Archive for the ‘Resensi Film’ Category

Afiqah Nonton Inside Out

Kadang-kadang tindakan impulsif, bisa menimbulkan inspirasi besar. Kami menonton film di bioskop. Pilihan film tentu saja film anak-anak, disesuaikan dengan usia Afiqah.

Sebelumnya, Afiqah pernah diajak nonton premiere The Avenger terbaru. Akibatnya? Ia sangat terpengaruh dengan film juga. Ia mengerti konsep berantem, perang, tembak-tembakan. “Ciat….dor…dor…dor,” ujarnya mempraktekkan apa yang dilihatnya di film tersebut. Kami sampai pusing bagaimana menghapusnya dari memori Afiqah. Sampai suatu saat Bu Siska menyarankan agar Afiqah dibawa ke bioskop lagi, tapi nonton film yang anak-anak, biar terhapus pengalaman berantem-berantemnya.

Kami nonton di jam 14:30, di XXI Cibinong. Tumben-tumbenan kami nonton jauh banget ke Cibinong. Tempatnya nyaman juga. Tidak terlalu ramai dan jauh dari hiruk-pikuk.

Sebelum film mulai, kami sudah keliling-keliling melihat poster film baik yang sedang tayang maupun yang akan tayang dalam waktu dekat. Afiqah enjoy sekali bermain-berlari, di dalam area ruang tunggu XXI.

Waktu sudah menunjukkan 14:25. Kami segera masuk ke teater yang sudah tertera di tiket. Ternyata sudah ada tayangan yang dimulai. Kami kira benar-benar ini yang akan ditayangkan. Ternyata hanya extra saja. Promo film berikutnya. Namun soundtrack-nya lumayan racun juga. Easy listening banget, I Lava You. Coba dengarkan deh di Youtube.

Baru 10 menit film tayang, saya langsung ingat materi mendasar Metode Sentra.” Film ini bisa banget nih menjelaskan prinsip-prinsip dasar Metode Sentra,” ujarku dalam hati. Aku dan Manda Andin saling memandang. Kami sama-sama spontan mengatakan hal yang sama, “Sentra banget ya?” Ah, kompaknya. Makanya kami jodoh. Tanpa berkata, saya tahu apa yang ada di pikiran Andin, dan ia juga tahu apa yang akan saya utarakan. Pakai jurus bahasa kalbu, #eaaaa.

Kami begitu menikmati film Inside Out. Sempat juga kepikiran, apakah Afiqah mampu menikmati film ini sama seperti yang kami nikmati? Masalahnya, film ini berbahasa Inggris, dengan subtitle Bahasa Indonesia. Khawatir Afiqah tidak bisa mengikutinya dengan baik. Aku kira Afiqah bosan mengikuti cerita film ini, sampai akhirnya suatu saat kejadian penting terjadi setelah film mencapai klimaksnya.

Respon Afiqah

Afiqah menangis mendadak di ¾ film. Ada 4 momentum yang membuat ia melakukan 4 kali tarikan “gas” nangis kencang:

Pertama, saat Joy meninggalkan Sadness à ini menggambarkan ketakutan Afiqah ditinggalkan. Sedih karena temannya tidak setia kawan.

Kedua, saat Joy naik tersedot alat penghubung ke ruang kendali pusat à Afiqah merasakan sensasi ngeri karena diperlihatkan Joy seperti dalam kondisi tersiksa dengan keadaan tersedot tersebut karena tabungnya pecah, dan ia terjatuh ke jurang. Saat itu, tangis Afiqah meninggi.

Ketiga, saat Joy dan Bing Bong si gajah lucu, mencoba beberapa kali untuk naik kereta dorong, agar bisa mencapai ruang pusat kendali lagi setelah jatuh di lembah kegelapan. Mereka beberapa kali gagal.

Keempat, saat Bing Bong si gajah merelakan dirinya tidak ikut ke dalam kereta yang mendorong Joy naik ke ruang pusat kendali otak. Si Gajah lucu itu menjatuhkan dirinya ke lembah kegelapan. Ia rela berkorban demi keberhasilan sahabatnya menggapai misi penting. Itu merupakan momen paling iba bagi Afiqah. Mengapa ia terjatuh, dan tertinggal?

Saya dan Manda Andin yang kaget bukan kepalang, segera menenangkan Afiqah. Kami menghiburnya bahwa sebentar lagi nanti aka nada kesuksesan, keceriaan. Kita seperti seorang spoiler yang membocorkan kelanjutan isi cerita. Tapi ternyata di klimaks film tersebut, proses kegagalan Joy-Bing Bong jatuh lagi ke jurang kegelapan, benar-benar dieksplorasi secara optimal. Sedihnya dapat. Tegangnya dapat. Dramatisasinya juara. Di sana, sang sutradara berhasil mengobok-obok emosi Afiqah selaku anak kecil. Selamat ya bapak sutradara. Anak saya nangis nih 4 kali tarikan gaspol, hasil nonton film ente.

Afiqah nonton pakai perasaan sekali, BAPER (Bawa Perasaan). Ia serius sekali menikmati film Inside Out ini. Padahal film ini pakai bahasa Inggris, dengan teks subtitle Bahasa Indonesia. Ia belumlah mengerti cara membaca tulisan. Namun ternyata, ia menonton menggunakan hati. Ia membaca mimik di tiap adegan. Ada juga anak kecil sudah lebih besar dari Afiqah umur sekitar 5 tahun, ia kerap bertanya kritis ke orangtuanya, “Emangnya kenapa kalau begini….kalau begitu….?” Si orangtua harus menjelaskan penyebab dan konsekuensi dari adegan per adegan. Ia menonton tidak menghidupkan tombol “rasa”. Alhamdulillah Afiqah meski masih kecil, tapi ia punya tombol “rasa” yang aktif. Ia menikmati tontonan tersebut secara maksimal. Saya karena kaget Afiqah nangis, lalu punya ide, ini momen langka, akhirnya saya rekam lewat voice recorder beberapa menit akhir ketika ia menangis.

Afiqah, jika ia mau, ia bisa jadi analis program tv atau film. Ia menikmati karya seni dengan seluruh indera dan kemampuan analisanya. Ia menangis dikala memang adegannya sedih. Ia tertawa ketika memang ada yang lucu (little monkey scene antara ayah dan anak). Ia juga bisa mengekspresikan ketakutannya manakala ada adegan yang menegangkan. Senang sekali rasanya kami selaku orangtuanya. Kalau sebuah PH (Production House) ingin tahu bagaimana respon natural dari seorang anak untuk film anak, sila kontak anak saya, Afiqah Humayra Umarat. Bisa jadi tester/ reviewer untuk film yang akan di-launching.

Sinopsis Cerita

Inside Out adalah sebuah film Amerika Serikat dari Pixar. Film ini mengenai perjalanan seorang anak menuju remaja dengan segala emosi yang ia miliki; kesedihan (Sadness), kebahagiaan (Joy), kemarahan (Anger), rasa takut (Fear), dan keegoisan (Disgust). Production House yang merilis film super keren Inside Out ini adalah PH yang membuat film Toy Story, Toy Story 2, Toy Story 3, A Bug’s Life, Finding Nemo, The Incredibles, Cars, Cars 2, Ratatouille, WALL-E, Up, Monster Inc, Monster University, dan The Good Dinosaur.

Film yang disutradarai Pete Docter dan Ronnie del Carmen ini menyajikan sesuatu yang berbeda. Ia mengajak kita melihat dunia dari dalam kepala kita masing-masing, termasuk konflik yang terjadi di dalam fikiran. “Moms have inside voices, dads have them too, and we all have little voices in our head”. Jadi, film ini tidak hanya bisa dinikmati oleh anak kecil, tapi juga menjadi renungan yang sangat dalam bagi orang dewasa.

Kembali ke cerita di film Inside Out. Masa kecil Riley sangat bahagia. Seharusnya semua anak begitu. Dijelaskan dengan analogi tabungan bola memori berdasarkan warna. Semakin dominan suatu warna, maka demikianlah terbentuk karakter seorang individu. Kalau dari kecil biasa menerima dampak dari larangan, suruhan, marah, sang anak bisa jadi penakut, peragu, tidak bisa ambil keputusan, memori dikuasai hal-hal negatif, dan lain sebagainya.

Long term memory digambarkan dengan jejeran bola yang tersimpan rapi di rak. Jika ada yang tak terpakai/ tidak berkesan, dia akan gugur. Ada petugas Cleaning Service yang bertugas menyedot memori yang tak terlalu berkesan. Adegan tersebut sangat lucu, karena bisa menjelaskan kepada pemirsa bahwa jika si anak tidak melakukan sesuatu dengan kesan yang kuat, suatu memori akan lebih mudah hilang. Nah, mengapa film ini menurut saya dan Andin sangat “Metode Sentra” banget, karena di Metode Sentra, anak diajak untuk belajar sambil bermain secara menyenangkan. Ia harus menemukan sendiri keasyikan bermain ketika belajar. Belajar bukan dalam bentuk drilling hapalan. Belajar harus dilalui dengan proses penyerapan dan pemahaman secara personal. Ketika proses belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar itu begitu menyenangkan, maka hal itu akan masuk ke dalam long term memory si anak.

Rontoknya pulau-pulau imajinasi yang membentuk karakter sang anak, merupakan hal yang sangat penting penggambarannya di film ini. Pulau ambruk diantaranya: pulau keluarga (saat Riley meninggalkan rumah), pulau kejujuran (saat Riley mencuri uang di dompet ibunya), pulau persahabatan (saat Riley kesal teman lamanya ternyata sudah dapat teman baru dan ia marah merasa ditinggalkan), pulau permainan (personal moment Riley dengan ayahnya ledek-ledekan little monkey karena tidak mau pakai baju), dan pulau hobi (pengalaman mencetak gol pertama kali saat berlatih hoki).

Saat dewasa, pulau-pulau imajinasi dan kepribadian tersebut akan bertambah. Diantaranya: fashion, asmara, dengan semakin banyak cabang masing-masing, dengan tombol yang sangat variatif.

Tiap anak punya teman imajinasinya sendiri. Misalnya Afiqah punya Edi, Afla, Sakar. Itu karangan dia sendiri. Tapi selalu disebutkan, dimanapun berada. Pernah suatu ketika kita baru sampai di apartemen setelah berangkat dari rumah di Cibubur. Lalu tiba-tiba Afiqah bilang, “Eh, itu Edi sudah sampai duluan…” kita yang ada di mobil langsung kaget. Edi temannya Afiqah ternyata ngikutin ke apartemen. Spooky. Tapi kami selalu luruskan lagi, “Afiqah bicara sesuai fakta. Tidak ada Edi di sini.”

Di film ini dijelaskan juga bahwa jingle iklan di tv yang biasanya diputar berulang-ulang, justru itu hal yang sangat mudah melekat di memori anak-anak. Tidak heran, anak-anak gampang ingat iklan yang berulang-ulang. Bahkan bisa diulang sampai 3 kali dalam satu kali putar. Ini kekuatan teori repetisi.

Ada saatnya perasaan sedih perlu dikeluarkan. Jangan dominan rasa senang saja. Itulah manusiawinya manusia. Kalau senang terus, lalu denial terhadap kondisi yang ada, tidak akan optimal hasil yang dijalani. Kalau memang harus sedih, sedihlah. Butuh menangis, menangislah. Setelah itu, segera cari solusi, dan kembali bergembira menghadapi hidup ini.

Orang kalau hanya punya marah, jijik, takut, maka kendali terhadap “rasa”nya rendah. Kalau menurut istilah Metode Sentra, batang otaknya tertutup (freezing). Sehingga di film tersebut digambarkan meja kendalinya hitam dan tidak bisa diapa-apakan. Ini fase manusia tersebut ada dalam keadaan apatis. Sudah mati rasa, terutama ketika core memory terganggu. Maka, berhati-hatilah memperlakukan anak.

Recalling Inside Out

Selesai nonton, ternyata di luar bioskop ada box khusus film Inside Out. Walhasil Afiqah tertarik main ke sana. Kami foto-foto di sana. Lalu Afiqah mulai melakukan review atau recalling terhadap film yang sudah ia tonton. Mulai cerita satu-satu dari warna dan gambar yang tertera di box tersebut. Afiqah akhirnya berfoto di masing-masing karakter emosi di film Inside Out. Ia fasih dan mahir menjelaskan bagaimana ekspresi tematik yang tepat untuk tiap karakter emosi: marah, takut, jijik, senang, sedih. Afiqah juara deh pokoknya. Sampai-sampai si security yang kami minta tolong fotoin bertiga, geleng-geleng kepala. “Kok anak kecil ini bisa aja ya ekspresinya? Kok dia tahu ya isi filmnya?” ujarnya terheran-heran. Kami hanya tertawa melihat reaksi si bapak security.

Di film Inside Out, ada satu pesan penting juga. Ternyata, pujian atau support saat main hoki di masa kecil, jadi memori yang indah jangka panjang buat si anak. Ia jadi suka sekali dengan hoki. Bahkan hingga ia besar. Saat bermain bersama anak di kala ia kecil, kita harus beri penghargaan terhadap upaya anak. Waktu itu digambarkan di film bahwa Riley terpeleset saat main hoki dan tak sengaja malah mencetak gol. Tapi, orangtuanya memberi apresiasi. Ayah ibunya memberi semangat. Maka, once dia ingat sesuatu yang sangat berkesan, dia akan mencintai momen tersebut dan bisa jadi ia jatuh cinta pada apa yang dilakukan saat itu (hoki).

Carilah sisi positif anak sekecil apapun. Beri ia penghargaan. “Terima kasih ya meski kondisi sulit, tapi kamu tetap bisa senyum tadi…” ujar ibu kepada Raily. Si anak yang tadinya sempat mau marah, karena dipengaruhi Si Marah di dalam otaknya, ternyata malah berganti arah. Ia malah merasa terenyuh. Ia jadi respect ke orangtuanya.

Anak waktu lahir, yang muncul harusnya Joy dahulu. FItranya anak masih di masa-masa bermain, eksplorasi neuron, masih polos. Jika joy dominan saat kecil, ini jadi tabungan yang bagus buat masa depannya karena core memory-nya dibalut oleh sesuatu yang positif.

Jika kembali ke cerita film Inside Out, ada adegan yang menjelaskan bagaimana rasa senang dan pengalaman yang dominan bisa mengubah respon orang jika menghadapi situasi yang tak menyenangkan. Riley hampir sedih pas lihat rumah yang ia pindah ke sana tidak sesuai harapan, bapaknya sibuk, tapi karena si anak selalu didominasi hal positif, gembira, lahirlah ide untuk pergi membeli pizza. Padahal ada opsi untuk mengamuk, tapi tak ia lakukan.

Anak kecil juga perlu dibangun trust ke orangtuanya dulu sebagai bagian dari ring 1. Dia harus merasa nyaman di ring 1 agar perkembangan kecerdasan jamaknya optimal. Jika trust-nya terbangun, insya Allah lebih mudah membangun karakter yang kuat dalam diri anak.

Dampak setelah nonton film Inside Out pada keesokan harinya, Afiqah bilang, “Afiqah uu’ (buang air besar), mau cebok. Berarti mbak-mbak hijau di kepala Afiqah jijik ya, dah sadar.” Kami tertawa bertiga. Ternyata gampang sekali memberi pengertian kepada anak umur 2 tahun 10 bulan bagaimana mengambil manfaat dari menonton film. Ia langsung praktekkan makna dari film tersebut. Makasih ya nak. Itu adalah insight yang paten kali bisa keluar dari anak usia segitu. Ini adalah bagian dari berkembangnya logic-mathematic Afiqah. Ini perkara sebab-akibat. Otaknya sedang berlatih dan bergelut dengan itu.

Sebelumnya kami beri pijakan dulu ke Afiqah bahwa si hijau itu (disgust) berkaitan dengan sikap jijik. Kalau mbak-mbak jijik sudah sadar, Afiqah akan merasa risih/ tidak nyaman saat ada uu’ di pampers atau pas mau pipis, atau ada yang kotor, atau ada yang berantakan. Ternyata, hal itu dipraktekkan oleh Afiqah. Film ini benar-benar impactful buat Afiqah. Positif buat anak, asal disampaikan pesan yang tepat ke dalam pijakannya.

Hikmah film ini bisa menyasar ke semua kalangan, baik anak, orangtua, ataupun keluarga besar. Kita bisa memilih sikap mau memborbardir anak cucu kita dengan tindakan atau sikap marah, takut, senang, jijik, sedih di dalam interaksi kita sehari-hari dengan mereka. Hal ini akan mempunyai konsekuensi logis dan mempengaruhi karakter si anak ke depan.

Kalau anak bisa handle perasaan kapan harus mengeluarkan sedih, marah, takut, jijik, senang, dengan kadar yang pas, dan konteks yang tepat, maka dia akan jadi anak cerdas secara emosional. Ia akan mudah bergaul dengan lingkungannya.

Ada sindiran satir di film ini tentang bagaimana cara berpikir bapak, ibu, anak di keluarga. Misalnya, bapak-bapak kerap tidak fokus ketika diajak bicara oleh keluarga karena sedang memikirkan pertandingan olahraga favoritnya. Ah, jadi ingat kalau Pak Ading sedang nonton pertandingan bola di tv. Manda Andin bagaimanapun ngototnya ngajak bicara, tidak akan pernah bisa dijawab dengan fokus, karena pikiran orang yang sedang nonton pertandingan bola tidak sedang berada di rumah. Ruhnya hanyut-larut-terbang ke negara Inggris, Italy, Spanyol, atau Jerman. Betulkah begitu, wahai pecinta bola? Hehehe.

Nah, Anda sudah nonton film Inside Out se-keluarga kah? Cobain deh. Rasakan sendiri sensasinya. Ini film buat Anda kaum yang berpikir. Menurut saya, ini adalah film terbaik dari keseluruhan film Pixar yang pernah ada. Level puas menontonnya bisa mencapai tingkat tinggi!

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story