2015 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2015 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The Louvre Museum has 8.5 million visitors per year. This blog was viewed about 110,000 times in 2015. If it were an exhibit at the Louvre Museum, it would take about 5 days for that many people to see it.

Click here to see the complete report.

Bingung

Benar jadi salah
Salah jadi benar
Baik jadi jahat
Jahat jadi baik

Suka jadi benci
Benci jadi suka
Luka jadi obat
Obat jadi luka

Racun jadi penawar
Penawar jadi racun
Busuk jadi segar
Segar jadi busuk

Rampok jadi pahlawan
Pahlawan jadi rampok
Pesakitan jadi idola
Idola jadi pesakitan

Duka jadi suka
Suka jadi duka
Air mata jadi tawa
Tawa jadi air mata

Ibu jadi budak
Budak jadi majikan
Majikan jadi jongos
Jongos jadi cukong

Mana yang Kau percaya?

Jumat, 22 Mei 2015

Nurhablisyah*

*Temannya Pak Ading, dulu berjuang di Nebula, sekarang berjuang memperkenalkan Metode Sentra kemanapun jua.

Bersungguh-Sungguh dalam Hidup

Tulisan reflektif yang sangat keren dari seorang kawan di Korea Selatan.

A Call for Youth

Salah satu hal yang bisa saya banggakan dalam kehidupan saya sampai saat ini adalah capaian meraih ranking 1 secara terus menerus dari kelas 1 SD sampai 3 SMA, atau dalam rentang selama 12 tahun tanpa henti (18 caturwulan saat SD, dan 12 semester saat SMP dan SMA). Saya tidak mengatakan hal tersebut menunjukkan bahwa saya pintar. Akan tetapi, nilai penting yang hendak saya tunjukkan adalah konsistensi dan kesanggupan menghadapi tantangan: menjaga performa di berbagai keadaan dan kondisi, dalam waktu yang relatif lama. Dari mulai sekolah di SD N 5 Plajan Jepara yang di kurang diminati oleh warga sekitar, lalu meng-upgrade diri ke SMP N 1 Pecangaan Jepara, salah satu sekolah favorit di Jepara, dan akhirnya bergabung menjadi salah satu pelajar di SMA Semesta Semarang.

Pertama, pada setiap level (SD, SMP, maupun SMA) saya berusaha untuk bisa konsisten menjadi yang terbaik di kelas. Tentu dalam waktu 3 tahun di SMA…

View original post 1,035 more words

Voice from Heaven

Saya bukan penggemar film India, tapi kalau dengar suara indah begini, saya takluk. Aku berharap anakku, Afiqah Humayra Umarat, suaranya seindah di video ini. 🙂

SAVING MY MEMORIES

Entah mengapa saya merasa para penyanyi playback di film-film India itu kalau diumpamakan “dianugerahi suara dari surga”. Suara mereka merdu, jernih dan selalu menghanyutkan, membuat saya tak pernah bosan mendengarkan nyanyian mereka. Belum lagi instrumen yang kerap mengiringi lagu-lagu India tersebut yang membuat lagu-lagu India terasa kaya.

Kalau dilihat dari range suaranya, para penyanyi India memiliki range suara yang lebih lebar ketimbang penyanyi kita. Ini bisa dilihat bagaimana beberapa penyanyi dangdut kita selalu kesulitan saat meng-cover version soundtrack dari film-film India, terutama ketika sudah memasuki nada-nada tinggi. Lalu, untuk melodi, saya jelas bukan seorang yang ahli di bidang musik, namun kalau diamati, penyanyi India memiliki kemampuan memainkan melodi yang lebih baik dibanding penyanyi negeri lain. Bisa jadi ini karena memang pada dasarnya musik klasik mereka memiliki banyak variasi melodi.

View original post 251 more words

Karyakan!

Tulisan yang sangat dalam!