Menjemput Jodoh Part 4

Kencan di Bandung

Selepas “meminta” Andin kepada orangtuanya, aku bersiap mempertemukan Andin dengan orangtuaku. Maka, dipilihlah tempatnya di Bandung sebagai tempat netral. Netral dalam arti, tak terlalu jauh dari Jakarta, dan tak jauh juga dari Surabaya.

Papa Mamaku bisa naik pesawat gratis dari perusahaan tempat papa kerja. Jadi, pertemuan ini rasanya akan sangat mudah diatur dan tempatnya mudah dijangkau. Tempat sudah ditetapkan, di Bandung. Tinggal menunggu waktunya kapan. Sedang dicari.

Orangtua manapun pasti ingin melihat dan menyeleksi terlebih dahulu calon menantunya. Tak mungkin mereka tidak penasaran dengan calon menantunya. Terlebih di kasusku mencari jodoh, aku yang “menembak” ke orangtua calon istriku, baru aku bilang ke orangtuaku, dan mereka ya terkaget-kaget dengan keberanianku dalam bertindak cepat.

Namun sayang. Tahun 2011 ini adalah tahun sibuk bagi orangtuaku. Jadwal persiapan haji yang sudah mepet, dan papaku juga ketua kelompok haji yang membawahi “aki-aki tua”. Maka dengan sangat terpaksa orangtuaku tak bisa hadir ke Bandung. Kebetulan di bulan ini bertepatan dengan wisuda adekku, Uul. Ia kuliah di Itenas, jurusan Teknik Industri. Sekarang ia jadi asisten dosen sembari menunggu panggilan dari berbagai perusahaan yang ia lamar.

Karena orangtuaku tak bisa hadir, maka aku ditunjuk sebagai wakil untuk hadir di wisuda adekku. Konon, menurut informasi dari Uul, ia memperoleh cum laude. Jadi, ia akan menerima penghargaan khusus dan maju ke panggung utama bersama orangtua/ wali. Ini akan jadi momen istimewa bagi Uul setelah kuliah dengan serius di Itenas.

Akhirnya, karena aku sendirian saja, aku ajak Andin untuk menemaniku. Meski ndak jadi ketemu orangtuaku di Bandung, tapi ternyata Andien punya waktu luang untuk datang ke Bandung. Ia ada waktu libur dari ngajar di ITS. Jadilah ia membeli tiket pesawat yang murah meriah dengan mengintip di www.tiket2.com.

Aku dan Andin berlaku sebagai pengganti orangtua bagi adekku, Uul. Pada acara wisuda itu, Aku, Andin mendampingi Uul masuk ke ruang utama di aula utamanya. Kami duduk di bagian depan. Sesuai dengan IPK yang didapatkan, cum laude. It was Awesome! Salut buat adekku Uul yang berjuang mati-matian membuktikan pada siapapun, bahwa ia juga bisa berprestasi sesuai kapasitasnya. Aku saja kuliah S1 tidak cum laude.

Wisuda Uul, Kami duduk di barisan terdepan.    Merasa terhormat

Untuk menghemat transportasi dan mengefektifkan pergerakan kami, aku meminta adekku Uul menyewa mobil dua hari. Jadi kalau mau pergi-pergi, bisa jalan bersama di satu mobil. Tidak ribet.

Kami menyewa mobil Avanza. Mobil itu disinyalir masih baru. Ia disewa kepada teman adekku. Kenalannya di perkumpulan urang awak. Aku percaya akan kualitas mobilnya.

Di Bandung, aku menginap di kos Uul. Sedangkan Andin nginap di kos adeknya (Icut), di daerah Dago.

Kembali ke acara wisuda. Aku melihat acaranya sangat meriah. Karena melihat dari barisan terdepan, aku merasakan keharuan prosesi wisuda. Pada saat wisudaku di Balairung UI dulu, aku hanya duduk di area paling belakang, bahkan di luar paling belakang. Jadi, orang mau ngomong apa di depan panggung, ya tidak kedengaran. Justru aku merasa lebih khusu’ menghadiri wisuda adekku kali ini.

Banyak pagelaran kesenian dipamerkan di acara itu. Tidak hanya adek kelas yang tampil. Para wisudawan/i pun tak kalah berani unjuk gigi. Mulai dari tarian, paduan suara, sampai band. Sambutan demi sambutan diberikan para petinggi kampus Itenas.

Satu persatu nama dan IPK wisudawan disebutkan. Giliran Uul, Fazlurrahman dari Teknik Industri, 3,51. Ia tak maju ke depan panggung. Khusus untuk yang cum laude nanti diberikan terakhir, maju bersama orangtua masing-masing.

Ketika giliran kami maju bersama Uul, rasanya bangga sekali. Maju bersama “anak” dadakan aku dan Andin. Hehehe. Karena tampangku dan Andin yang imut, teman-temannya pun heran. Kok ayah dan ibunya Uul masih muda? Uul hanya bisa cengar-cengir saja memberi jawaban.

Nah, ini dia peristiwa super iseng yang aku lakukan saat sang rektor memberikan penghargaan ke Uul, dimana aku mendampinginya bersama Andin.

Karena Bandung itu dingin hawanya, aku gampang masuk angin. Perut tak bisa kompromi. Jadilah bawaannya pengen kentut terus. Nah, saat giliran bersalaman dengan rektor, aku iseng kentut. Kentut yang akukeluarkan adalah yang paling parah. Tak berbunyi, dan ia keluar pelan-pelan dari sarangnya. Dijamin bikin orang pingsan. Rektor sudah ada di depan mata. “Bom Atom” baru saja kelepasan tanpa bisa diajak kompromi.

Keisenganku adalah menahan lama tangan Rektor ketika salaman, disertai senyum mengembang 5 cm. Ternyata sang rektor yang aku pegang erat tangannya, lalu aku tarik mendekati badanku, pun senyum-senyum saja. Mungkin ia menikmati juga “aroma terapi” yang aku salurkan. Buktinya, ia bukannya marah, tapi senyum-senyum. Berarti ia menikmati kebersamaan kami. Hahahahha. Parah banget ya. Uul dan Andin heran, mengapa aku salaman lama banget dengn pak Rektor. Bisa sampai 5 detik. Padahal orangtua yang lain cuma sebentar saja. Sekali nempel, langsung lepas. Kalau aku, salaman, aku tarik rektor mendekatiku lalu senyum. Mohon maaf ya pak Rektor atas keisenganku ini. Hahaha.

Uul mendapatkan hadiah tambahan dari kampusnya berupa jam dan bulpen mahal. Lumayanlah. Mungkin hadiah itu tak seberapa nilainya kalau diuangkan. Tapi, di balik simbol hadiah itu, ada rasa bangga (pride) yang terpampang di dada Uul. Bangga karena bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa ia kuliah secara serius, tidak main-main.

Sayangnya kami tak dapat makanan berat dari Kampusnya Uul. Hanya snack ringan saja yang dibagikan untuk orangtua. Kalau pagi nggak sarapan, terasa banget lemesnya jelang siang. Itu yang aku rasakan.

Sesi Foto Keluarga, diapit kuning-kuning

Selesai acara wisuda, kami sempat foto-foto bersama. Uul mengajak serta pasangannya, Nisa. Mereka sudah lama memadu kasih. Tanpa janjian, Nisa memilih menggunakan baju kuning, warna yang sama dengan yang Andin pakai hari itu. Cucok seleranya. Mudah-mudahan mereka segera menyusul aku dan Andin. Aku sengaja tidak berfoto dengan Uul, Nisa dan Andin karena jumlah kami hanya sedikit dari jumlah keluarga yang seharusnya berfoto. Sayang kalau nanti dicetak. Pengennya yang banyak jumlah orangnya. Lengkap dengan orangtuaku, kakak, adek.

Acara di sana pasca wisuda sangat meriah. Adek kelas di masing-masing jurusan menyambut seniornya yang baru lulus dengan atraksi yang tak kalah meriah. Yel-yel jurusan diteriakkan sekencang-kencangnya, sekompak-kompaknya. Serasa demo lah pokoknya mah.

Sambutan Junior ke Senior yg Wisuda

Setelah itu, kami memutuskan naik mobil, menuju tempat adekku Ika di IT Telkom di daerah Dayeuh Kolot. Cukup jauh jalan ke sana. Ditambah macet dimana-mana. Ditambah, ada pertandingan bola. Para bobotoh naik motor tanpa helm. Super macet. Syukurlah kami bawa mobil sewaan sendiri. Duh, memang terasa sekali Bandung sudah tidak nyaman lagi untuk tempat jalan-jalan. Macet parah dimana-mana.

Rafiqah Rahim, adekku yang paling bontot, kuliah di IT Telkom, jurusan Elektro. Ia dulu sempat bingung, akan memilih kuliah di Teknik Kimia Universitas Riau atau Elektro IT Telkom. Tapi setelah berbagai diskusi keluarga yang kami adakan, akhirnya pilihan jatuh ke IT Telkom. Kami ingin ia bisa belajar mandiri, jauh dari orangtua, merasakan nikmatnya merantau. Berharap, ketika ia terbiasa menghadapi masalah sendiri, itu akan membuatnya cepat jadi dewasa. Tidak selalu berada di balik perlindungan orangtua. Tidak di bawah ketiak mama atau papa.

Tiga Serangkai

Tiga Serangkai Versi Beda

Sesampainya di IT Telkom, aku cukup takjub. Kampusnya mewah. Kompleknya luas. Benar-benar cocok suasananya untuk belajar. Masih asri, udara juga masih bagus. Aku, Uul, dan Andin segera menemui adekku di asrama. Begitu ketemu, yang aku lebih takjub lagi, Ika dan Andin sudah sangat akrab. Padahal baru pertama kali ketemu. Mungkin ini adalah tanda-tanda yang kesekian kalinya bahwa Andin memang jodohku. Ika bukan tipe orang yang gampang dekat dengan orang lain. Kalau ia tak sreg, biasanya dia jaga jarak terlebih dahulu. Nah, saat ketemu Andin, udah langsung jalan gandengan, ketawa-ketiwi. Cerita ini dan itu. Kami makan di kantin kampus, dan jalan-jalan ke sebuah situ buatan. Sore itu terasa sangat indah. Sungguh.

Ika Mengapit Andin

Andin Mengapit Ika

Andin dan Ika Saling Apit dan Akrab Meski Baru Sekali Bertemu

Ini pelajaran penting dari perjalanan cintaku. Jika kita ingin tahu seberapa pantas, seberapa cocok, seberapa pas calon pasangan hidup kita dengan keluarga kita, ajak jalan dan ketemu. Kita lihat reaksi keduanya secara natural. Apakah ada gaya tarik-menarik, atau justru sebaliknya, tolak-menolak. Jika tarik-menarik, aha ini dia tanda-tanda bahwa jodohmu makin dekat. Itu dia jodohmu. Kalau masih ada salah satu yang menarik, lalu ada yang menolak, sebaiknya Anda menyatukan pasangan Anda dengan pihak keluarga. Biar di kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Malamnya, kami makan di rumah makan Bancakan. Kali ini calon adek iparku—Icut– diajak juga. Tadi siang ia tak ikut karena sibuk. Aku lihat bagaimana reaksinya ketika ketemu dengan adekku. Apakah ia nyambung, atau nggak nyambung. Ternyata sepenglihatanku, ia terlihat nyambung tuh. Alhamdulillah. Makin kuat keyakinanku pada Andin dan keluarganya.

Kami juga sempat berkunjung ke teman-teman kos Andin saat kuliah dulu. Persaudaraan mereka sangat kuat. Saking kuatnya, sampai sekarang masih sering kumpul untuk makan-makan. Kami bertemu dengan Kak Sondang, Om Ber, Dian dan Furqon, Ucil dan mas Reza, dan tuan rumah Mella dan Yuza. Beberapa diantara mereka ada yang sudah punya anak, namun ada juga yang belum menikah. Jadi, ketika aku dan Andin ke sana, maka kami jadi sansak bulan-bulanan diledekin, kapan menikah dan bagaimana proses ketemunya. Aku seperti menjalani fit and proper test dari teman-teman kos Andin. Alhamdulillah lolos.

Kami sempat diledek karena memanggil kakak-adek saat berkunjung ke rumah teman-teman kos Andin. Tak apa. Mungkin mereka memang sedang iseng. Sampai sekarang, aku masih saling panggil kakak-adek dengan Andin. Bagiku, itu panggilan natural, penuh cinta, dan sangat pas. Aku kok merasa kurang cocok dipanggil dengan sebutan lain seperti abang, bang, mas, kang mas, aa apalagi. Jadi cukuplah kata “kakak” itu yang jadi panggilan sayang dari dek Andin ke Kak Adill. Panggilan pertama dari Andin yang akan aku kenang seumur hidup.

Singkat cerita, besok dini harinya aku dan Andin pulang ke Jakarta. Kami mencoba naik bus Primajasa. Kami diantar pakai mobil oleh Uul ke arah Buah Batu. Harga tiketnya Rp 75.000 per seat. Itu sudah sampai bandara. Jika dibandingkan dengan naik travel sangat jomplang, yaitu Rp 150.000 per seat.

Di sepanjang perjalanan, aku cerita banyak dengan Andin. Bagaimana kesannya terhadap adek-adekku? Andin memberikan reaksi yang positif. Maka, makin yakinlah aku bahwa Andin memang jodohku.

Perpisahan di bandara kembali mengundang sedih. Aku masih kangen. Andin pun begitu juga. Tapi aku pagi itu harus lanjut kerja. Ya kembali menghadapi perpisahan yang menyakitkan. Oktober bagiku adalah kelabu. Kelabu karena aku harus berpisah dengan orang yang begitu aku cintai. See you again my love.

Kangen Ini Membunuhku

Setelah kami kembali pada rutinitas di kota masing-masing, rasa kangen itu muncul lagi. Hubungan Cinta Jarak Jauh (LDR/ Long Distance Relationship) selalu tidak mudah. Memang bisa ditempuh lewat teknologi bernama hp. Tapi, kalau tak melihat langsung orangnya rasanya ga resep kalau kata orang Sunda mah. Hehehe. Kami sempat coba pakai Skype. Tapi tidak terlalu lancar. Kadang videonya nyala, kadang ngadat. Begitu juga dengan YM. Sama saja macetnya. Skype dan YM seolah tak mengerti bagaimana buncahan rinduku pada kekasihku tidak bisa berkompromi dengan kemacetan-kemacetan itu. Cintaku ga pake ngadat seperti Skype dan YM.

Sebulan sejak berpisah di acara wisuda adekku Uul, kami dilanda rindu yang teramat sangat. Kami bertemu hanya 3 kali, sebelum menikah. Pertama, aku berkunjung ke Surabaya dan Gresik dalam rangka lamaran nekat sendirian. Kedua, Andin datang ke Jakarta dan Bandung untuk menemaniku menghadiri acara wisuda adekku Uul. Ketiga, Andin datang lagi ke Jakarta untuk menentukan rumah kontrakan seperti apa yang ia inginkan dan membeli cincin pernikahan.

Perjalanan cinta kami cukup cepat dan hanya butuh waktu singkat untuk meyakini bahwa cinta kami memang pas dan klop. Ga pake lama (GPL). Dalam sebuah searching internet, aku melihat tulisan seperti ini: Puncak dari bukti kecintaan seorang pria terhadap wanita adalah ia mau dan berani menikahinya secara sah (agama dan KUA). Kalau hanya sebatas berani pacaran, pedekate, itu mah bukan cinta sejati nan hakiki. Kalau kata temanku Ikhwan Abdillah di Solo, kalau ga berani menikahi perempuan, GA LAKI!, katanya.

Proses Terbalik Pernikahan Kami

Ini adalah hal yang unik dari cerita pernikahan kami. Kalau orang-orang pada umumnya mungkin prosesnya harus menjalani skema seperti ini: Kenalan kedua pasangan – pacaran – laki-laki melamar sendiri ke orangtua perempuan – Laki-laki melamar bersama orangtuanya – Keluarga perempuan memberi jawaban (membalikkan lamaran) – Menentukan tanggal pernikahan – Mengurus penikahan – Rapak di KUA- Menikah

Nah, bedanya dengan kami adalah seperti ini: Kenalan kedua pasangan – Laki-laki langsung melamar sendiri ke orangtua perempuan – Orangtua perempuan menerima lamaran dengan syarat harus ada pertemuan/ kenalan Andin dan orangtuaku – Andin kenalan dengan orangtuaku via telpon saja—Mengurus KUA, tanda tangan persetujuan orangtua laki-laki, tanpa tanggal yang ditetapkan—Menentukan  tanggal pernikahan dari pihak perempuan—Persiapan pernikahan gedung, akomodasi, dll—Rapak ke KUA hanya Andin dan Ibunya, minus calon suami–Orangtua laki-laki datang melamar—Dua hari berikutnya langsung menikah dan resepsi.

Proses pernikahan kami tergolong unik. Kami seperti tak punya waktu untuk berlama-lama. Papa mamaku segera berangkat haji pada pertengahan Oktober, tepat setelah Uul wisuda. Jadi, semua surat-surat terkait pengurusan KUA, sudah ditanda tangani orangtuaku dan sudah jadi, tepat sebelum mereka terbang ke Mekkah. Mamaku Ibu Zul paling berjasa mengurus surat KUA yang harus ada pengantar dari RT/ RW. Ia rela jalan kaki ke sana-kemari demi pernikahan anaknya. Padahal, ketika tanda tangan, Papa Mamaku belum mengetahui bagaimana sebenarnya roman wajah calon menantunya. Mungkin jarang orangtua seperti itu. Mereka belum pernah ketemu dengan calon menantunya. Hanya lewat suara saja, nelpon sekali saja dengan papa dan mamaku tgl 21 Sep 2011, hanya beberapa hari setelah aku pulang dari Surabaya. Di sanalah proses fit and proper test dijalani. Singkat, tak bertele-tele.

Tapi mereka mempercayakannya pada pilihanku. Jika aku sudah memilih, ya mereka pecaya itu adalah yang terbaik. Mereka berdua hanya bertanya latar belakang keluarga Andin. Apakah nanti cocok atau sesuai (masuk atau ga masuk) ketika berinteraksi dengan keluarga kami. Itu saja yang jadi pertimbangan. Oia, ditambah satu lagi, pertanyaan penting dari orangtuaku, apakah Andin bisa menghormati orangtuaku? Karena paling sering itu kasus konflik yang sering terjadi kan antara mertua dan menantu.

Aku meyakinkan orangtuaku bahwa Andin tipe anak yang baik, hormat sama orang yang lebih tua. Aku bisa lihat ketulusan dari hati Andin ketika ketemu orang lain. Mudah-mudahan instingku tak salah. Orangtuaku hanya bergantung dan termasuk gambling juga sih terhadap pilihan jodohku ini. Yang bisa mereka lakukan adalah berdoa untuk kebaikanku. Pikirku, berdoa di Mekkah, di Madinah, di tempat-tempat mustajab, sebuah jaminan akan diberikan dan dikabulkan permintaannya. Semoga orangtuaku berdoa sepenuh hati untuk kelancaran rencana pernikahanku ini.

Orangtua Andin juga tak kalah gesit. Karena Papa Mama Andin bekerja kantoran, mereka jauh lebih cihui lagi. Lebih coboy lagi. Nekat.

“Sayang, kata papa langsung lamaran ajah. Adek kenalannya via telp aja gpp. Kasihan papa mama kakak kl harus 2x ke sini J hehehe (sms Andin, 18 Sep 2011, pkl 23.07)”

Itu pesan dari Andin atas pengertian dari orangtuanya agar keluargaku tak boros ongkos ke sana. Jadi rencana awalnya, kami bertemu sekali antara papa mamaku dan Andin setelah pulang dari haji. Setelah itu barulah proses lamaran ke Gresik bersama orangtuaku. Lalu kami rencana awalnya menikah akhir Desember dan resepsi Maret 2012. Jadi bisa dibayangkan jika aku bawa rombongan keluarga ke Gresik beberapa kali, tentu tak efektif, capek dan berat di ongkos. Alhamdulillah calon mertua penuh pengertian.

Ke-coboy-an mama mertua juga terekam dalam benakku. Di satu waktu lewat adek iparku Icut, kanjeng mami menawarkan ide gila.

“Kak ni sms dari Icut, Mama nawarin ini ni hehehe, “Kt kanjeng mamih, km g pgn dpt angka cantik tah bt nikahan? Hihi’ Resepsinya sih terserah aja kpn J hahahha 111111 ato 20112011 gituuuuuh”

Sekitar tanggal 1 November 2011, tanggal pernikahan kami sudah ditetapkan. Meski ada ide agak gila dari Mama Mertua yang mempercepat pernikahan ke tanggal cantik 11-11-11 atau tanggal 20-11-2011, tapi tawaran menggoda itu tak kami ambil karena terlalu terburu-buru. Orangtuaku di tanggal segitu belum ada di tanah air, masih pergi haji. Jadi kami mengeliminir tawaran tersebut.

Rencana pernikahan kami awalnya tanggal 24 Desember 2011 di masjid Agung Gresik. Andin sudah membooking tanggal segitu. Ia juga sudah survey tempatnya.

Suatu hari, mama mertua telpon Andin. Ia minta semua gedung diberesin pembayarannya. Biar tenang. Lalu ia minta dijemput ke kantor. Andin menjemput beliau, lalu mereka meluncur ke hotel Sapta Nawa sebelum ke Masjid Agung. Mama mertua merasa kurang sreg di Masjid Agung. Beliau melihat foto-foto dari Andin.

Ketika sampai di Sapta Nawa ternyata mereka menawarkan ada gedung juga untuk nikahan, tapi harganya Rp 6jt. Maksimal kapasitas 1.000 tamu (500 undangan). Lalu mama Mertua dan Andin jadi mikir-mikir lagi. “Apa sekalian resepsi aja ya kalo harga segitu? Masa nanti resepsi nyewa gedung lagi?”

Andin menawarkan tetap di Masjid Agung. Mama Mertua tetap tidak sreg karena akan sulit untuk akomodasi penginapan keluarga besar. Ditambah lagi kata Andin, kak Adlil mengadakan acara juga syukuran nikahan di Bukittinggi Februari 2012 rencananya. “Mana ada ngunduh mantu dulu, baru nikahan?” kata mama mertua. Akhirnya Mama mengusulkan membelokkan mobil ke Wisma A Yani, Semen Gresik. Mereka pergi bertiga dengan adek iparku, Ulin.

Sesampainya di Wisma A.Yani, lalu mereka lihat jadwal gedung ke Januari 2012. Apakah ada yang kosong atau tidak. Rencana awal resepsi kan Maret 2012. Mama mertua udah pesan ke pengurus gedung untuk tgl 4 Maret 2012 bahkan. Jadi datang ke sana mau dimajukan lebih cepat ke Januari. Ternyata fully booked. Nah, pas melihat ke Desember 2011, ada jadwal kosong di tgl 24 Desember 2011.

Secara nekat ala coboy, mama mertua langsung memutuskan, “Ya udahlah, dimajuin Desember aja resepsinya. Soalnya biar biayanya ndak terlalu banyak, ga ribet datang bolak-balik.”

Kata Andin, “Lha, kakak kan belum tahu ma? Papa Mamanya kakak juga belum tahu.” “Ya udah, kasih tahu sekarang, telpon” ucap mama.

Andin menelponku, memberikan kabar mendadak itu. Aku kaget setengah mati. Itu kan artinya hanya 1 bulan setengah dari sekarang? Apa sanggup? Aku dag-dig-dug jadinya. Aku juga pikir, apa persiapan nantinya ga buru-buru?

Mama mertua menelpon Papa mertua yang sedang dinas ke Cina. “Pa, resepsinya disatuin aja ya tgl 24 Desember?” “Lho, emang gedungnya ada?” balas Papa Mertua. Mama bilang “Soalnya yang kosong adanya tanggal segitu.”

Papa Mertua kaget juga. “Emang sanggup persiapan semuanya 1,5 bulan?” kata Papa Mertua. “Alah, aku biasanya ngurus ketemuan pelanggan 2 minggu bisa kok,” ujar mama mertua yakin. “Ok. Tanyain dulu, keluarganya Aad gimana. Siap apa nggak.” “Iya, tadi udah ditelpon aadnya sama Andin.”

Mama Mertua langsung bayar uang DP gedung. Maka dimulailah perjuangan pontang-panting persiapan menikah.

Ada kejadian menarik. Kami memilih tanggal 24 Desember 2011 karena Pertama: keluarga besar Andin hanya bisa dikumpulkan di akhir tahun. Keluargaku juga begitu. Kedua, menurut primbon Jawa, tanggal akhir Desember itu kurang baik. Tabu bagi orang Jawa untuk menikah di bulan-bulan itu. Untunglah keluarga kami bukan tipe yang mempercayai hal seperti itu. Jadinya kami merasa beruntung, di saat orang lain tak mau menikah, ya kami bisa dengan melenggang mudah membooking tanggal pernikahan di KUA. Katering juga sedang banyak kosong. Dekor juga.

Berkali-kali kami tanyakan ke KUA, apakah tgl tersebut benar-benar bisa menikah. Karena hal ini terkait dengan ketepatan booking tiket pesawat. Penghulunya meyakinkan kami bahwa jarang ada orang Jawa yang mau nikah di tgl tersebut. Kami lega. Pemilihan tgl pernikahan kami diselamatkan oleh budaya kepercayaan primbon Jawa. Ternyata ada untungnya juga kalau tak percaya primbon Jawa. J Bagi kami, semua hari adalah baik. Lebih baik lagi kalau hari itu diisi dengan acara ikatan janji suci pernikahan. Kami yakin tak hanya malaikat akan turut mendoakan kami, tapi juga seluruh alam semesta. J Amin.

Aku membeli tiket pesawat ketika tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Aku meminta nomor KTP Papa, Mama, Uul, Ika. Sedangkan adekku yang satu lagi, Rima, tak bisa ikut karena anaknya masih bayi dan sedang rewel-rewelnya. Abangku katanya akan pesan pesawat sendiri. Jadilah aku booking tiket online Citilink Jakarta-Surabaya.

Karena sudah booking tiket, papa mamaku di Mekkah yang sedang melaksanakan haji kaget. Mereka tanya, kok cepat sekali penentuan nikahnya. Aku coba jelaskan ceritanya detil. Alhamdulillah bisa diterima. Insya Allah tgl 24 Desember 2011 itu orangtuaku sudah ada di tanah air jika Allah mengizinkan. Mungkin kecepatan proses menikah kami ini adalah akumulasi dari doa kami bersama. Doaku, Andin, Papa Mama Andin, Papa Mamaku yang sedang haji. Andin dan keluarga juga beberapa waktu lalu sempat umroh, tak berapa lama setelah aku umroh. Aku merasa diberkahi dan dilancarkan oleh Allah segala jalan yang lempeng ini.

Papaku sempat panik. Karena ia berpikir harus menyiapkan banyak uang untuk bantu pernikahanku. Bagaimana akomodasi, tiket pesawat, nginap dimana? Mekanisme adat di Jawa seperti apa, semua ditanya papa lewat telpon. Sebenarnya aku juga tak terlalu paham bagaimana alur dan prosesnya adat Jawa. Aku jelaskan sebisaku. Aku coba menenangkan papaku. Kami hanyut dalam suka-cita dan deg-degan yang teramat sangat.

Itu cerita singkat suka-cita kami yang ngebut menyiapkan pernikahan. Ngebut dalam 2 bulan. Yang aku ceritakan memang baru sebatas yang indah-indah saja. Mau tahu bagaimana kisah sedih yang mencekam jelang pernikahan? Semua orang yang akan nikah pasti dapat cobaan. Mau tahu kenapa Andin menangis jelang pernikahan? Bagaimana kabarku di Jakarta? Bagaimana cobaan yang aku hadapi di Jakarta? Bagaimana cerita “Badai Katrina” yang menimpa rumah kontrakanku? Apa dampaknya? Tunggu kisahnya di kisah selanjutnya “Menjemput Jodoh Part 5”.

Follow me: @pukul5pagi

Salam Cari Jodoh

Adlil Umarat

“Biasakanlah yang Benar, Jangan Benarkan Kebiasaan!”

Klik link berikut ini untuk mengetahui kisah Menjemput Jodoh dari awal:

(Seputar Jodoh)
 (Seputar Passion)
(Religi)
(Petualangan Sosial)

36 responses to this post.

  1. Posted by oeoel on February 16, 2012 at 3:17 PM

    asyiiikkk….ada aku diceritanya…oh ya bang…mana foto2 ul yang diwisuda??koq ndak ada dikirim ke email??huhuhuuh…

    Reply

  2. Posted by oeoel on February 16, 2012 at 3:45 PM

    secepatnya part 5 yaaa….penasaran…hohohoho….oh ya ngomong2 kapan dijadikan novel nech??hehehhehe….

    Reply

  3. Ad, aku mbacanya, sampe anak2ku pada protes…ceritanya panjang banget yaaaaa…he he he…

    Reply

  4. Posted by Elsha on February 16, 2012 at 5:59 PM

    Seruuu!!! Penasaran bgt ma MJ Part 5, dtunggu ya 😉

    *koq rasax pas awal2 td bahasa atw pemakaian kata2x kurang menarik y ad ?? Aq jd lompat2 paraghraf :p

    Reply

  5. ka aad,aku lamaran 4nov,nikah awal januari 🙂 2bln cukup kookk 😀

    waaahh..kak sondang masih ngekos di kosan kah??
    aku kan juga temen sekosan andin..

    😀

    Reply

    • Berarti sama kita ya dek. Hihihihi. Salam buat Anak-anakmu yg super lucu itu. Kak Sondang cs lagi ngumpul aja. Kan udah pada berkeluarga. Jadi ada gathering dadakan aja di rumah Kak Yuza & Mella. Aku baru tahu klo kmu jg sekosan.

      Reply

  6. Posted by apni on February 16, 2012 at 10:01 PM

    adliiillll……lanjutannya donk, secepatnya ya……kereeen bana

    Reply

  7. Posted by mella on February 17, 2012 at 9:13 AM

    Yeay…. Kita-kita masuk dalam crt. Wah kayaknya part 5 lebih seruuu nich… Andin nangis kenapa ya???? Cepetan dipublish ya…

    Reply

  8. beneran deh, aku belajar banyak banget lho dari kisah Menjemput Jodoh ini. Setidaknya aku ada gambaran..o..jodoh tu gtu ya. Ga cuman sekedar jatuh cinta doang. hi3. Makasih lho kak, udah bagi2 kisah cinta-nya. he3. Salam buat Andin.

    Oh ya, udah coba ke penerbit bukune? atau ngobrol sama Assad. Aku dukung banget nih diterbitin jadi buku. Ditunggu part.5 nya kak 😀

    Reply

    • Siaaaapppp. Doain segera diterbitkan. Sudah coba ke satu penerbit besar. Tapi masih dalam proses diskusi. Kalau ada penerbit yang bisa gerak cepat, aku sangat welcome. Kalau ada info, kabari ya Ditha.. Nanti salamnya disampaikan

      Reply

  9. Posted by Kak Fani on February 17, 2012 at 11:00 PM

    Kakak – adik, siapin nt pas punya anak mo dpanggilnya apa 😀

    Reply

  10. Posted by Siti Zakiah on February 18, 2012 at 12:34 PM

    hehehe..nice story..
    Adlil.. selamat yaa…dah menemukan jodoh.. meskipun perjalanan menemukan jodohmu unik.. tapi lebih unik ustdzah sama ustadz Edi kalee.. hihihi..
    hampir mirip sii..namun beda dikit jjaa.. kalo kamu kenalan antarpasangan –> nglamar –> dst dst.. well..kalo ustdzah.. meski sdh agak kenal..coz rekan kerja.. meski tdk “kenal banget”.. ustdzah gak tau kalo ust Edi suka ama ustdazh.. lagsung deh dia nembak ustdzh n dg sukses ustdzh tolak mentah2 pake marah2 segala.. hihihi..
    tapi.. kalo jodoh…memang mo lari ke mana??

    begitu ustdzah sholat istikahroh yg dimunculin kok beliau.. meski sempet ragu n mempertanyakan hal iniu berkali-kali kpod Allah.. ustdzh yakin kahirnya setelah seminggu penuh yg dimunculkan oleh Allah hanya beliau.. maka.. jadilah..

    saat beliau langsung khitbah..(baru sama kakak sepupunya yg di Gontor karena semua keluarga besar ada di Medan…n belom tau kalo mo nikah.. )) soalnya jadul gak da hape.. ust Edi baru kirim surat kalo mau melamar ustdzah.. hihi.. surat belum sampai ke tyangan bapak ibu mertua.. eee..kami keburu langsung divonis sama ayahanda ustdzah saat khitbah langsung dinikahkan!!!!! sdh siappenghulu dr KUA (coz ayahanda kepala KUA).. hihihi.. resmilah kami suami istri yg mendadak tanpa tahu bahwa kami akan dinikahkan saat itu juga! ya sudahlah… jalani saja..n senang2 saja ..la wong namanya dinikahkan jee.. qiqiqi..

    trusss..
    surat kedua kami layangkan ke Medan memberitahukan bahwa kami sdh menikah!!!

    mereka haru..kaget.. bahagia.. nangis..ibu n bapak serta kakak2 ustadz Edi waktu itu.. Ya Allah… haru bnaget…

    mkaa…………

    sudah lewatlah 17 tahun kami mengarungi bahtera rumah tangga ini.. semoga ttep SAMARA.. smeoga kami tetep menjadi pasangan dunia akhirat..
    just like you… amin..

    sekali lagi …selamat menjemput bahagia kalian..setiap detiknya dg pasanganmu..dunia akhirat.. amin.. doa kami dr Solo..
    salam..

    Reply

    • Baru tahu tuh ustadzah, cerita detilnya begitu. Ceritanya seru banget. Surat belum sampai, orangnya udah nikah duluan. Hehehhe. Kapan-kapan kalau ke Solo, aku mampir ke Assalaam. Salam buat Ust. Edi. Mudah2an beliau masih ingat dengan saya. 🙂

      Reply

  11. Posted by Hana on February 18, 2012 at 4:41 PM

    keknya cuma nambahin doang dari komen2 yang lain…Sip!!! Lanjutkan,,,,

    Reply

  12. Posted by Ana Aulia on February 19, 2012 at 8:13 AM

    Ceritanya kyk film FTV yaa.. semuanya serba kilat. Semoga dpt anaknya juga kilat. Hehehee.. Aku juga ga kalah express nya Lhooo 😀

    Reply

  13. subhanallah, ceritanya inspiratif juga nih… trims sharenya..

    Reply

  14. Meski telat baca… tapi top banget nih tulisan kakak…..

    Reply

  15. Posted by ilhamp on January 11, 2013 at 7:04 PM

    waah..cerita yg memberikan inspirasi bang adhil. apalagi posisi kita sama, LDR..hehehe..satu hal yg ingin ditanyakan bang adhil, kan ini serba mendadak dan persiapannya pun nyaris 2 bulan kurang, based on ini, just wondering, dengan pengaturan pembiayaan ketika resepsi? maksud saya, apakah keluarga mba andin yg cover semuanya atau gimana bang? *soalnya terlihat, keluarga mba andin yg rampungin semuanya, bang adhil tinggal datang aja..hehehehe

    cheers, wassalam

    Reply

    • First, namaku Adlil Umarat, bukan Adhil. Second, waktu itu memang kondisinya sedang tidak ideal. Kedua orangtua saya pergi haji. Praktis saya tidak bisa diskusi dengan mereka untuk urus ini-itu. Setelah melalui beberapa kali diskusi, akhirnya kami bagi peran. Keluarga laki-laki menanggung biaya akad di Gresik dan biaya unduh mantu di Bukittinggi nanti, dan keluarga perempuan menanggung biaya resepsi di Gresik. Alhamdulillah Mama Andin adalah orang yang cekatan, terbiasa mengurus event kantor. Jadi sudah terbiasa kerja cepat. Semua urusan dianggap dan diyakini bisa dikebut dalam 2 bulan. Ya undangan, ya baju pengantin, ya gedung, ya katering. Semua dipesan serba kilat. Kebetulan kami pilih tanggal low season nikah. Kalau menurut kalender orang Jawa, tidak ada org yg menikahkan anaknya di bulan itu. Spt tabu. Tapi keluargaku dan keluarga Andin adalah keluarga modern dan tidak ikut aturan adat yang menyusahkan. Kita yakini semua hari baik. Kalau dibilang nekat ya nekat. Tp yg saya paling suka itu, keluarga istri tidak ribet. Kita menikah sesuai yang kita inginkan, bukan spt yang orang kebanyakan inginkan. Kita berkuasa atas diri kita sendiri.

      Reply

      • Posted by ilhamp on January 12, 2013 at 12:55 AM

        Asslkum bang..mohon maaf atas pengucapan nama yg salah yaah..:)

        terima kasih bang atas sharingnya yah, terutama part yang berbagi peran tersebut. mungkin hal yg paling penting mengenai peran kita, yang punya jiwa merdeka-bertanggung jawab. saya sepakat dengan “berkuasa atas diri kita sendiri”..butuh kenekatan..seperti berenang, kita harus nyempulung ke air kalau mau belajar renang. masalah ga bisa renang/tenggelam urusan nanti. bisa belajar..hehehe

        saya menanyakan hal lni karena kondisl LDR kami yg lumayan jauh+ memakan biaya yg cukup lumayan jika saya harus bolak-balik ke indonesia. *saya ada di turki bang..dan setelah membaca menjemput jodoh ini, saya berencana mencobanya. tentunya sudah saya pertimbangkan planningnya

        skali lagi, terima kasih ya bang atas sharingnyaa yang bermanfaat. insya allah, nanti akan saya share ke yg lainnya juga…

        wassalam,

      • Wah, selamat ya. Lumayan jauh Turki-Indonesia. Tapi tak mengapa. Baca tulisan Menjemput Jodoh ini sampai tuntas. Ada 8 part. Mulai dari niat, sampai eksekusi (resepsi). Aku ‘nembak’ calon mertua pas di saat datang berkunjung ke rumahnya di Gresik. First time ke Gresik. Saat itu merasa nyaman dgn keluarganya, feel like home. Suasana, atmosfer, rasa, semuanya membuat nyaman. Ngobrol panjang sama orangtuanya, lalu aku tak punya alasan lagi, kenapa ga nikahin anaknya aja secepatnya? Apa lagi yang ditunggu? karakteristik istri udah cocok, calon mertua cocok, visi-misi ke depan udah saling diskusi, maka tak perlu berlama-lama lagi. Eksekusi! Bismillah! Kalau lama-lama LDR tanpa status yg tak jelas, akan sia-sia. Rugi uang, rugi waktu, rugi segalanya. Kalau udah nikah, LDR, malah dihitung pahala, jika memang kamu masih harus menjalani pendidikan di Turki misalnya. Setelah menikah nanti, silahkan rasakan sendiri janji Allah bahwa rezeki akan diperluas dari hal yang tak disangka-sangka. Aku sudah merasakannya.

        Oia, Yang dibutuhkan untuk menikah bukan uang, tapi nyali keberanian dari seorang laki-laki untuk ‘meminta’ sorang anak manusia pada ayahnya. Selamat mencoba!

  16. Posted by ali arab on July 16, 2013 at 10:51 PM

    wah ternyata kakaknya bang Uul asdos yang pernah ngajar ane matematika pas semester 1 dulu..haha

    Reply

Leave a comment

childhoodoptimizer

"Optimalkan masa kecil anak, agar hidupnya selamat, kelak!"

One's Blog

Ucapan berhamburan - Tulisan akan bertahan

Ollie dan Dunianya

"I read, I travel, and I become"

penjelajahmimpi

Terus menjelajahi mimpi, karena semua berawal dari sini

Chae's Blog

Life begins at the end of your comfort zone

Muhammad Jhovy Rahadyan

Be The Best Of Ourself

Ardisaz

Game Development and Game Industry news in Indonesia

Kiki Barkiah

Ummi diary

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

DIENG PLATEAU

PARADISE OF CENTRAL JAVA

Febri Photography

Kadang keindahan diawali oleh kegilaan

dinysullivan92

This Is My Life

Tentang Hidup

Hidup sekali, Hiduplah yang berarti..

Seorang Pemuda Pendamba Ridho Ilahi

Pecinta Dzikir dalam Alunan Fikir

Seni Hidup

=Ketidaksempurnaan Itu Cantik=

Story of Jingga

Biarlah tertulis apa adanya

literasi . seni . lestari

untaian patahan kata bertaut menjadi narasi beresensi

direizz

Just another WordPress.com site

Komunitas Ngejah

Desa Sukawangi - Kec Singajaya - Kab Garut

sihaik

This WordPress.com site is the bee's knees

Azinuddinikrh's Blog

barangkali kau benar, hanya malaikat dan gemericik air lah yang dapat membawaku pergi berlalu

rumah matahari

"sebab tiap kata adalah rumah doa, maka semoga hanya ruh kebaikan yang menjadi penghuninya."

Ayunda Damai

- a bibliophile & learner

Kicau Kaki

Melangkah, memotret, menulis

serbaserbitoyota

information & news

Scientia Afifah

bacalah, dan bertumbuhlah!

Yanto Musthofa

Pengabdian pada bangsa, dedikasi pada profesi, dan segala pikiran serta pengalaman kehidupan adalah harta pusaka yang hilang bila tidak diabadikan. Jangan sia-siakan. Lestarikan dan wariskan dalam buku!

nimadesriandani

Balanced life, a journey for happiness site

Rindrianie's Blog

Just being me

rizasaputra

tempat kuring ngacapruk

Moh Darodjat

Muhammadiyah Gerakanku

Ruli Blogger

Wordpress.com

Faiz' Journey

Mushonnifun Faiz Sugihartanto's Journey

JaTiara

Menulis itu soal rasa bukan hanya tentang tata bahasa

Imaji Tiada Batas!

Hidup sederhana, berkarya luar biasa.

Ridwanologi

Ruang Pandang Ridwan Aji Budi Prasetyo

unspoken mind

if you can't tell, just write

Arip Yeuh!

Harimau berburu, burung terbang, dan protagonis kita ini terus menggerutu

jemari anneo

"LEPASKAN YANG RAGU, GENGGAM YANG PASTI".

RGS no tsubuyaki

dengan semangat Bangun Indonesia!

just a treasure

jika kau bertanya apa hartaku yang paling 'berharga', maka kau sudah menemukannya. :)

Penyukajalanjalan

Jelajahi dunia selagi bisa

Mirna's Blog

My Life, My Story