Nasehat Pernikahan Dari Bos

Beberapa hari sebelum menikah, aku dipanggil bos ke ruangan. Aku kira kami akan bahas soal kerjaan. Eh, ternyata nyerempet ke arah jelang pernikahan. Bos mulai tanya soal bagaimana persiapanku, apakah masih ada yang kurang, atau sudah siap semua. Akhirnya pembicaraan kami mengarah ke pemberian tips menjalankan rumah tangga dengan baik. Bosku, pak Roziqin, telah menikah belasan tahun. Jadi, aku cukup yakin nasehatnya datang di saat yang sangat tepat. Di saat aku sedang sibuk baca-baca buku, mengumpulkan ilmu tentang menikah & berumah tangga.

Pertama, Pak Roziqin cerita tentang momen paling penting jelang nikah. Katanya, waktu antara Subuh dan Zuhur di saat aku yang rencananya nikah jam 8 pagi, itu adalah masa penting. Pentingnya, di saat Subuh, aku masih single. Semua pahala dan dosaku, aku yang tanggung. Aku murni hanya orang merdeka yang punya tanggung jawab pada diri sendiri. Namun, setelah Zuhur nanti, statusku sudah berubah. Tanggung jawabku juga sudah berubah. Aku tak single lagi. Aku nanti punya tanggung jawab atas orang lain. Aku bertanggung jawab penuh pada istriku. Baik-buruknya istriku, semua akan aku tanggung sebagai kepala keluarga. Perubahan status itu, tak bisa dipikirkan mendalam. Hanya bisa dirasakan sensasinya ketika menjalani kejadiannya sendiri.

Saat itu aku hanya bisa menerka-nerka seperti apa rasanya berubah dari single menjadi sudah punya pasangan. Rasanya ternyata luar biasa. Kalau istri kita lupa sholat, tidak sholat, atau telat sholat, ya kita yang akan dihukum Allah. Kelalaian istri adalah dosa suami. Begitu penting dan besarnya tanggung jawab suami, yang mengambil alih tanggung jawab jiwa seorang perempuan dari ayahnya ke suami.

Jadi, jika Anda akan menikah, coba rasakan sendiri sensasi perubahan status itu. Perhatikan istrimu dengan detil karena kau pemimpin atas dirinya.

Kedua, pak Roziqin mengusulkan agar kami benar-benar melandasi keluarga dengan basis ilmu Islam. Islam menurut Pak Roziqin, telah mengatur dengan lengkap segala macam hal dan masalah yang ada di dalam hidup berumah tangga. Mungkin ini nasehat normatif biasa. Namun ada embel-embelnya. Pak Roziqin bilang, boleh saja cari ilmunya dari buku, tapi jangan dimakan mentah-mentah semua. Perlu disaring buku acuan yang dibaca. Belum tentu semua yang ada di buku, langsung bisa dipraktekkan dan pas dengan karakter suatu keluarga.

Aku terus menyimak petuah dari bosku.

Ketiga, kali ini membahas masalah ego dalam berumah tangga. Kata Pak Roziqin, ketika seseorang menikah, egonya yang tadinya 100%, maka harus berkurang jadi tinggal 50% saja. Sisa 50% lainnya adalah milik pasangan kita, istri/ suami.

Mungkin jika awal-awal nikah, kondisi ideal 50-50% itu sulit tercapai. Pasti ada saja salah satu yang lebih dominan. Entah istri atau suaminya. Namun, sebaiknya lambat laun diupayakan mencapai komposisi ideal itu. Jika tidak, maka pasangan kita yang berada di posisi inferior bisa jadi tak nyaman kalau harus selalu mengalah. Kalau terjadi hubungan yang bisa “menyiksa” pasangan kita, tentu itu tak sehat untuk menjalani bahtera rumah tangga dalam waktu lama. Memang ada juga tipe orang yang suka didominasi. Namun, kalau ia juga diiringi rasa “tertekan” dan tidak nyaman, tentu ini tidak elok. Bisa karam bahtera rumah tangga.

Kalau kita sudah punya anak 1 orang, ego kita tinggal 33,3% saja. Sisanya dibagi dengan anak dan istri. Kalau anak sudah 2 orang, ego kita hanya tinggal 25%. Sisanya dibagi anggota keluarga yang lain, masing-masing juga dapat 25%. Begitu juga seterusnya kalau anak bertambah terus.

Apa sih contohnya? Misalnya istri kita biasanya tidur pakai kipas, lalu kita tak terbiasa tidur pakai kipas. Maka, perlu dicari titik tengah (konsensus) yang menguntungkan kedua belah pihak, dan mengeliminir hal yang merugikan kedua pihak. Tidak bisa, istri yang suka tidur pakai kipas, seenaknya menyalakan kipas. Bisa-bisa si suami yang ndak biasa pakai kipas, masuk angin tiap malam dan tak bisa mencari nafkah keesokan harinya. Jadi bisa jadi misalnya kipas tetap dinyalakan, tapi diarahkan ke atas, tidak langsung mengarah ke badan kedua pasangan. Si istri tidak merasa sumuk (kepanasan), dan suami juga tidak merasa diserbu angin.

Contoh lainnya, jika istri kita misalnya biasa makan pedas, dan kita tak biasa makan pedas, maka masakan yang dibuat di keluarga mungkin tingkat kepedasannya bisa diatur di range tengah-tengah antara pedas dan tidak pedas (yang sedang-sedang saja kalau kata bang Oma).

Tidak mungkin di satu keluarga, ada 2 jenis masakan tiap harinya, yaitu masakan pedas dan satu manis. Tentu keluarganya akan sangat ribet nantinya. Biaya operasional makan keluarga bisa membengkak, jika Anda memaksakan ego 100% pedas atau 100% manis beradu. Maka, Anda yang suka pedas, harus korbankan 50% ego pedas Anda untuk bersedia menyicipi makanan non-pedas. Begitu juga Anda penyuka makanan manis, harus berani belajar makan makanan pedas.

Kalau istri kita melakukan hal yang menurut kita salah (tidak secara prinsip), tidak usah langsung di-cut. Kasih tahu pelan-pelan jika ia “salah”. Jangan langsung dipatahkan di depan. Perempuan itu terbuat dari tulang rusuk pria. Ia bengkok. Kalau dipaksa lurus serta merta, bisa “patah”. Beri reason yang jelas terhadap suatu keputusan tertentu, lewat bukti nyata. Coba cari bagaimana kita bisa sampai pada titik kompromistisnya. Relasi yang equal itu memperlihatkan hubungan kita bukan berbasiskan master and slave. Tapi partnership. Partnership selalu menjadi tim yang kuat yang bisa diandalkan di saat senang dan susah.

Keempat, kali ini soal kondisi fisik dan psikologis suami-istri. Rumusannya begini: kalau suami sakit, istri harus sehat. Begitu juga sebaliknya. Tidak hanya aspek fisik, tapi juga mental. Kalau istri/ suami lagi down, maka pasangannya harus menguatkan. Tidak boleh melemahkan, atau merasa down juga. Bisa bubar jalan jalinan kasih rumah tangga kita kalau keduanya sama-sama down. Suami sebagai pilot, istri sebagai kepala pramugari yang memberi service kepada penumpang ”rumah tangga”. Penumpang terdiri dari suami dan anak-anak.

Menantu Dan Mertua

Kelima, tentang relasi menantu dan mertua. Ini persoalan penting. Biasanya rumah tangga menurut pak Roziqin, sering menjadi biang keretakan rumah tangga. Tak jarang hubungan menantu dan mertua membeku karena banyak perbedaan cara pandang, beda sikap, dan tidak ada kesantunan dari menantu terhadap mertua, tidak ada sikap saling menghargai dari kedua belah pihak.

Solusinya, untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua, Pak Roziqin punya tips jitu. Menurutnya ada satu sikap yang bisa dilakukan oleh menantu terhadap mertua, yang bisa membuat mertua “kelepek-kelepek”.

Tipsnya adalah menantu harus punya keyakinan bahwa dimanapun dan kapanpun, kita harus memperlakukan dan melayani mertua seistimewa mungkin. Perlakukan mertuamu sebagai raja/ ratu. Ketika menikah, seseorang akan mendapatkan tambahan ibu-bapak lagi menjadi totalnya empat orang. Jadi, ketika mendapatkan tambahan orangtua lagi, seharusnya bisa menguntungkan dirinya. Ada tambahan ladang amal, tempat untuk berbakti.

Mengistimewakan mertua, sebenarnya juga sama dengan mengistimewakan orangtua sendiri. Tidak usah terlalu perhitungan ketika membantu atau melayani mertua. Menurut pengalaman pak Roziqin, ketika kita memuliakan dengan sangat mertua, doa dan keberkahan selalu mengalir ke harta yang dipunyai. Ada-ada saja rezeki datang padanya. Jadi, ketika kita mengeluarkan uang untuk melayani mertua, jangan terlalu dipikirkan atau terlalu dihitung-hitung. Totalitas sajalah. Nanti Allah yang ganti pengeluaran Anda.

Pak Roziqin pernah punya pengalaman menarik. Ketika mertuanya sakit keras, ia mengeluarkan uang tak sedikit untuk menjadi penyokong utama biaya rumah sakit. Sedangkan saat itu, ia akan berangkat haji. Tentu berangkat haji butuh uang pegangan yang tak sedikit. Namun, karena keyakinan ketika memuliakan mertua adalah penting dilakukan, maka uang pun disiapkan untuk jaga-jaga biaya perawatan jika membengkak.

Dampaknya? Mertuanya sembuh dan bisa menjemput dirinya dan istri pulang haji di bandara, dan sang jadi tambah sayang kepada Pak Roziqin dan keluarga. Keberkahan juga mengalir pada keluarganya. Sepulang haji, ada-ada saja rezeki yang datang. Pak Roziqin bisa renovasi rumah secara signifikan, dari rezeki yang tak disangka-sangka.

Kalau Anda masih belum kebayang, atau belum bisa sehabat bosku dalam melayani mertua, tak apa. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil. Menyenangkan mertua bisa dengan menyambutnya dengan hangat, tidak berwajah bete, meski kita sedang sibuk. Kalau bisa, peluk cium mertua saat silaturrahim.

Kalau versiku, dari hal kecil bisa saja kita menyiapkan makanan kesukaan mertua kita.

Dampaknya bisa kita rasakan belakangan. Menurut pak Roziqin, para menantu harus saling lomba menjadi menantu terbaik di hadapan mertua. Ekstrimnya, kalau Anda bisa menyayangi dan memuliakan mertua melebihi orangtua sendiri, Anda akan naik kelas. Ya kalau standarnya memang disamakan kadar dan kualitasnya dengan menyayangi orangtua sendiri. Tapi kalau bisa lebih, nah, Anda akan merasakan dampak yang tak pernah Anda sangka-sangka sebelumnya. Selain rezeki mengalir terus akibat doa dari mertua, Anda juga bisa jadi menantu kesayangan. Ingat, perlakuan istimewa ini tak melulu harus dengan uang. Tapi bisa dengan bentuk perhatian, meluangkan waktu, berlaku sopan, dan lain sebagainya.

Nah, begitulah tips dari bos tentang nasehat pernikahan. Selanjutnya, aku sedang belajar mempraktekkannya. Semoga dampaknya bisa dirasakan juga seperti yang dirasakan oleh bosku, keberkahan dari Allah karena mertua bisa senang, gembira, dan merasa bersyukur memiliki menantu seperti diri kita.

Kalau kita bandel, orangtua kita hanya akan berujar, “bandel-bandel elo anak gw juga tong”. Orangtua kita masih menyimpan kata maaf untuk kita. Namun, kalau kita bandel, tidak sopan, tidak hormat pada mertua, akan tidak baik dampaknya. Bisa-bisa mertua berujar, “menyesal” memiliki menantu seperti diri kita. Untuk itu, jaga terus keharmonisan hubungan dengan mertua. Nasehat ini tentu dikhususkan untukku.

Apakah Anda juga punya tips sederhana dalam berumah tangga seperti bosku? Sila berbagi cerita di komentar blogku ini. Semoga kita bisa saling berbagi tips hebat demi membentuk keluarga hebat. Dapatkan hadiah menarik dariku bagi penutur tips berumah tangga yang inspiratif.

Selamat mempraktekkan Nasehat Pernikahan Dari Bos!

Salam Hangat

Adlil Umarat

“Biasakanlah yang benar, jangan benarkan kebiasaan”

Follow me on twitter: @pukul5pagi

Klik link berikut ini untuk mengetahui kisah Menjemput Jodoh dari awal:

(Seputar Jodoh)
 (Seputar Passion)
(Religi)
(Petualangan Sosial)

28 responses to this post.

  1. satu hal lagi yg memang butuh yaitu sebuah kesabaran dan keikhlasan. ini perlu diterapkan dalam penjelasan diatas sepertinya. SELAMAT berbahagia ya..!

    Reply

    • Ok. Bab sabar dan ikhlas akan dibahas juga di kesempatan lain. Belum ketemu contoh kasusnya. Semoga bisa ketemu contohnya secepat mungkin. Terima kasih sdh mampir. 🙂

      Reply

  2. mantab. memang, berani menikah adalah berani berbagi, berani mengalah, dan berani untuk menyingkirkan ego jauh..

    Selamat memasuki dunia berbagi segalanya.

    Reply

    • Kalau ada lagu dangdut, “sepiring berdua”, “dunia milik berdua, yang lain ngontrak”, agaknya memang benar. Hehehe. Mudah-mudahan bisa lebih mentereng lagi potensi diri yang terpendam, karena ada partner diskusi kapanpun. Selalu setia menemani. Terima kasih dah mampir mas.

      Reply

  3. Posted by Achmad Roziqin on March 2, 2012 at 2:27 AM

    Alhamdulillah…..
    Gak nyangka obrolan ringan bisa jadi bahan tulisan yg panjang. Salut buat Aad.

    Membaca tulisan tsb saya jadi terbayang wajah Abah dan Umi saya. Dari merekalah sebagian besar arahan dan nasehat tsb saya dptkan ketika saya hendak menikah. Demikian pula wejangan yg diberikan oleh beliau berdua kepada ke-4 orang kakak2 saya yg telah menikah lbh dulu. Jd nasehat tsb sblm tiba ke saya sebagiannya sy sdh hafal dan memahaminya krn sdh sering mendengar sebelumnya.

    Khusus utk nasehat dalam memuliakan mertua, saya sangat mengapresiasi nasehat beliau. BERBUAT BAIKLAH KALIAN KEPADA MERTUA MELEBIHI PERBUATAN BAIK KALIAN KEPADA ORANG TUA SENDIRI. Saya yakin nasehat ini termasuk barang langka. Alhamdulillah….nasehat yg sgt baik ini berbuah kebaikan pula. Para menantu, termasuk istri saya, begitu cinta dan sayang kpd orang tua saya.

    Tentang ego rumah tangga yg tetap 100% meski anggota keluarganya makin bertambah kata Abah saya ini hukumnya wajib bila rumah tangganya ingin langgeng. Contoh ringan, pulang kerja sdh malam, badan lelah, mata ngantuk berat, tiba2 istri bilang, tuh dimeja belajar anaknya ada PR yg blm selesai dan harus diserahkan besok pagi, bila tidak…bla…bla….pokoknya ada sanksi konsekuensinya. Katanya anak minta dibangunkan bila ayahnya pulang kerja untuk minta diajarin PR yg dia gak bisa selesaikan. Bila tetap mempertahankan ego pribadi 100% tentu pengennya langsung mandi lalu tidur. Tanpa melepas baju kerja yg sudah lusuh, tanpa merasa lelah, hanya terpikir 1 hal, jgn sampe anak tercinta dapat sanksi hanya krn PR nya blom selesai. Lalu anak dibangunin, sambil terhuyung-huyung menuju meja belajar dia berniat utk tetap mengerjakan PRnya. Dengan mengajari pelan2, sabar, memberi pengertian dan pemahaman, akhirnya PR tsb kelar juga. Dia segera tidur kembali. 1-1.5 jam khusus utk urusan PR anak tersayang. Tentu saja badan makin lelah, mata sdh pasti tambah ngantuk. Tidur lewat tengah malam dan hari pun sdh berganti tanggal. Tapi puas dan tenang krn Insya Allah anak tersayang tdk akan kena sanksi disekolahnya. Inilah contoh kecil bhw ego pribadi harus dikurangi krn ada kepentingan yg lbh penting drpd sekedar tidur melepas lelah. Lagi2 terbayang wajah Abah dan Umi saya yg anaknya ada 10 orang. Pastinya ego kedua org tua saya tsb kurang dr 10%, termasuk kami anak2nya.

    Kalau dilihat berita atau infotainment di tv tentang maraknya perceraian sepasang suami istri padahal usia perkawinannya masih seumur jagung ada kemungkinan faktor mempertahankan ego dr kedua belah pihak masing2nya tidak mau dikorbankan demi keutuhan perkawinan.

    Tahun 2012 ini usia rumah tangga saya memasuki tahun ke 18. Tentu semua penjelasan diatas hanya akan menjadi sekedar teori bila tidak dilandasi dengan kesabaran dan keikhlasan. Barangkali bila saya dan istri saya menjalankan semua uraian diatas dengan ketidak-sabaran dan keterpaksaan mungkin sekarang kami sdh tidak bersama lagi. Na’uzubilah….

    Reply

    • Terima kasih buat sharing ilmu yang bermanfaatnya pak Roziqin. Mudah-mudahan bisa jadi amal jariyah dan dibaca + diprakteekan banyak orang.

      Reply

  4. Posted by puspa wijitomo on March 2, 2012 at 8:21 AM

    nice shared mas..pengalaman yg hampir sama yg saya alami di klrga saya. Ketika orang tua saya sakit ( batu didalam ginjal )..alhamdulillah sekali suami saya bersedia menyokong biaya perobatan yg nominal nya ngak sedikit..sedangkan kami jg harus melunasi rumah dan hal2 lainnya..bahkan sampai sekarang suami jg mash menyokong kebutuhan untk orang tua saya setiap bulannya dalam hal berobat ( sekarang yang sakit ke 2 orang tua saya ) dan dalam kebutuhan sehari..tetapi nikmah Allah tiada henti mengahmpiri kami..banyak hal yg saya petik dari hal ini..bahwa..menyenangkan hati orang tua..hanya Allah lah yg bisa membalasnya…1 kebaikan yg kita beri kepada orang tua dan mertua..Allah akan membalasnya dengan seribu kebaikan..subhanallah..1 langkah kita dekat dengan Allah.seribu langkah Allah dekat dengan kita..

    wallahu a’lam ^^

    Reply

    • Salut buat keluarga Mbak Puspa Wijitomo. Salam kenal dan salam buat keluarga. Di tengah keikhlasan mengistimewakan mertua dan orangtua, pasti ada keberkahan. Keberkahan itu tidak melulu dibalas dengan uang banyak oleh Allah. Bisa jadi anaknya jadi lebih pintar, berprestasi, bisa jadi keluarganya selalu sehat dan tidak pernah sakit, dan lain sebagainya. Tetap semangat mbak menjaga orangtua dan mertua.

      Reply

  5. Posted by ummmu on March 2, 2012 at 9:34 AM

    Jangankan sesudah nikah sebelum nikah aja untuk acara nikahan kita harus sudah ngecilin ego, bukan cuma ke pasangan tapi juga ke ortu and mertua, phewww hard job bgt tuh *teringat waktu nikah dulu*
    Alhamdulillah mertua sayang bgt sama Ad, mungkin tambahan lagi Ad jangan sayang sama mertua doang tapi sama seluruh keluarganya 🙂

    Reply

  6. Mudah-mudahan nasehatnya bisa dipraktekan yah. 🙂

    Reply

    • Mudah-mudahan bisa berguna buat diriku, dan buat siapa saja yang membacanya. Thanks sudah mampir ya. Aku posting tiap minggu. Kudu mampir ya mbak Chita.

      Reply

  7. Posted by Kuswantoro Marco Al-Ihsan on March 2, 2012 at 7:08 PM

    Wah kalo bos yang dah ngasih nasehat gitu, bakalan ketularan kaya bos nanti nih,, aamiin..
    keep in writing yah..sekalian bikin buku bro..

    Reply

  8. Uwah, terima kasih sudah berbagi. Ini juga nasehat buat saya.

    Reply

  9. Aad…makasih ga terlalu panjang…he he he.Kl perempuan itu, Ad, sudah menikah, suaminya yg utama, tetapi laki-laki, sudah menikah yg utama ibunya, jadi seorang isteri harus siap dinomorduakan dari ibu mertuanya (saya blm kasih dasar hadisnya nih….tapi ada dasar ilmunya)

    Reply

    • Sip. seingat saya juga begitu mbak May. Nanti klo dah ketemu dasar hukum Islamnya, sudi di-share. Makasih sudah mampir. Klo di share di wall nya mbak May, boleh jg tuh mbak. hehehhe. Biar jejaring sosialmu bisa baca jg.

      Reply

  10. Reblogged this on antonaisyah and commented:
    ingin reblog artikel yang menarik ini 😀

    Reply

  11. Posted by duha on June 20, 2013 at 9:29 AM

    seru broo

    Reply

Leave a comment

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story