Kamis malam lalu (18/08/11) aku pulang kerja dalam kondisi sangat lelah. Iseng-iseng, bertandanglah daku ke kamar tetangga kos, untuk cerita-cerita. Ketika sedang asyik berbagi kisah, tiba-tiba muncul Rahmat, tetangga kost-ku yang masih kelas sekolah dasar. Rahmat kaget melihat aku menggunakan seragam bertuliskan logo RCTI.
“Om kerja di RCTI emangnya?” tanyanya penasaran.
“Iya mat,” jawabku datar. Rahmat seperti takjub. Ia lalu bercerita pernah nonton acara live musik di RCTI pada malam hari bersama teman-temannya. Memang, RCTI kerap mengadakan acara musik terbuka buat penonton umum. Rahmat begitu antusias menceritakan kenangannya bersama RCTI.
Sampai di satu titik tertentu, ia mengungkapkan ingin menonton acara Dahsyat secara live. Ia belum pernah soalnya. “Bisa ga om?” tanyanya.
“Bisa aja. Sabtu besok aja, mau? Aku kebetulan kerja. Jadi kamu bisa aku ajak masuk nonton Dahsyat,” tawarku. “Beneran om?” ungkapnya setengah tak percaya.
“Iya, benar. Nanti aku tunggu jam 7 pagi ya, kita berangkat bareng,” ujarku menutup pembicaraan. Rahmat pun akhirnya berlalu dari kamar temanku dengan sumringah menempel di wajahnya. Aku senang melihat dia bahagia. Rahmat adalah tetanggaku, masih kecil, tapi sudah ditinggal ibunya yang kerja di Kuwait sebagai TKW. Ayahnya adalah penjaga keamanan di rumah juragan di sebelah kost-ku. Kadang, kasihan aku padanya. Ia jarang interaksi dalam dekapan ibu tercinta. Hanya lewat telpon saja.
### Continue reading