“Sehari mengajar, selamanya menginspirasi.”
Slogan itu aku dapatkan ketika menjadi guru sehari bersama Kelas Inspirasi angkatan pertama di Indonesia Mengajar, di bawah supervisi Anies Baswedan. Waktu itu, rasanya senang sekali bisa berbagi cerita kepada siswa-siswi SD, dan memberikan mereka opsi, bahwa ternyata kelak ketika besar, ada beberapa alternatif profesi yang bisa dipilih. Salah satunya menjadi peneliti program di televisi.
Waktu Kelas Inspirasi itu berlangsung, mulai dari persiapan, sampai eksekusi di hari-H, Manda Andin turut serta mengantarkanku menjalani hari menjadi guru sehari di sebuah SDN di sekitar wilayah Tanah Abang. Manda turut serta aktif memberi semangat. Kondisinya saat itu adalah sedang hamil tua. Kami membawa serta Afiqah yang masih dalam kandungan (ya, kan tak mungkin ditinggal juga kan? Hehehe). Targetnya, di kemudian hari, ia tahu bahwa ia sudah dilibatkan di dalam proyek sosial sejak dari dalam kandungan. Kelak, mudah-mudahan ia bisa menjadi pejuang atau aktivis sosial yang benar-benar nyata karyanya untuk orang banyak. Amin.
Hari ini, Selasa, 13 Januari 2015, adalah hari yang bersejarah. Hari ini manda Andin resmi memulai tugas mulianya menjadi seorang guru. Ia mengajar di SD Batutis Al-Ilmi, Pekayon-Bekasi. Ia adalah sekolah yang siswanya didominasi oleh anak kaum dhuafa. Ini bukan tugas yang mudah. Ini adalah tugas mulia yang menantang. Anda yang merupakan Pengajar Muda di organisasi Indonesia Mengajar, tentu tahu betul bagaimana pola didik di Batutis. Siswanya super aktif karena dididik di bawah aturan anti-3M (Melarang, Menyuruh, Marah). Gurunya kudu sabar. Sabarnya nggak ketulungan. Hampir-hampir harus meneladani malaikat. Kira-kira begitu perumpamaannya.
Mengajar di Batutis musti mengeluarkan double effort. Mengapa? Ia adalah sekolah yang benar-benar insklusif dalam arti yang sebenar-benarnya, bukan lips service belaka. Jadi, siswa dengan kebutuhan khusus (special needs), dicampur dengan siswa yang biasa. Konsekuensinya, butuh kesabaran tingkat tinggi dan pemahaman berlandaskan kebijaksanaan diri bagi gurunya untuk menjalankan proses belajar-mengajar di sana.
Siswa dengan latar belakang keluarga kurang mampu juga menjadi PR yang tak kalah menantang untuk dibangun mentalnya. Mengapa? Karena ada perbedaan nilai yang disosialisasikan antara di sekolah dengan di rumah mereka. Sehingga, mereka kerap terbentur nilai. Di Batutis, peran gurulah yang mengingatkan lagi bagaimana nilai yang harus mereka pegang teguh untuk bekal kehidupan mereka di masa depan. Setelah dibangun di sekolah, lalu di rumah, orangtua yang pendidikannya tak tinggi, menghancurkan lagi nilai-nilai dan prinsip diri yang sudah dibangun. Contohnya, jika di sekolah selalu ditekankan segala masalah harus diselesaikan dengan bicara, maka di rumah, jika ada masalah, diselesaikannya dengan kekerasan. Tentu si anak akan merasa kebingungan untuk berpatokan pada nilai atau prinsip yang mana seharusnya ia jadikan acuan. Nah, untuk itulah peran guru di Batutis teramat penting untuk menengahi perbedaan nilai di rumah vs di sekolah. Dibenerin di sekolah, dirusak di rumah, dibenerin lagi di sekolah, dan begitu selanjutnya hingga mereka benar-benar terbentuk karakternya.
Manda Andin sudah membekali dirinya dengan mengikuti modul pelatihan metode sentra dari modul 1 hingga 6. Sudah komplit. Sekarang, saatnya mempraktekkan ilmu yang sudah dipelajari di kehidupan nyata, dengan menjadi guru SD di Batutis Al-Ilmi.
Apakah ia sanggup? Aku yakin ia pasti bisa. Manda Andin dulu sempat menjadi asisten dosen di ITS untuk jurusan Manajemen Bisnis. Ia kerap menggantikan dosen yang berhalangan hadir. Tentu, itu modal yang lumayan untuk bisa mengajar dengan baik. Paling tidak, dari sisi mental, ia sudah terbiasa tampil berbicara di depan orang banyak.
Meski konteksnya kini, mengajar anak SD jauh lebih menantang karena kompleksitasnya lebih tinggi. Anak SD, jika tidak suka, ia akan langsung ekspresikan saat itu juga. Mereka adalah juri yang ekspresif dan straight to the point menilai lewat mimik wajah. Kadang, siswa-siswi SD juga bisa berkonspirasi “ngerjain” guru baru agar ikut aturan main mereka. Selalu ada ide untuk “ngetest” guru baru.
Ada beberapa pesanku buat Manda Andin. Pertama, siapkan niat bahwa mengajar di Batutis bagian dari ibadah dan tabungan akhirat. Jangan sampai ada niat lain selain ibadah. Kedua, bersabarlah jika sekali waktu “dikerjain” murid. Tampillah lebih cerdik dari murid-murid tersebut, dan jangan sampai kehabisan akal dalam berinteraksi. Ketiga, harus selalu ada ide baru, yang membuat mereka memberikan “trust”nya padamu 100%. Kau harus mampu mencuri hati mereka. Tidak mudah memang, tapi aku yakin dirimu mampu menjalankannya. Sepuluh menit pertama di hari pertama mengajar, adalah fase krusial. Jika mampu meyakinkan mereka, mereka akan dengan mudah menerimamu secara sosial di lingkungan baru.
Keempat, jika ada kesulitan, jangan lupa bertanya dan konsultasi ke guru-guru Batutis lain, yang sudah tidak diragukan lagi keahliannya dalam mengajar. Kata pepatah Melayu, “malu bertanya, sesat di jalan.”
Nanti malam, aku akan dengan senang hati siap tuk mendengarkan cerita dari hari pertamamu mengajar. Aku akan selalu ada untukmu, sayang. Mudah-mudahan ceritanya banyak hal menyenangkannya daripada menyedihkan. Hehehehe.
Jika tadi di Kelas Inspirasi slogannya “Sehari mengajar, selamanya menginspirasi,” maka untuk konteks dirimu, harusnya lebih keren lagi. “Tiap hari mengajar, selamanya menginspirasi, terinspirasi, dan diinspirasi….”
Ya, siswa-siswi Batutis itu pasti akan memberikanmu feedback yang positif untuk selalu belajar lagi. Sebagaimana kata Bu Siska Massardi, “Batutis adalah laboratorium kehidupan yang sebenarnya.” Ia akan banyak memberikan pelajaran hidup yang tak pernah didapatkan secara lengkap di kehidupan nyata sekalipun.
Seminggu terakhir saat Manda Andin menjadi guru observer, sudah banyak cerita yang membuat bulu kuduk merinding. Mudah-mudahan, akan banyak lagi cerita positif yang didapat untuk kita diskusikan, kita renungkan, dan kita sarikan sebagai pembelajaran hidup yang luar biasa mahal harganya. Semua itu akan jadi bekal bagus buat kehidupan rumah tangga kita dalam membesarkan Apita dan adik-adiknya kelak. Amin.
Terakhir, aku hanya ingin memberitahumu bahwa keluarga kita hanya akan mengisi hidup ini dengan hal-hal yang keren. Bergabung di Batutis, membesarkan Batutis, membantu murid-murid di Batutis untuk tumbuh, berkembang, dan menggapai sukses, termasuk ke dalam kategori hal keren yang prestisius untuk dilakukan.
Chayo Manda Andin….!! Cemungudh eaaa…!!
Salam peluk cium,
Adlil Umarat, @pukul5pagi
Klik Tulisan Terkait: