Wahyudin, Kenek Transjakarta nan Inspiratif

“Bapak-ibu silahkan bergeser ke dalam, masih kosong di bagian belakang dan depan.”

Begitu himbau seorang petugas penjaga pintu di sebuah bus Transjakarta yang aku naiki dari Halte Harmoni menuju Blok M. Maklum saja, biasanya penumpang akan bertumpuk di bagian tengah bus dekat pintu dan banyak yang malas bergeser ke bagian belakang atau depan bus. Umumnya mereka takut repot saat turun karena terhambat penumpang lain.

Nama petugas yang menghimbau tadi adalah Wahyudin. Aku mengetahui namanya setelah melihat “papan nama” yang terjahit di bagian dada kanan atas pada seragamnya.

Tak hanya kali itu saja himbauan dari Wahyudin kepada penumpang Transjakarta. Ia dengan rajin menyebutkan halte mana yang akan disinggahi bus Transjakarta berikutnya. Sehingga penumpang di dalam bus bisa dengan sigap bergeser ke depan pintu untuk keluar ketika tahu halte yang dituju sudah dekat. Penumpang yang masih jauh turunnya, dihimbau Wahyudin untuk memilih tempat di bagian belakang, atau di depan dekat supir. “Jangan lupa pegangan ya bapak-ibu, ambil tali gantungannya agar tidak jatuh,” ujar Wahyudin mengingatkan penumpang yang merupakan clientnya.

Di kesempatan lain, ketika ia melihat penumpang yang masuk bus sudah sangat berdesakan, ia kembali mengingatkan, ”Bapak-ibu, pastikan tidak ada yang berdempetan. Tas, dompet, hp, harap dijaga. Geser ke tempat yang masih kosong.”

Seketika itu juga aku perhatikan himbauannya efektif. Penumpang saling bergeser mengisi tempat kosong. Mereka sadar bahwa berdesakan dan berdempetan, bisa menjadi pangkal bencana di angkutan umum seperti Transjakarta.

Aku juga lihat, secara spontan semua penumpang jadi awas. Bapak-bapak di depanku langsung mengecek dompetnya di saku belakang celananya, apakah masih ada di sakunya atau sudah raib. Hampir semua orang juga melakukan hal serupa, mengecek barang masing-masing dan melihat kiri-kanan sebagai tanda waspada. Termasuk diriku yang kebetulan membawa banyak barang berharga di dalam tas sore itu.

Suara Wahyudin melalui himbauannya benar-benar bisa menguasai dan menggerakkan penumpang di dalam bus. Suaranya terus berkicau hampir tiap menit.

Sekilas, mungkin Wahyudin tampak begitu bawel dengan celotehannya yang tak kenal kata henti. Namun menurutku, di balik kebawelannya, tindakan Wahyudin adalah bentuk pelaksanaan tanggung jawab besar dari seorang petugas kenek Transjakarta. Masih menurutku lagi, ia layak menjadi contoh bagi kenek Transjakarta lainnya.

Apa yang begitu membuatku terkesan pada sosok Wahyudin? Nah, ini dia jawabannya. Nada suaranya tegas, padat, terdengar super fit dengan pitch control sempurna, sehingga Wahyudin tidak terdengar seperti memerintah, apalagi marah. Pas sekali gelombang suara yang dihasilkan dari rongga mulutnya. “Cucok bo”, kalau menurut istilah lekong mah.

Hebatnya lagi, pesan dari himbauan Wahyudin hampir mirip mantra hipnotis yang mampu menggerakkan orang lain. Namun berbeda dari mantra hipnotis, kata-kata Wahyudin berlandaskan empati. Empati kalau dalam ilmu Sosiologi kurang lebih didefinisikan sebagai tindakan yang mampu melihat satu permasalahan dari dalam “sepatu” orang lain. Ia menempatkan dirinya sebagai penumpang juga. Ia memakai “kacamata” penumpang ketika bertugas.

Kata-kata Wahyudin menyusur masuk ke telinga penumpang, dicerna, lalu diejawantahkan ke dalam bentuk tindakan. Wahyudin membuat penumpang mampu berpikir secara rasional, lalu mengambil tindakan yang menguntungkan buat diri mereka sendiri setelah melalui proses kalkulasi. Jadi, bisa dibilang, Wahyudin mampu membangkitkan kesadaran diri (internal) dari penumpang yang membuat mereka berlaku awas, mengutamakan safety, dan yang paling penting yaitu berlaku tertib. Setelah saya pikir-pikir, Wahyudin ini bukan sembarang kenek. Ia menerapkan ilmu pedagogi, yaitu ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Gurunya mampu mengarahkan anak murid untuk berpikir secara logis. Dalam terminologi Sosiologi, tindakan penumpang ini disebut Max Weber dengan social action berbasis rasionalitas instrumental (kalkulatif).

Kata-kata yang sering diucapkan Wahyudin diantaranya: “Jangan berdempet”, “Harap segera berpengangan agar tidak jatuh”, “Harap bersiap-siap bagi yang akan turun di halte ini dan itu”, dan lain sebagianya. Sekilas saya lihat, keadaan di dalam bus jadi benar-benar terkendali. Meski terus dijejali sejumlah penumpang, tapi Wahyudin mampu mengatur penumpangnya untuk tertib dan bergerak sendiri karena alasan yang datang dari dalam hati mereka sendiri.

Ketika di halte Dukuh Atas, ada ibu-ibu membawa anak. Ia begitu kesulitan karena tak kebagian tempat duduk. Aku juga kebetulan berdiri tak jauh dari ibu itu. Orang-orang yang kebagian duduk, hening tak bergerak. Tak ada inisiatif memberikan tempat duduk bagi si ibu yang sedang terengah-engah menggendong bayinya. Wahyudin dengan pengamatannya yang tajam langsung bertindak. Ia melempar himbauan lagi, ”Tolong bagi ibu-ibu yang bawa anak kecil diberi tempat ya.” Sontak, penumpang yang awalnya tak tahu diri (duduk manis, cuek bebek) di depan ibu yang menggendong anak kecil tadi, langsung saling tatap dengan penumpang lain. Akhirnya, ada satu orang mengalah dan merelakan tempat duduknya pada si ibu yang menggendong bayi. Si ibu sangat senang. Ia sudah bisa duduk nyaman tanpa takut jatuh karena hilang keseimbangan akibat konsentrasi menggendong bayinya. Wahyudin telah menjadi hero buat ibu penggendong bayi, di sore yang cerah itu.

Wahyudin memang tidak seganteng Irfan Bachdim. Tapi ia sosok yang murah senyum. Tentu bukan senyum genit abang-abang preman pinggir jalan yang sedang menggoda cewek-cewek cantik. Kadar senyumnya pas. Tidak lebay. Secukupnya.

Konsistensi suaranya yang ia jaga terus, menjadi bukti bahwa ia adalah orang dengan kemampuan kerja di atas rata-rata biasanya. Ia menjalankan tugasnya dengan baik. Ditambah lagi, ia begitu menguasai medan kerjanya. Tak jarang, inisiatif muncul dari mulutnya agar keadaan di bus nyaman bagi dirinya dan penumpang.

Sore itu aku baru saja pulang dari Mangga 2 setelah membeli software windows original. Letih juga rasanya mencari harga termurah muter-muter Mall Mangga 2. Kaki sudah pegal, badan pun capek sekali. Tapi, di tengah keletihan itu, aku terhibur karena menemukan kisah inspiratif dari Wahyudin, kenek Transjakarta berdedikasi tingkat tinggi, all-out dalam bertugas, dan kata-katanya berkharisma. Kata-katanya didengar dan dilanjutkan dengan follow-up tindakan dari penumpang. “Sesuatu yang datang dari hati, akan nancep di hati juga,” begitu pikirku terkait kehebatan Wahyudin. Wahyudin so pasti sukses di bidang apapun yang ia tekun asalkan ia konsisten menunjukkan kinerja yang memuaskan dan mau memperbaiki kekurangan.

Mungkin ia hanya kenek biasa saat ini. Namun, jika atasannya jeli melihat potensi Wahyudin yang bekerja begitu rapi, terarah, konsisten, dan selalu all-out, penuh inisiatif, seharusnya ia bisa cepat naik jabatan.

Aku turun di Halte Transjakarta di Benhil. Aku harus menyambung ke Transjakarta jurusan Slipi. Di akhir pertemuanku dengan Wahyudin, aku tepuk pundaknya lalu dalam hitungan detik yang menentukan, ketika pintu bus terbuka dan akan segera tertutup lagi, aku berkata,”Mas, kerjanya bagus. Pasti jadi orang sukses suatu saat.” Wahyudin tersenyum mendengar ucapanku. Hanya beberapa detik kejadian itu terjadi, tapi terlihat ia kaget tak menyangka akan mendapatkan pujian dari salah satu penumpangnya. Aku rasa ia berhak mendapatkan pujian itu. Sebagai penumpang, aku sendiri merasa puas menggunakan jasanya. Wahyudin tak terlena dengan pujianku. Ia segera melanjutkan tugasnya kembali.

“Sudah, sampai sini dulu ya,” ia membatasi penumpang yang akan masuk ke dalam bus Transjakarta di halte Benhil dan pintu bus pun tertutup. Aku berpisah dengan Wahyudin, si kenek Transjakarta yang inspiratif itu. Andai semua kenek Transjakarta se-telaten, se-hebat, se-konsisten dan se-all-out Wahyudin, tentu penumpang di dalamnya akan merasa aman dan nyaman. Sehingga, tak ada lagi penumpang jatuh karena hilang keseimbangan. Tak ada pula aksi pencopetan, pelecehan seksual, dan tindakan kriminal lainnya.

Suatu saat nanti, aku ingin bertemu dan mewawancarai Wahyudin dan keluarganya. Aku ingin membuat laporan panjang tentangnya. Aku salut dengan Wahyudin. Sepengamatanku banyak kenek Transjakarta lain yang hanya pasif, diam ketika bertugas, berlaku bagai robot, tanpa inisiatif, tanpa senyum, dan tak jarang ketus dalam melayani penumpang. Namun Wahyudin mampu tampil ciamik dan all-out, memperkuat citra positif awak Transjakarta. Sungguh bagiku, Wahyudin adalah sosok nan inspiratif jelang malam mingguan, 18 Juni 2011.

Salam

Adlil Umarat (umarat.adlil@gmail.com)

91 responses to this post.

  1. bagi yang udah kerja dan punya profesi. harus diperhatiin tuh. 😛 hehehehehe…. tulisannya bagus bang, terdeskripsikan dengan baik, jadinya gampang ngebayanginnya. btw, abang ga ngasi tempat duduk ke ibuk2 hamil tu???

    Reply

  2. Posted by yesitea on June 19, 2011 at 1:50 PM

    Waah,, keren. Blm nemu kenek kyk gt slm aku naik transjakarta. Stlh tkejut dpt pujian dr penumpangny, pst dy tmbh trkejut krn jd tokoh utama dlm tulisan ini. Hehe…

    Reply

    • Pada umumnya, keneknya kan biasanya semangat di pagi hari. Lesu di sore hari karena dah capek. Tapi kayaknya Wahyudin beda deh. Berkicau terus ampe sore. Baterainya rechargeable..Harusnya manajemennya sering-sering ngasih awards bagi pegawainya yang berkinerja memuaskan.

      Reply

  3. Nice post Ad,klo semua penumpang berpikiran sama sperti aad,ada bnyak doa yg akan mengantarkan mas wahyudin menjadi sukses ^_^ Salam buat mas wahyudin,salam sukses!

    Reply

  4. WAW! Kenek saja dedikasi & profesionalismenya tinggi! #tertampar

    Reply

    • Alhamdulillah. Semoga tertampar dan berdampak positif. Kearifan sikap, bisa kita dapatkan dari mana saja, kapan saja. Bahkan di saat kita bengong di jalanan, selalu ada keajaiban dari tindakan seseorang. So, belajar membaca dari fenomena sekitar. Pasti sangat menarik San. Thanks komen nya San. Keep the fighting spirit!

      Reply

  5. Posted by Ciput on June 19, 2011 at 10:36 PM

    Di kaskus juga pernah ada cerita ttg kondektur metromini/kopaja yg bikin salut, Ad. Ciput cm inget bahwa sosoknya itu sopan n ramah.. Beda dgn kondektur2 bis lain yg tanpa ekspresi nagih ongkos, n teriak “kosong!! masih kosong!!” padahal faktanya ga ada bangku tersisa.
    Gw sk banget baca kisah2 yg semacam ini.. mdh2an siy ga brenti cm jadi bahan bacaan aja ya, tp bisa diteladani jg sikap2 positif mereka, terlepas dari apa profesi mereka. 🙂
    Smoga aja ada pihak dr manajemen Transjakarta yg baca kisah ini, jd Mas Wahyudin bisa mnjadi contoh jg utk rekan2nya.
    Doa gw, smoga Mas Wahyudin bisa terus konsisten dgn sikapnya. Itu modal besar utk kesuksesannya. Sukses jg utk Adlil Umarat dan pembaca kisah ini!! 🙂

    Reply

    • Put. sbgmana diskusi kita di YM, kenapa kita ga bikin buku aja. Para alumni Sosio, bersatu, membuat tulisan yang hampir sama temanya. Belajar dari akar rumput. Nah, Ciput kan ketemu tuh ama abang-abang kondektur yang ramah itu. Ceritain juga. Nanti kalau ada lagi cerita inspiratif dari kearifan seseorang di berbagai bidang pekerjaan. Bebas. Yang jelas, kearifan dan kematangan mereka dalam bertindak, berlaku, bertutur kata, dan bersikap, membuat orang yang melihatnya mendapatkan pelajaran hidup. Judul bukunya kira-kira “Lesson-learned from grass root”. Satu orang alumni sosio menulis satu kisah non-fiksi (benar terjadi). Bukunya dilaunching di acara gathering sosio, atau saat acara buka puasa bersama. Jadi gathering ada makna mendalam juga. Ada kebanggaan juga, ada produk dan karya bersama. Begitu usul saya.

      Reply

  6. sip bang. yang begini ini nih baru inspiratif. istqimah menulis bang! itu penting juga 😀

    Reply

    • Afif, rencananya aku pengen bikin konsep blog tulisan pukul 5 pagi. Artinya, tulisan akan dirilis setiap pukul 5 pagi. Sesuai dengan account twitter-ku: @pukul5pagi. Pukul 5 pagi adalah kenanganku bersama ayah saat kecil dulu diajak shalat subuh ke masjid, meski anak tetangga lain sedang enak-enaknya tidur. Pukul 5 pagi adalah lambang semangat baru, inspirasi baru. Otak masih fresh, jari-jemari masih lincah menari di atas keyboard. Pukul 5 pagi adalah awal mula menjalani sebuah hari, dengan sebuah ketetapan hati, mencari ridho Ilahi. Mohon supportnya dari Wong Tegal. Salam Pukul 5 Pagi.

      Reply

      • dirilisnya jam 5, dibuatkan kapan ka? jangan2 begadang gara2 bikin tulisan dan ngga jadi shalat subuh di masjid 😀
        tapi,, ya tetap semangat lah ka 🙂

      • Tulisannya bisa dibuat kapan aja. Dicicil. Lalu di save di draft. Lalu dirilis saat subuh. Pukul 5 Pagi. Jadi, dijamin ga mengganggu waktu sholat subuh dan tidak perlu begadang. Ide segar tentang menulis, dipikirkan saat tengah malam, sebelum bobo, dan saat bangun tidur sebelum subuh. Nantikan ya, nanti kalau sudah reguler dipublish. minimal seminggu 2 kali.

  7. Posted by 123 on June 20, 2011 at 1:24 AM

    Klo ngeliat isinya sih jelas inspiratif bgt, namanya juga sosiolog, pasti dapet aja sesuatu yg ga diperhatikan sama org lain. aku cuma komentar sama gaya penulisan, tulisan ka add dapet bgt observasinya, pembaca bisa dengan mudah membayangkan apa yg terjadi, tertata dan jelas..cuma kurangnya di pembagian kalimat dalam 1 paragraf,
    Rata-rata dalam 1 paragrafkan supaya enak dibaca sama si pembaca, minimal 2 kalimat, maksimal 6 kalimat, klo terlalu banyak, susah bacanya ka, jd nnti tkutnya si pembaca udah males duluan bacanya, karna pusing ngeliat tulisan yg banyak..begitu menurut ku klo kita perhatiin di novel novel*..hhehe
    Terlepas dari sistematika penulisan, si wahyudiin inspiratif bgt, dya pun terlihat inspiratif ya karna penulisnya juga yg bisa menggambarkan bahwa si wahyudiin itu sangat inspiratif, (^__^)

    *coba ka aad bayangin kalo aku nulis comment ini cuma dalam 1 paragraf, mungkin udah males duluan bacanya..hahahaha

    Reply

    • Wah, Masukan berharga. Aku ampe lupa, ini nulis di blog. “Aturan”nya berbeda ya. Harus memanjakan mata pembaca agar tak cepat lelah dan selalu tetap jatuh cinta dari paragraf ke paragraf. Terima kasih masukannya. Pasti diterapkan ke tulisan berikutnya. Thanks Sis Haliemah.

      Reply

      • Posted by Haliem on June 20, 2011 at 4:20 AM

        sama-sama ka..ini aku juga lagi bikin buku, ga cuma aku sendiri, tp satu kelas, jd kami penelitian di masyarakat nelayan di cilacap, sebelahnya Nusa Kambangan, hasil dr penelitian (observasi + wawancara) nya mau kita jadiin buku *, editornya dosen kami, doakan ya ka bulan oktober ini jadi..hehe
        *makanya aku komntar ttg sstematika penulisan, soalnya aku juga lg belajar itu..hehe

      • Wah. sosio UI harus banyak melihat sosio UGM nih dalam menerbitkan buku hasil penelitian.

  8. Posted by aziz cahya on June 20, 2011 at 2:06 PM

    kerinduanku pd mas aad terobati lewat tulisan ini 🙂

    Reply

  9. Posted by ziyadaturr on June 20, 2011 at 11:33 PM

    bagus kak,, aku pas baca jadi bayangin kenek2 bis umum yg meskipun udah penuh sesak,, tetep aja nyari penumpang. moga aja kenek bis umum juga bisa niru, biar gak hanya merhatiin setoran, tapi kenyamanan dan keamanan penumpang juga diperhatiin..

    Reply

    • Semoga keinginanmu terhadap kenek bus umum terkabul ya. Aku ingat tuh di Deborah Depok-Lbk Bulus. Kalau kita berdiri, dan tertidur, ternyata kita takkan jatuh ke lantai, karena kiri-kanan, depan-belakang, diapit oleh (bukan saja malaikat), tapi juga penumpang lain. Jadi unik juga melihat kejadian itu. Tapi bahaya buat keselamatan jika ada accident di tol. Remnya kan dikenal rem tangan tuhan. Rem yang tergantung pada kebaikan hati Tuhan. Thanks komen nya ya ziyadaturr.

      Reply

  10. mantap nih, ini kayak film hurt locker 😀

    Reply

  11. Waa kok sama sih At tampilan blognya???:D hehehe…ga pa2 kok..kan bukan suatu kebetulan hahaha..oya kenapa ga difoto aja si Bapak Wahyudin itu dan ditampilin ditulisan ini..kan bisa lebih seru jadinya hehe

    Reply

    • Pengen banget foto dia. Tapi kondisi tak memungkinkan. Penumpang padat. Terhalang. Aku cuma bawa hp yang ada kameranya. Nanti aja aku cari lagi orangnya untuk memperdalam tulisan. (niat_banget.com)

      Reply

  12. simpel, sederhana, tapi menarik ka

    Reply

  13. Posted by Tiwi on June 21, 2011 at 3:12 PM

    Nice blog, and nice writing, Ad..
    Mungkin mas Wahyudin sempat belajar dengan Mbak Iie seorang juri ajang pencarai bakat menyanyi ya… sampe pitch control-nya juga terdengar oke..
    Di sekitar kita sungguh banyak hal menginspirasi, kalau kita mau buka mata dan hati..

    Reply

    • Karena aku suka nyanyi dan ngaji, mungkin pitch control adalah kata yang dekat di hatiku. Keluar begitu saja. Maklum, bikinnya buru2, butuh waktu satu jam saja. sedang “kesurupan” waktu itu. Terima kasih dah mampir mbak

      Reply

  14. Posted by Ana Aulia on June 21, 2011 at 5:06 PM

    rute buswaynya setiap pulang aku lewatin tuh mas.. tp aku ga pernah ketemu Wahyudin. mgkn pernah tp ga engeh. (sering ketiduran) hehehe..! petugas busway emang ada yg baik, ada juga yg geblek. masa suara di buswaynya mati, petugasnya ga ngomong berenti di halte mana. coba kalo org pertama kali naik busway bisa nyasar.. trus sering bgt aku liat masteng2 ga mo ngalah sm ibu2. sebeeeeell bgt liatnya! masteng itu pasang muka bodohnya. pengen toyor aja org kyk gt! btw kok tumben naik busway??

    Reply

    • Ana, transjakarta yang jurusan blok m-kota, memang pelayanannya dah agak menurun. coba cek deh tiap naik tranjkt jurusan itu, pasti banyak baut/mur nya yg dah copot. Jadi bahaya juga sebenarnya pegangan ke tiang. Lihat2 lebih teliti lagi. Untuk masalah suara, memang tidak dibertahu spt dulu lagi halte yang akan disinggahi. Entah supirnya malas, atau memang ada alatnya yang tidak berfungsi lagi. Mohon izin aku masukkan ke update tulisanku tentang masalah announcement halte itu. sptnya menarik

      Reply

  15. Posted by Rimbun on June 21, 2011 at 5:08 PM

    Cerita yang inspiratif, gw juga pernah ketemu awak bus transjakarta yang seperti itu, jurusan Ancol – PGC, dan perempuan pula.. walaupun perempuan, gaya bicaranya yang lantang, tegas, dan sopan membuat penumpangnya jadi segan dan patuh himbauannya. Salut juga untuk Mbak itu (sayang gw gak liat namanya).

    Reply

  16. Posted by Ana Aulia on June 21, 2011 at 5:18 PM

    rute busway setiap hari aku lewatin mas.. tp ga pernah ketemu sm wahyudin. Mgkn pernah tp ga engeh (sering ketiduran) hehee! petugas busway emang ada yg baik, ada juga yg geblek. masa suara busway nya mati tp petugasnya ga ngomong kita lg berenti dihate mana.. cm blg lanjut! coba kalo org baru pertama naik busway bisa nyasar. udah gt ya sering bgt aku liat masteng2 ga mo ngasi tempat duduk buat ibu2. mereka pasang muka bodohnya. ih rasanya pengeg aku toyor2 org kyk gt !! buat wahyudin 2 thumb’s up! btw tumben naik busway..

    Reply

  17. Posted by munir on June 22, 2011 at 1:27 AM

    Klo gue jam 5 pagi baru tidur at…. hehehe

    Wahyudin… wahyudin, ente salah, idup di Indonesia. Negeri yang jarang beri penghargaan buat orang2 yang berdedikasi macam ente. Ente tuh mestinya idup di Jerman ato negara2 maju laennye. Jangan di sini. Orang2 kaya’ ente bakal susah naek jabatan. Ente bakalan dibilang bawel, sok cari muka ato yg jelek2 laennye d dr lingkungan kerja ente. Ape lagi klo bos ente takut kesaing ame ente… wah… makin sulit d ente.

    Din, klo ente tetep maksa mau idup di Indonesia. Ente mesti pinter2 cari muka n sedikit mainin sikut. Kerja lah yang baek klo ada bos ente. Klo kagak ada, ngapain ente cape2. Gaji ente juga gak bakal naek klo ente kerja bener terus. Penumpang bis ente kebanyakan cuma bisa bilang kerja ente keren, gak lebih. Begtu mereka sampe rumah, gak kebyang lagi muka ente. ngapain juga ente kerja bener klo gtu?

    Din, masih juga ente mau idup di Indonesia ama perilaku ente yg kaya gtu? ckckckck…. din… din… Ape sih yang ada di kepala ente ? emangnye kebayar tuh iuran sekolah anak2 ente klo ente kerja bener kaya bgtu? kompor bini ente ke isi gasnye ?

    Gak usah idealis lah din… pikirin perut ente ama keluarga ente aje dulu. peduli amat ama orang laen, orang laen juga gak peduli ame ente.

    Klo mereka peduli din, (sorry nih ye bukannye ane ngerendahin profesi ente) ente gak bakal cuma jadi kondektur. Ente mestinya jadi DPR.

    Iye, bener DPR ! yang di Senayan. Bukan ! bukan yang nonton film porno. Itu mah si Ojak tetangga blah rumah ente.

    Bukan ! Bukan yang korupsi juga. Anggota Dewan kita kaya kaya din. Banyak duitnye. Buat ape lagi mrk korupsi, bener gak ?

    Lah ente enggak percaya ! nah, belum kepilih aje mrk ude bagi2 duit. ape gak kaya tuh namenye?

    Anggota Dewan itu sebenernye mirip2 ente kerjanye. Ngelayani penumpang (rakyat), peduli ama keselamatan dan kenyamanan penumpang (rakyat), gak pernah cape teriak2 buat kepentingan penumpang (rakyat), penumpang (rakyat) yang kurang diajarin berani ditegor. Dan percis kaya’ ente, anggota dewan jalanin semuanya penuh senyum di bibir dan rendah hati.

    Gimane din ? ente jadi DPR ye !!!

    Reply

    • Satir, khas sosiolog betawi! Munir coba mencibir atas nama kebobrokan sistem, dengan “menggoda” si Udin. Apakah Udin tergiur saran dari Munir untuk jadi anggota DPR? Kita lihat di perburuan wawancara mendalam terhadap Udin selanjutnya. Terima kasih abah munir udah mampir. Sering-sering mampir ya.

      Reply

  18. Posted by Yassir Suhari Abbas on June 22, 2011 at 1:49 AM

    Ide penulisan dapat Ad, poin-poin penting dr seorang Udin yg dapat petunjuk (Wahyudin) perlu di tulis lebih singkat. Masih ingat perubahan frontal Koran Kompas dari sebuah penulisan berita yg panjang menjadi lebih singkat?itu pun bagi ku yg sibuk ngeburuh ini masih merasa Kompas terlalu panjang..he2..
    Konkrit neh Ad.Misalkan ambil satu momen ex:Ibu yg menggendong bayi..lalu momen2 lain menjadi pendukung kalimat kesimpulan dr aktivitas/performa Wahyudin yg didasarkan kisah Ibu tadi,dilanjutkan dgn kalimat yg buat penasaran yg mengantar si pembaca akan bertanya siapa Udin?jgn2 saudaranya Nazarudin..he2 joke…
    Masuk ke kehidupan pribadinya/keluarganya dan wawancara mendalam ttg filosofi hidupnya dalam bekerja,sehingga nilai2 yg ada pada Wahyudin juga bisa ditiru oleh profesi non kenek Transjakarta,”Mengingat” pembaca blog mu mayoritas bukan kenek Transjakarta.

    Hanya so’tauku saja Ad,:-)

    ysanst/2011

    Reply

    • Ok sir. ambo masih belajar menulis agar tidak wordy (kebanyakan tapi efektif). Tapi tentunya butuh jam terbang tinggi dengan latihan-latihan-latihan. TOkoh Wahyudin alias Udin mungkin akan aku dalami nantinya. Menarik juga weekend menghabiskan waktu bersama Udin di Trans, lalu pulang dan menginap di rumahnya, wawancara bapak-ibu, anak-istrinya (sudah menikah), dan tetangganya. Makanya, pembaca blog-ku yang bukan kenek, ingin aku ingatkan dari sisi yang berbeda. Filosofi etos kerjanya Udin bisa ditiru dan diduplikasi pada sektor lain. Btw, gimana tuh kabar angkringan? Aden buka di duri juga nih rencananya. Bikin komunitas kumpul2 diskusi tiap malam.

      Reply

  19. Sebuah tulisan yang inspiratif adikku..

    Selalu ada wahyudin-wahyudin lain dalam segenap aspek kehidupan ini. Tapi memang, secara statistik jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah manusia seluruhnya. Bahkan celakanya, sikap seperti ini mungkin dianggap aneh dan menyalahi pakem alias kebiasaan yang ada.

    Sikap ke-wahyudin-an ini tidak mustahil untuk kita tiru, kita sebarkan agar memberikan perubahan yang positif, di tengah apatisme, pesimisme, dan berbagai sikap negatif di sekitar kita. Di bidang apapun, di lingkungan manapun, kita bisa memberikan sentuhan yang manusiawi, dari hati, hakiki, dan bukan hanya abange lambe ataupun lamis, sekedar basa-basi belaka.

    Bersama, untuk masa depan yang lebih baik.

    Reply

    • Terima kasih mas untuk penegasannya. Kalau perlu, nyari inspirasi ke-Wahyudin-an sampai ke solo atau surabaya. Nanti tak coba deh naik bus rekomendasi darimu itu. Tinggal cari waktu liburnya saja.

      Reply

  20. wah kak, aku jadi inget pas pertama kali aku naik busway. ke Senayan dari IC sendirian..

    travel note-nya langsung aku post di facebook waktu itu. dan kenek transjakarta menjadi salah satu poin di situ. bedanya sama cerita kakak, aku justru merasa kecewa dan dirugikan sama kenek transjakarta–waktu itu aku naik dr blok M.

    kalau masalah kurang ramah dsb aku masih maklum, yaa.. mungkin si kenek cape atau apa. tapi yang ini sedikit merugikan aku sebagai org yg waktu itu dituntut harus hadir di senayan secepatnya.

    seharusnya aku turun di halte GBK, jalan kaki sedikit nyampe deh, SEHARUSNYA. tapi yaa, namanya juga pertama kali naik busway, sendirian pula. jadi, aku agak telat menyadari kalau busway udah sampai di halte, dan lagi aku ga tau kalo pintunya tertutup secepat itu. padahal waktu itu bis terbilang kosong.

    akhirnya aku turun di halte selanjutnya, dengan konsekuensi harus berjalan lebih jauh untuk sampai di tennis indoor senayan.

    yang aku sayangkan, keneknya ngga se-PERHATIAN Pak Wahyudin dalam cerita kakak, ngga ngasih tau sama sekali kalau bis sudah sampai di halte. minimal nyeletuk, “Halte GBK” kek.

    dan jadilah first sight aku tentang transjakarta–terutama keneknya–agak sedikit negatif. tapi pas baca tulisan tentang Pak Wahyudin ini aku jadi makin yakin sama satu hal : Kesan pertama ngga selalu bisa dijadikan tolok ukur baik/buruknya sesuatu.

    yahh, semoga aku bisa ketemu Pak Wahyudin kapan-kapan. kalau pun engga, mungkin dengan ‘wahyudin-wahyudin’ lain yg terus berkarya di posisi mereka masing2, sebagai apa saja. polisi, pramusaji, tukang ojeg, anggota dewan, atau bahkan dengan seorang penulis blog yang senantiasa mengamati, mengambil hikmah dari setiap kejadian, seperti kakak.

    nice blog, keep writing, keep inspiring! 🙂
    salam kenal

    Reply

    • Yang menjadi masalah adalah: suara pemberitahuan pemberhentian halte tak menyala lagi spt awal launching Transjakarta dulu. Ini kritikan untuk manajemen Transjakarta. Apakah karena supirnya malas pencet satu tombol tertentu, atau apa. Aku tak tahu. Jadi, penumpang yang baru, dipastikan buta sama sekali jika tak rajin bertanya di halte mana yang akan disinggahi.

      Lengkap sudah. Ada orang yang komen pernah mengalami sama denganku, ada juga kebalikannya, pengalaman buruk. pengen deh ngasih tulisan ini ke wahyudin, dan memberikan fotokopiannya beberapa lembar ke teman kerjanya, lalu ke atasannya. Aku rasa, akan ada efek positif jika ini dilakukan. Teman-temannya akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Jadi, tulisanku ada dampaknya.

      Reply

  21. Posted by Riska on June 22, 2011 at 12:50 PM

    tulisan yg sgt inspiratif, ad…. bangsa ini sudah lelah dengan berbagai berita negatif: korupsi lah… ketidakadilan, menyontek massal, dll… tulisan2 spt ini harus lebih banyak menghiasi media baik cetak maupun elektronik… sukses sll ya, ad…!!!

    Reply

    • Thanks ya. Hanya mencoba mengamati di satu momen, di satu titik, di satu kejadian yang terjadi begitu cepat di Minggu sore. Semoga ada nilai manfaatnya untuk orang lain yang membaca. Thanks sekali lagi dah mampir. Nantikan liputan mendalam tentang Wahyudin dan tulisan-tulisan lainnya. Akan diposting dua kali dalam seminggu (proyek ambisiusnya), atau sekali seminggu. Hehehhe

      Reply

  22. Mas Aad…. ooo,… mas Aad…

    Nice story, lho mas Aad… Ceritanya benar-benar merakyat. Hebat buat Wahyudin. Salam buat mas Wahyudin yah…

    Tulisannya mas Aad juga bagus kok. Mudah dimengerti. Membuat si pembaca merasakan seolah-oleh dirinya sedang merasakannya. Cuma agak sedikit yang membuat aku capek nih, mas Aad… Itu paragrafnya sepertinya terlalu pendek-pendek. Mungkin agak bisa dibuat panjang sedikit. Tapi ya juga jangan terlalu panjang. Pastinya kalo kepanjangan, nanti bacanya juga capek.

    Over all, ini tulisan dikasih jempol degh…

    Reply

  23. Posted by Yasmin on June 22, 2011 at 1:29 PM

    jadi pengen ketemu wahyudin ma naik transjakarta. tapi biasanya cuman transjogja.
    gak pa2 lah. inspiratif.
    coba smua orang bekerja pake hati. paling tidak kita akan merasa nyaman bekerja sama dengan sapa aja.

    Reply

  24. ngomong-ngomong, kejadiannya hari Minggu atau tanggal 18 Juni 2011, kak?

    soalnya tanggal segitu kan hari Sabtu.
    hehehe. sedikit koreksi,

    Reply

  25. pengamatan yang tajam. sudah saya koreksi. kejadian sabtu. minggu ditulis dalam waktu sejam. mungkin karena masih kena sindrom malam mingguan. hehehe. thanks berat ya

    Reply

  26. Posted by syaugi on June 22, 2011 at 11:46 PM

    satu kata, professional

    Reply

  27. Posted by OeOeL on June 24, 2011 at 7:55 AM

    tulisannya oke…inspiratif…mantab bg…cuma sepakat dengan persoalan kalimat dalam paragraf…jangan terlalu panjang bg dalam satu paragraf…(soalnya uul juga males bacanya…)hehehehe…

    Reply

  28. Posted by irfad on June 24, 2011 at 8:34 AM

    Andai profesionalitasnya bisa di tularkan ke semua orang di negeri ini……

    Reply

  29. Posted by Ummu on June 24, 2011 at 10:31 PM

    ya harusnya orang kaya gini yang ditaro buat pelayanan publik, bikin ati adem ayem tentram, mudah2an makin banyak wahyudin-wahyudin lain bukan cuman di transjakarta tapi di kelurahan, kecamatan, rs umum dll so warga-warga demen gitu maen kesono kaga pake nyuruh2 orang lagi. Salam ya Ad buat pak Udin kalo jadi wawancaranya.

    Reply

  30. Posted by Ks Cendekia on June 26, 2011 at 8:11 AM

    Inspiratif, komunikatif, dan benar-benar keratif. Sy berkeyakinan jika terus diolah dan diasah, Aat kelak akan menjadi esais terlaris, komentator yang kesohor, wartawan yang menawan masukkan jiwa dan human interest lebih dalam. Bahasa lancar, mengalir deras sederas aliran hulu Sungai Ciliwung. Teruskan. Dan…. kematangan itu akan datang.

    Reply

    • Terima kasih pak sudah mampir. Semua doanya saya aminkan, agar tercapai. Tentu lancarnya bahasa saya, pondasinya dari bapak saat mengajarkan saya Bahasa Indonesia di IC. Tunggu tulisan-tulisan saya berikutnya ya pak. Salam buat guru-guru yang lain.

      Reply

  31. Posted by duha on June 26, 2011 at 1:16 PM

    brooo …bagus….bagus tapi di sini semua orang sepertinya seperti mas wahyudi ya…..beda banget brooo

    Reply

  32. Posted by duha on June 26, 2011 at 11:02 PM

    jadi gini brooo….mungkin kamu akan heran melihat kenek transjakarta seperti bapak wahyudi…yang ramah penuh dengan dedikasi dan inspiratif, mungkin aku juga pernah naik basway tapi aku ngga nemuin tuh si seperti bapak wahyudi,,, nah …mungkin kamu akan biasa brooo ngelihat pemandangan seperti bapak wahyudi di sini brooo ….yang aku heranin mengapa semua orang di sini dari segi instansi apa pun mereka akan melayani dengan setulus hati dah loyalitas brooo seperti yg kamu bilang all-out dah …hahhaha aku ada pengalaman brooo aneh bin nyata brooo…mungkin kamu akan heran….suatu ketika aku mau pergi ke bank mau kirim uang dikit buat orangtua …nah aku kan ngga bawa tas broo aku cuma bawa buku catatan harian kalau basa jepang nya (memochou) nah memochou itu aku taru di kantong celan gue broo lalu aku naik sepeda, nah pas ketika aku nyampe di bank yang aku tuju, pada saat mau tulis alamat tujuan aku cari memouchou di saku celana eh ternya ngga ada broo…bingunglah aku aku cari ngga ada, pulang lah aku ke apartemen aku tinggal….. aku ngga jadi mengirim uang buat orangtua karena alamat nya ngga ada …nah pada seminggu berikutanya ada orang perusahaan memanggil aku ke kantor nah di tanyain lah aku ama orang kantor di bilang kamu kehilangan apa aku jawab aku kehilangan memochou terus orang perusahaan bilang oh…nah di bawalah aku ke kantor komban kalau di indonesia polsek lah brooo …sesampainya aku di sana di tanyalah aku, permisi selamat siang si polisi berkata kamu kerja di perusahaan ini akau jawab ia …..kamu kehilangan, ia ….apa yang hilang,, aku jawab memochou terus dia bilang warna apa aku bilang brown….terus aku di ceks lah data ktp ku brooo …..setelah blalallala….balik lah memochou ku broo….nah yang aku heran mengapa hal sekecil itu bisa balik brooo mungkin di indonesia dah di buang ya broo kalau ngga buat bungkus kacang lah hahhahah…nah di perjalanan aku pulang broo terus aku tanya ke orang perusahaan yang mengantar aku ke konban tadi aku tanya; bagaimana kalau di memochou tersebut ada uang nya …dia bilang akan di ganti …..dia bilang ….

    dah dulu brooo besok sambung lagi ya ngantuk ni

    Reply

    • Bro, kenapa ga ditulis di blog mu bae. Kalo dah jadi, ntar diterbitkan juga di blog-ku. Biar ada komparasi antara Wahyudin di Transjakarta dengan si Otong Okinawa dari Jepun. Masalah bagaimana metode nulisnya, nanti kita kontak japri ya. Yang penting, ditulis aja runut sesuai kejadiannya, serta detil.

      Reply

  33. “Cucok bo”, kalau menurut istilah lekong mah.

    ini bumbu yg menarik 😀

    Reply

  34. nice post!!

    Reply

  35. Posted by ririh asih w on July 1, 2011 at 10:09 PM

    kisah yg menarik mas aad….
    tp terkadang sikap yg seperti di salah artikan oleh penumpang, “dibilang bawel lah, ga liat bus sudah penuh tp masih mengangkut penumpang dll”

    Reply

    • Awalnya, aku merasa terganggu karena suara si Udin cukup besar. Tapi lama-lama, setelah melihat keadaan di bus terlihat teratur, tertib, dan nyaman, membuatku melihat Udin sebagai sosok yang benar-benar menunaikan tugasnya dengan baik. Memang begitu seharusnya tugas kenek transjakarta. Seharusnya kan ada pengumuman digital (rekaman), tapi sekarang dah ga berfungsi lagi. Jadilah mulut Udin dipinjam oleh perusahaannya menggantikan pengumuman versi rekaman digital itu.

      Reply

  36. kalo gak salah liat papan pengumuman di dalam halte busway monas, nama wahyudin salah satu the best employee of the month tahun 2010 …. mungkin wahyudin yg dimaksud wahyudin yg ente maksud yah bro…

    Reply

    • Oh ya? Semakin penasaran saya. Nantikan liputan dan wawancara eksklusif bersama Wahyudin. Coming soon @ this blog. Thanks dah mampir Nizma

      Reply

  37. Posted by Apria on July 2, 2011 at 10:48 AM

    memang jaman sekarang kesadaran orang-orang di dalam bus makin kurang. Klo ada orang yang butuh duduk seperti lansia, orang hamil, sama yang bawa anak kecil, suka kesel sama orang yang duduk deket sama mereka tapi sok2 gak liat dan ngga kasih tempat duduk. Iya, dulu juga pernah ada petugas transjakarta yang nyuruh orang untuk kasih tempat duduk ke apria karena waktu itu lagi sakit. hehehe

    Reply

  38. Aku juga pernah ketemu seorang pramugari (begitu sebutannya) TransJogja yang seperti Wahyudin, kak..
    Kalo TransJogja kan kecil, jalur Malioboro saat weekend biasanya akan penuh sesak karena cuma 1 jalur yang lewat situ.
    Yang ini ibu-ibu..

    Beliau menata dengan baik para penumpang yang berdiri sehingga setiap tali pegangan terisi, membatasi penumpang yang akan masuk, dan meminta seluruh penumpang untuk tetap tenang (soalnya ada bocah2 SMP yang becanda2 dan ketawa2 sampe hilang keseimbangan dan menabrak2 penumpang lainnya yang sama2 sedang berdiri).

    Setiap akan mendekati halte, ibu itu juga akan menyebutkan dengan jelas nama halte, nomer jalur dan arah yang bisa dituju untuk penumpang yang akan transit dan pindah bus.

    Yang paling mengesankan adalah ketika sudah sangat penuh, setelah pintu menutup beliau berkata
    “Penumpang TransJogja yang terhormat, saat ini keadaan bus sedang sangat padat. Harap periksa semua barang berharga Anda, pastikan tidak ada yang hilang. Bila Anda merasa kehilangan, segera laporkan kepada pramugari TransJogja yang sedang bertugas. Kami akan berhenti di halte terdekat dan tidak akan membuka pintu sampai petugas keamanan bus TransJogja datang.”

    hehe.. baru tau deh kalo ada begituan.

    dan semua “pengumuman” dan himbauan itu selalu diulang 2 kali oleh beliau. Pokoknya itu pengalaman naik TransJogja paling berkesan deh, soalnya ketemu petugas yang kerjanya mantab.. bikin penumpang nyaman dan ngerasa aman ^^
    Semoga kita pun bisa seperti mereka dalam menjalankan profesi masing2.. penuh dedikasi dan etos kerja tinggi.. 🙂

    like this 😉

    Reply

    • Ternyata ada yang mirip ya ceritanya. Irisannya sama: contoh etos kerja tinggi. Sudi mampir lagi di blog saya, tiap minggu selalu saya post tulisan terbaru.

      Reply

  39. Izin merujuk ya mas Aidil

    Reply

  40. Izin menjadikan tulisan ini sebagai referensi

    Reply

  41. Cuco tuh gan .. 😀

    Reply

  42. Posted by adithikmah on April 12, 2016 at 11:35 AM

    Gak juga semua yang begitu.

    Ada juga dan ga cuma di Trans, di KRL juga.

    kenalan aku lagi hamil, dan memang hamil muda, tapi lemesnya minta ampun.

    Petugas dikasi tau, malah acuh tak acuh. Boro2 nyariin, cuma tanggap diam aja. Alhasil aku yang bantu cari. Dianggap ngebohong hamil, padahal hamil muda ya nggak kelihatan lah.

    Reply

Leave a reply to syaugi Cancel reply

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story