya, “Gue itu apa sih artinya dek?”

Dijawab Afiqah, “Betawi.”

“Iya, itu bahasa Betawi, tapi artinya apa?” tanyaku penuh selidik.

“Saya,” jawab Afiqah singkat. Ternyata ia tahu sedikit-sedikit arti kata bahasa Betawi.

Nada ngomong Afiqah sekarang cukup tinggi, seperti orang Betawi yang rame’ banget. Saya jadi ingat dulu sangat dekat dengan Mpok Ani, penjual nasi uduk yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri di Kukusan Depok, dekat Universitas Indonesia.

Padahal, tepat bulan Desember 2015 lalu, kami pulang ke Surabaya dan Mojokerto. Dari sana, Afiqah sudah bermetamorfosis jadi orang Jawa. Dialeg bahasanya medhok banget khas Suroboyoan. Tapi ternyata, setelah bergaul lagi dengan teman-temannya di sekolah, ia bisa dengan mudah berubah. Anak-anak di usia emas, memang paling cepat menyerap segala sesuatu dari lingkungannya. Mereka seperti sponge. Gampang nyerap cairan.

Apa reaksi saya dan Manda Andin terhadap Afiqah yang mulai berbahasa Betawi? Kami tidak menganggap ketika Afiqah berbahasa Betawi atau berbahasa Jawa sebagai sesuatu yang salah. Namun, kami anggap itu sebagai momen perkenalan Afiqah kepada bahasa daerah. Kami menanggapi Afiqah yang bilang “gue” dengan respon, “Oh, Afiqah sedang berbahasa Betawi. Tapi Pak Ading dan Bu Andin ingin kita di rumah pakai bahasa Indonesia ya…”

Meminta Secara Halus

Kembali ke laptop, cerita awal Afiqah menjemput saya di depan komplek Kota Wisata.

Saya turun dari angkot 121 jurusan Kampung Rambutan-Cileungsi. Setelah membayar ongkos angkot, pas turun saya sudah lihat ada mobil keluarga kami yang parkir di bundaran depan Kota Wisata. Alhamdulillah sudah standby.

Saya jalan menghampiri mobil, lalu lewat kaca mobil sebelah kiri depan, saya goda Afiqah. Saya gelitik ia dari belakang. Ia kaget. “Eh….., ada Pak Ading…”

“Terima kasih ya udah jemput ayah…,” kataku. “Afiqah kangen ayah? Katanya tadi mau main sama Uti?,” tanyaku pada Afiqah.

“Aku kangen ayah….,” balas Afiqah so sweet.

Kalau udah begini, saya hanya bisa menjadi lilin yang sedang dibakar api: MELELEH.

“Ayah duduk di belakang ya. Afiqah di depan,” begitu kata Afiqah mengatur posisi tempat duduk kami.

Okelah. Saya pun kemudian membuka pintu belakang, masuk, duduk, dan mengucap Alhamdulillah tanda bersyukur karena bisa bertemu keluarga lagi.

Baru beberapa detik duduk, lalu Afiqah nanya lagi, “Ayah bawa apa?”

“Maksudnya?” kataku heran. Tak biasanya dia bertanya seperti itu. “Ayah bawa tas.”

“Oooh, tas. Isinya apa?” selidik Afiqah lebih lanjut.

Saya segera buka tas dan menunjukkan kepada Afiqah isinya. “Ada laptop dan buku. Tidak ada yang spesial, biasa aja. Emangnya kenapa? Kok nanya begitu?” kataku balik bertanya.

“Nggak…kirain Pak Ading bawa mainan…” lanjut Afiqah lagi sambil tersenyum lebar.

Seketika juga saya dan Manda Andin pun ngakak. Gila ya. Dua orand dewasa sedang DIMODUSIN oleh anak umur 3 tahun 3 bulan. Ternyata Afiqah baru saja mempraktikkan bagaimana teknik berbahasa dengan cara yang tak biasa.

Ketika kami belajar ilmu Metode Sentra di Batutis Al-Ilmi, Bu Siska menjelaskan ada 4 jenis pertanyaan: konvergen, divergen, faktual, dan evaluatif. Pertanyaan konvergen itu biasanya dimulai dengan kata : apa, siapa, kapan atau dimana. Jawabannya pun agak mengerucut, sudah jelas. Pertanyaan divergen ini jenis pertanyaan terbuka, dan biasanya dimulai dengan kata: bagaimana dan mengapa. Pertanyaan factual mengacu pada pertanyaan yang meminta jawaban yang sifatnya pasti, ilmiah. Misalnya, ada berapa jenis pembagian lapisan langit? Jawabannya ada 7, diantaranya Termosfer, Stratosfer, dan seterusnya. Lalu pertanyaan evaluatif berupa pertanyaan nyecer mengejar sampai tuntas.

Pertanyaan konvergen itu contohnya: “Apa rasanya laut?”

Pertanyaan divergen itu contohnya: “Bagaimana ciri-ciri air laut?”

Pertanyaan faktual itu contohnya: “Apa nama laut diantara pulau Sumatera dengan pulau Kalimantan?”

Pertanyaan evaluatif itu contohnya: “Kamu menggambar apa? (dijawab: pohon pisang). Apa yang kamu tahu tentang pohon pisang? (dijawab: rasa buahnya manis). Bagaimana dengan tekstur buahnya? (dijawab seterusnya).”

Kalau kita lihat dalam perspektif umum, Afiqah menyelidikiku dengan pertanyaan evaluatif dalam kadar yang ringan, lalu ditutup dengan pernyataan tidak langsung (non-directive statement).

Afiqah: “Ayah bawa apa?”, dijawab Ayah: “Ayah bawa tas” à pertanyaan evaluative.

Afiqah: “Oooh, tas. Isinya apa?”, dijawab Ayah: “Ada laptop dan buku. Tidak ada yang spesial, biasa aja. Emangnya kenapa? Kok nanya begitu?” à pertanyaan evaluatif. Ternyata ia sudah puas mendengar jawaban ini.

Afiqah: “Nggak…kirain Pak Ading bawa mainan…” à Pernyataan kalimat tak langsung (non-directive statement). Ini pesan terselubung yang ingin disampaikan.

Simple-nya, Afiqah sebenarnya secara tidak langsung sedang menerapkan teknik persuasi untuk mewujudkan sebuah harapan atau ingin menyampaikan pesan: BELIIN AKU MAINAN DONK….

Tapi caranya halus. Caranya tidak langsung. Itu cukup elegan dan menarik buat kami berdua. Alhamdulillah Afiqah naik tingkat dalam hal kemampuan berbahasanya. Kalau kami ingat lagi masa kecil diri kami ataupun adik-adik kami, biasanya anak kecil minta mainan main langsung saja, tanpa tedeng aling-aling, “Mau ini, mau itu…” Kalau tidak dibelikan, bisa jadi pakai jurus nangis guling-guling di depan umum agar orangtua kita mau membelikan apa yang dikehendaki. Tapi untuk kasus Afiqah sore ini, ia benar-benar menunjukkan teknik berbahasa yang cukup tinggi untuk anak seusianya. Ini jenis high context communication. Komunikasi tingkat tinggi.

Anak-anak yang dibangun teknik berbahasanya dengan SPOK (Subjek Prediket, Objek, Keterangan) sejak usia dini, maka ketika besar nanti dia tidak akan kesulitan mengutarakan apa yang menjadi masalah dalam hidupnya. Daya ungkapnya mampu menolong dia untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup yang ia hadapi. Jadi, bukan lari dari masalah, tapi dihadapi dengan berbicara, berbahasa secara elegan. Jangan hanya bayangkan satu-dua anak Batutis saja. Bayangkan kalau kemampuan berbahasa ini dimiliki anak di seluruh Indonesia saat ini, maka nanti di tahun 2045, saat kita mendapatkan bonus demografi yang tumpeh-tumpeh itu, maka angkatan kerja (produktif) kita bisa berlaku sebagai BERKAH, bukan MUSIBAH. Orang-orang yang jelas tujuan dan mau kemana langkah, peran, dan karyanya karena konsep dirinya jelas sejak usia dini. Mereka mengerti AKU dan KEBUTUHANKU.

Ini sore yang indah buat saya. Satu-persatu bukti dampak mendalam dari pendidikan Metode Sentra di sekolah Afiqah, keluar secara alamiah dalam kehidupan keluarga kami. Kami semakin tertarik dan penasaran, apa lagi di masa mendatang yang keluar spontan dari tindakan Afiqah, yang bikin kita geleng-geleng kepala lagi.

Ingin ngobrol dengan saya tentang Metode Sentra? Silakan colek saya di Twitter saya @pukul5pagi atau kontak Whatsapp saya di 08111170128.

3 responses to this post.

  1. Hihiii.. kok bisa yaaa anak kecil bisa ngemodus udah kaya lihai. 😀 cerdas yaaaa… 🙂

    Reply

    • Dibuat setting lingkungan yang tak biasa direct order (perintah langsung), nanti lama-lama dia bisa sendiri. Di sekolahnya dengan Metode Sentra juga menerapkan Anti 3M (Melarang, Menyuruh, Marah) dan berbahasa SPOK. Alhamdulillah, ternyata anak kecil juga bisa kok berbahasa tingkat tinggi.

      Reply

  2. Waaah… sama niy… sama Nares… tidak selalu langsung berbicara to the point kalau mau minta sesuatu… pasti kesana kemari dulu…

    “ibuuu, sudah pulang… alhamdulillah… nares tadi makan banyak, sekarang boleh makan cokelat?”

    “waaah, pinter… makan banyak… emang ada cokelatnya…?”

    “oooh… ibu nggak bawa cokelat buat kakak Nares?”

    bahahahaha… modus banget, minta cokelat…

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story

%d bloggers like this: